Grup yang berdiri pada 6 Mei 1996 ini pada awalnya adalah sekumpulan anak-anak sekolah dari beberapa SMA di Yogyakarta.
Di awal berdirinya bersatulah lima anak muda,
Duta (vokal) berasal dari SMA 4,
Adam (bass) dari SMA 6,
Eross (gitar) dari SMA Muhammadiyah I,
Sakti (gitar) dari SMA De Britto,
dan Anton (drum) berasal dari SMA Bopkri I.
Mereka sepakat untuk membentuk sebuah band dan membawakan lagu-lagu dari kelompok Oasis, U2, Bon Jovi, Guns N’ Roses, dll.
Pada
waktu itu juga, mereka telah memiliki beberapa lagu-lagu orisinal karya
mereka sendiri dan mereka mencoba untuk memperkenalkan dan membawakan
lagu-lagu tersebut dengan penuh rasa percaya diri di berbagai pentas.
Sampai saat ini juga, mereka masih sulit untuk menyebut warna musik apa yang sebenarnya dimainkan.
Tetapi
satu hal yang jelas adalah bahwa mereka berkeyakinan untuk memainkan
“Sheila music”, dimana ide-ide atau kreasi dalam bermusik dimunculkan
secara spontan dan menampilkan lirik-lirik yang gampang dicerna serta
konsep musik yang sederhana.
Pada awal berdirinya grup ini bernama “Sheila”.
Tidak lama kemudian, mereka menambahkan kata “Gank”, hingga jadilah “Sheila Gank”.
Namun karena masalah ‘sense’, akhirnya nama mereka berganti menjadi “Sheila on 7”,
“on 7” berarti solmisasi alias 7 tangga nada (do re mi fa sol la si).
Sejak awal grup ini mencoba untuk tampil secara profesional.
Dimulai
dengan keterlibatan mereka dalam beberapa pentas musik, festival maupun
pertunjukan komersil di DIY dan Jawa Tengah, baik di lingkup sekolah,
kampus, serta panggung umum.
Satu
hal yang cukup meyakinkan dan membanggakan adalah keikutsertaan mereka
dalam program indie label “Ajang Musikal” (Ajang Musisi Lokal) di tahun
1997 milik Radio Geronimo 105.8 FM & G-Indie Production di
Yogyakarta,
dimana program ini adalah program sindikasi radio yang disiarkan oleh hampir 90 radio swasta di tanah air.
Ajang
Musikal adalah program radio yang menyiarkan lagu-lagu karya sendiri
dari band-band lokal yang belum pernah rekaman komersial.
Dalam
program ini mereka mendapat respons yang sangat positif, dimana request
dari para pendengar untuk lagu karya mereka sendiri yaitu ‘Kita’,
menempatkan mereka selama 3 bulan berturut-turut di tangga lagu Ajang
Musikal G-Indie 10 pada bulan Maret, April, dan Mei 1997.
Menunjuk
pada hal tersebut, “Sheila on 7” mampu untuk merefleksikan dirinya dan
menjadikannya sebagai tolak ukur untuk ke jenjang yang lebih atas lagi
yakni rekaman komersial.
Dengan
penuh keyakinan pula, Sheila on 7 memberanikan diri untuk menawarkan
demotape serta proposal ke label Sony Music Indonesia, dan akhirnya
kesempatan pun datang dengan dikontraknya Sheila on 7 untuk 8 album
dengan sistem royalti.
Meski Sheila on 7 kerap beberapa kali mengalami perubahan susunan anggota namun mereka sampai sekarang masih eksis.
Pada Oktober 2004 Brian masuk menggantikan Anton yang dikeluarkan karena dianggap tidak disiplin.
Lalu pada Maret 2006 Sakti mundur dari Sheila on 7 untuk belajar agama di Pakistan.
Dan kini sHeila On 7 berpunggawa 4 cowok keren :
Erros, Duta, Adam dan Brian.
Biodata Punggawa Sheila On 7
1. ERROS
Eross Candra, atau yang biasa dipanggil Eross lahir pada tanggal 3 Juli 1979.
Dari kecil dia sudah mengenal musik.
Dulu Mama-nya seorang penyanyi, kakeknya jago main saksofon, dan Om-nya mahir gitar.
Jadi gak heran kalo Eross ketularan darah seni keluarganya.
Awalnya Eross bercita-cita ingin menjadi pembalap seperti Papa-nya.
Namun, setelah berkenalan dengan gitar lewat Om-nya, cita-cita Eross berubah.
Eross pengen menjadi gitaris ternama.
Kalau Mama-nya lagi nyetel video Bon Jovi, Eross pasti ikut nonton dan ngikutin gayanya gitaris Bon Jovi, Richie Sambora.
Sambil nunjuk-nunjuk Richie Sambora dia bilang ke Mama-nya, ”Ma... aku pengen kaya dia”.
Lucunya
lagi Eross kalo lagi ngikutin gayanya Richie Sambora itu sambil belaga
main gitar gitu, kadang-kadang yang dijadiin gitarnya itu sapu kalo
engga raketnya.
Tuh kan dari kecil aja udah keliatan bakatnya.
2. DUTA
Nama Lengkap : Akhdiyat Duta Modjo
Nama Panggilan : Duta
Posisi : Vokal
Tempat/Tgl. Lahir : Kentucky, USA, 30 April 1980
Agama : Islam
Anak ke/bersaudara : 1/2
Hobby : Musik, Olahraga
Tokoh Idola : "Pippo" Inzaghi
Warna Fave : Biru
Pakaian Fave : Kasual
Acara TV Fave : Liga Italia Serie A
Jenis Film Fave : Action
Jenis Music Fave : Alternatif
Lagu Fave : Across The Night (Silverchair)
Bacaan Buku Fave : Lucky Luke, Harry Potter
Motto : Maju Terus Pantang Mundur. Hidup Terus!
Kuliah : Sudah pernah
Cita-cita : Musisi yang baik dan Bapak yang profesional... Lho?
3. ADAM
Adam Muhammad Subarkah alias Adam,
nongol di muka bumi ini pada tanggal 22 Februari 1979 jam 15:00 Kamis Pon,
tadinya Adam mau dinamain Adam Alamsyah, namun Eyangnya di Semarang menginginkan ada Muh. Subarkah-nya.
Belum sempet tau tanah airnya, Adam udah diboyong ke Amerika ngikut ayahnya yang mau nerusin studinya di sana.
Selama di seberang, Adam sempet ke mana-mana lho!
Terutama tempat-tempat kaya museum dinosaurs, antariksa.
Di sana Adam juga suka nonton MTV, apalagi kalo ada Van Halen, Michael Jackson & Madonna.
4. BRIAN
Nama Lengkap : Brian Kresna PUtro
Nama Panggilan : BRian
Posisi : Drummer
Tempat/tgl lahir : Jakarta, 22 Januari 1981
Agama : Islam
Anak Ke/bersaudara : 1/3
Hobby : Musik, Film
Warna fave : Biru, Putih
Pakaian fave : Kasual
Acara TV FAve : The Simpsons
Jenis Film Fave : Drama Comedy
Jenis Musik Fave : Rock Alternatif
Lagu Fave : Walk on [U2], Cochise [Audioslave]
Motto : Just Walk On
Kuliah : Sarjana Ekonomi Universitas Atmajaya Jakarta
Cita-cita : Musisi
ALBUM ALBUM SHEILA ON 7
ALBUM
1. Sheila on 7, 1999, Sony Music (Indonesia)
2. Kisah Klasik Untuk Masa Depan, 2000, Sony Music (Indonesia, Malaysia, Singapore)
3. 07 Des, 2002, Sony Music (Indonesia, Malaysia, Singapore)
4. Anugerah Terindah Yang Pernah Kumiliki, 2000, Sony Music (Malaysia, Singapore)
5. 30 Hari Mencari Cinta, 2003, Sony Music (Indonesia, Malaysia)
6. Pejantan Tangguh, 2004, Sony Music (Indonesia)
7.Pria Terhebat, 2004, Sony Music (Malaysia, Singapore)
8. Very Best Of Sheila On 7, 2005, Sony Music
9. 507, 2006, Sony Music
10. Menentukan Arah, 2008, Sony Music
11. Berlayar, 2011, Sony Music
Compilation:
1. MTV Ampuh: feat. Anugerah Terindah Yang Pernah Kumiliki
2. Indo Hits 2: feat. Dan…
3. No. 1 Hits: feat. Sephia
4. Love Soundtrack: feat Sephia
5. Electronic City: feat Sephia
6. No. 1 Hits Vol. 2: feat. Seberapa Pantas
7. Dasarese Hits: feat. Bapak-Bapak
8. Tusuk Jelangkung: feat. Buat Aku Tersenyum
9. Nescafe Musik Asik: feat. Tunggu Aku di Jakarta
10. A Mild Live Soundrenaline 2003: feat. Saat Aku Lanjut Usia
Friday, January 31, 2014
Biografi Purgatory (Band Metal Religius)
PURGATORY adalah
sebuah grup musik Death Metal asal Jakarta, grup musik ini dibentuk
pada tahun 1994 oleh Lutfi sang gitaris bersama dengan adik kandungnya
yaitu Al yang memainkan drum. Lirik yang dibawakan oleh Purgatory adalah
berkisar tentang ajaran agama Islam, perang Uhud, kematian, dan
lain-lain. Awal terbentuknya mereka sering membawakan lagu Obituary dan
Sepultura. Baru sekitar tahun 2002 mereka memutuskan untuk menggunakan
topeng dan penambahan personil seorang DJ.
Sejarah
Pada awal terbentuknya band ini ditahun 1991 mereka hanya sekedar iseng, dengan beranggotakan 4 orang yaitu Hendrie (bass,Vocal), Lutfi (Gitar),Al(Drums), Arief (gitar), dgn warna musik crossover kemudian band ini semakin serius kiprah nay di metal scene jakarta, dan dengan proses pergantian personil, sampailah mereka membuat mini album pertama berjudul "Abyss Call"
Kontroversi Nama Band
Nama PURGATORY diambil dari salah satu film horor yang berjudul A Nightmare on Elm Street dengan ikon horror nya yaitu Freddy Krueger. Purgatory sendiri di kamus berarti 'tempat penyucian dosa'. Yang bagi pengertian Islam berarti, neraka 'WAIL', yaitu neraka tempat orang2 berdosa (sebelum mereka boleh masuk surga) tapi masih ada iman kepada ALLAH SWT di hati nya. Ini di pelajari dari surat AlMa'uun, ayat "Fa wailul lil musholliin...."
Pada september tahun 2002 band ini sudah mulai aktif lagi membuat lagu dan pada saat itu baru ada 3 lagu. Purgatory sempat juga membuat video klip dengan dana kolektif. Dengan formasi baru Al, Lutfi, Amor, Die, Nti, Buday. Band ini pun sempat bikin single dari 3 lagu itu dan single itu dikasihkan ke Rony dan ternyata lagu tersebut banyak sekali kekurangan, yang hasilnya kurang bagus dan harus take ulang lagi, sembari membuat materi lagu baru. Kesemua aktivitas itu dilakukan di Home Studio Ronny.
Ditahun 2003 kemudian aliran musik yang dibawakan adalah metal tapi metal yang dalam arti pendewasaan seperti yang kalian dengar di album terbaru kami 7:172, berbeda dengan yang sebelumnya, jelas Lutfi. Album Purgatory sekarang dibawah label ZR Production dan titip edar di Sony Music Indonesia.
Logo Ambigram Purgatory
Band
ini, telah mengganti logo lamanya menjadi logo ambigram, yaitu suatu
seni kaligrafi teks/huruf dimana gambar yang dihasilkan bukan hanya bisa
dibaca dari satu arah, tetapi dari arah sebalikanya. Ambigram Purgatory
ini dibuat oleh Thovfa Cb dari studio EndOneStuff.
Dalam album Ambang Kepunahan 1999, cover album didesign pula oleh Thovfa, cover album tersebut merupakan karya pertamanya dalam mendesign cover album, draft cover tersebut sudah ada sejak tahun 1996, dan baru disempurnakan setelah mendapat kabar bahwa Purgatory terpilih untuk merilis full album pertama oleh Rotorcorp. Sejak itu seluruh design cover album, art, logo, merchandise, body paint seluruhnya di percayakan kepada Thovfa Cb.
Anggota
Anggota terakhir
• L.T.F - Gitar
• Al - Drum
• Madmor - Vokal
• Bone - Bass
• Sandman - Vokal
• D'Jackal - DJ/ Sampling/ Programming
• BadArt - Gitar
Mantan anggota
• Arief - Gitar (1992)
• Hendri - Bas/ Vokal (1992 - 1994)
• Erik - Gitar (1993)
• Heila - Gitar (1994)
• Bobby - Gitar (1994 - masuk kembali 1999)
• Arie - Vokal (1995 - 2000)
• Ilan -Bass (1998)
• Ntie - Bass (2001 - 2004)
Diskografi
Album
• Abyss Call (EP, 1994)
• Metalik Klinik I kompilasi - (Rotorcorp Recs, 1998)
• Ambang Kepunahan - (Rotorcorp Recs, 1999)
• 7:172 Album - (Sony Music Indonesia, 2003)
• Metaloblast kompilasi - (Morbid Noise Recs, 2004)
• OST Gerbang 13 - (dE Recs 2005)
• Revolution of Sounds kompilasi - (Sony Bmg Indonesia, 2005)
• Planet Rock kompilasi - (Sony Bmg Indonesia, 2005)
• The Art of Metal kompilasi - (Alfa Recs, 2006)
• Beauty Lies Beneath - (Dragdown Records 2006)
Trivia
Pertama kali dibentuk Purgatory adalah band Death Metal, kemudian mereka merubah arahan lagunya menjadi aliran Nu Metal.
Pada album EP Abyss Call 1994, gambar sampul album dibuat oleh Arya vokalis Jumbo Jet.
Lutfi dan Al pernah menjadi model video klip Gigi (band) dalam lagu "Oo...Oo...Oo...", mereke berperan sebagai musisi yang sedang diaudisi oleh Gigi.
Mereka menambahkan kalimat purgatorymogsaw adalah kepanjangan dari Messenger of God Sallallaahu Alayhi Wasallam (M.O.G.S.A.W.) yaitu sebuah kalimat tambahan akhir pada nama nabi Muhammad.
Lutfi pernah menjadi pemeran pembantu dalam sebuah sinetron, berperan sebagai anak metal.
Dalam album Ambang Kepunahan 1999, cover album didesign pula oleh Thovfa, cover album tersebut merupakan karya pertamanya dalam mendesign cover album, draft cover tersebut sudah ada sejak tahun 1996, dan baru disempurnakan setelah mendapat kabar bahwa Purgatory terpilih untuk merilis full album pertama oleh Rotorcorp. Sejak itu seluruh design cover album, art, logo, merchandise, body paint seluruhnya di percayakan kepada Thovfa Cb.
Anggota
Anggota terakhir
• L.T.F - Gitar
• Al - Drum
• Madmor - Vokal
• Bone - Bass
• Sandman - Vokal
• D'Jackal - DJ/ Sampling/ Programming
• BadArt - Gitar
Mantan anggota
• Arief - Gitar (1992)
• Hendri - Bas/ Vokal (1992 - 1994)
• Erik - Gitar (1993)
• Heila - Gitar (1994)
• Bobby - Gitar (1994 - masuk kembali 1999)
• Arie - Vokal (1995 - 2000)
• Ilan -Bass (1998)
• Ntie - Bass (2001 - 2004)
Diskografi
Album
• Abyss Call (EP, 1994)
• Metalik Klinik I kompilasi - (Rotorcorp Recs, 1998)
• Ambang Kepunahan - (Rotorcorp Recs, 1999)
• 7:172 Album - (Sony Music Indonesia, 2003)
• Metaloblast kompilasi - (Morbid Noise Recs, 2004)
• OST Gerbang 13 - (dE Recs 2005)
• Revolution of Sounds kompilasi - (Sony Bmg Indonesia, 2005)
• Planet Rock kompilasi - (Sony Bmg Indonesia, 2005)
• The Art of Metal kompilasi - (Alfa Recs, 2006)
• Beauty Lies Beneath - (Dragdown Records 2006)
Trivia
Pertama kali dibentuk Purgatory adalah band Death Metal, kemudian mereka merubah arahan lagunya menjadi aliran Nu Metal.
Pada album EP Abyss Call 1994, gambar sampul album dibuat oleh Arya vokalis Jumbo Jet.
Lutfi dan Al pernah menjadi model video klip Gigi (band) dalam lagu "Oo...Oo...Oo...", mereke berperan sebagai musisi yang sedang diaudisi oleh Gigi.
Mereka menambahkan kalimat purgatorymogsaw adalah kepanjangan dari Messenger of God Sallallaahu Alayhi Wasallam (M.O.G.S.A.W.) yaitu sebuah kalimat tambahan akhir pada nama nabi Muhammad.
Lutfi pernah menjadi pemeran pembantu dalam sebuah sinetron, berperan sebagai anak metal.
Thursday, January 30, 2014
Sejarah Seurieus Band
Seurieus adalah grup band beraliran rock dari Bandung. Seurius
beranggotakan 6 orang yaitu, Ezard Yuliando – Ezy (kibor), Ramah Handoko
– Koko (gitar), Dian Dipa Chandra – Candil (vokal), Erwin Yulista –
Hayam (drum), Mulki Nazmulhakim – Mulek (bass), dan Dinar Hidayat –
Deenar (gitar).
Grup musik ini terbentuk sekitar akhir tahun 1994 dari sekumpulan mahasiswa Seni Rupa ITB yang ingin mengekspresikan kegilaan dirinya dalam bermusik. Mereka tampil sebagai band kampus yang sering muncul di berbagai acara musik ITB.
Mereka kemudian melebarkan sayap manggung di berbagai panggung-panggung kecil di kota Bandung dan sekitarnya dengan konsep entertaining the audience, sehingga muncul sebagai sebuah sajian musik yang polos, total, penuh aksi, lugu, namun menghibur.
Bermula dari keinginan untuk rekaman, mereka akhirnya memberikan demo-tape ke pihak Sony Music. Kebetulan pihak Sony sedang mengadakan program membuat album kompilasi band-band anyar dan lagu mereka menjadi lagu jagoan.
Akhirnya tahun 2003, Seurius berhasil merilis album perdana mereka, ROCKS BANG-GET, oleh label mereka sendiri GeusRieut Records. Album perdana ini meski tidak meledak sekali, tapi jelas makin memperkokoh aksi band ini.
Satu tahun kemudian menyusul album kedua ROCKER JUGA MANUSIA (2004) di bawah Musica Studios. Dua tahun kemudian disusul oleh album ketiga HEART ROCK.
Dengan jumlah personel 6 orang SeurieuS mulai serius untuk menggarap lagu-lagunya sendiri yang berbasis musik Hard Rock. Namun pada penampilannya SeurieuS tidak terpatok untuk membawakan lagu rock, namun diselingi juga dengan lagu2 lain yang menghibur bagi penonton. Keunikan yang menjadi ciri khas band ini yaitu dalam atraksi panggungnya selalu menampilkan aksi yang panggung yang kadangkala bisa membawa senyum penontonnya.
Grup musik ini terbentuk sekitar akhir tahun 1994 dari sekumpulan mahasiswa Seni Rupa ITB yang ingin mengekspresikan kegilaan dirinya dalam bermusik. Mereka tampil sebagai band kampus yang sering muncul di berbagai acara musik ITB.
Mereka kemudian melebarkan sayap manggung di berbagai panggung-panggung kecil di kota Bandung dan sekitarnya dengan konsep entertaining the audience, sehingga muncul sebagai sebuah sajian musik yang polos, total, penuh aksi, lugu, namun menghibur.
Bermula dari keinginan untuk rekaman, mereka akhirnya memberikan demo-tape ke pihak Sony Music. Kebetulan pihak Sony sedang mengadakan program membuat album kompilasi band-band anyar dan lagu mereka menjadi lagu jagoan.
Akhirnya tahun 2003, Seurius berhasil merilis album perdana mereka, ROCKS BANG-GET, oleh label mereka sendiri GeusRieut Records. Album perdana ini meski tidak meledak sekali, tapi jelas makin memperkokoh aksi band ini.
Satu tahun kemudian menyusul album kedua ROCKER JUGA MANUSIA (2004) di bawah Musica Studios. Dua tahun kemudian disusul oleh album ketiga HEART ROCK.
Dengan jumlah personel 6 orang SeurieuS mulai serius untuk menggarap lagu-lagunya sendiri yang berbasis musik Hard Rock. Namun pada penampilannya SeurieuS tidak terpatok untuk membawakan lagu rock, namun diselingi juga dengan lagu2 lain yang menghibur bagi penonton. Keunikan yang menjadi ciri khas band ini yaitu dalam atraksi panggungnya selalu menampilkan aksi yang panggung yang kadangkala bisa membawa senyum penontonnya.
SAJAMA CUT
SAJAMA CUT, band Indie rock asal Jakarta yang kini formasinya adalah
Marcel Thee, Dion Panlima Reza, R. Banu Satrio, Andreas Humala S., Randy
Appriza Akbar; mulai mencuri perhatian publik muda sejak dirilisnya
single Less Afraid sebagai soundtrack film Janji Joni.
Pada awal September 2005, Sajama Cut merilis album kedua mereka; The Osaka Journals di bawah label Universal Music Indonesia (menjadikan mereka artis lokal Universal Music Indonesia yang pertama). Rekaman berisi sebelas lagu ini mengedepankan Fallen Japanese; yang mewakili musik Sajama Cut secara keseluruhan; sebagai single pertamanya. The Osaka Journals dirilis dalam bentuk Enhanced CD dan MC (kaset).
Fallen Japanese sering diputar oleh radio-radio di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan kota-kota lain di Indonesia. Fallen Japanese dan Less Afraid yang menjadi salah satu “most requested song” dan menduduki posisi tertinggi chart MTV JAMU dan Prambors Nubuzz di Jakarta dan radio-radio lainnya. Video klip untuk Fallen Japanese seperti video klip pertama Sajama Cut untuk Less Afraid, juga menjadi salah satu high rotation video seperti di MTV Global serta O-Channel.
Awal Agustus 2006, Sajama Cut turut serta mengisi soundtrack untuk sebuah film indie lokal berjudul “Foto, Kotak, Jendela”. Di film tersebut, Sajama Cut melantunkan versi demo dari 4 lagu baru mereka.
Lalu pada 2007 Marcel dkk merilis mini album Nemesis, diikuti kemudian pada 2008 dengan album remix yang melibatkan sejawat Sajama Cut dari seluruh belahan dunia, persis seperti tajuknya: L’Internationale
Pada awal September 2005, Sajama Cut merilis album kedua mereka; The Osaka Journals di bawah label Universal Music Indonesia (menjadikan mereka artis lokal Universal Music Indonesia yang pertama). Rekaman berisi sebelas lagu ini mengedepankan Fallen Japanese; yang mewakili musik Sajama Cut secara keseluruhan; sebagai single pertamanya. The Osaka Journals dirilis dalam bentuk Enhanced CD dan MC (kaset).
Fallen Japanese sering diputar oleh radio-radio di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan kota-kota lain di Indonesia. Fallen Japanese dan Less Afraid yang menjadi salah satu “most requested song” dan menduduki posisi tertinggi chart MTV JAMU dan Prambors Nubuzz di Jakarta dan radio-radio lainnya. Video klip untuk Fallen Japanese seperti video klip pertama Sajama Cut untuk Less Afraid, juga menjadi salah satu high rotation video seperti di MTV Global serta O-Channel.
Awal Agustus 2006, Sajama Cut turut serta mengisi soundtrack untuk sebuah film indie lokal berjudul “Foto, Kotak, Jendela”. Di film tersebut, Sajama Cut melantunkan versi demo dari 4 lagu baru mereka.
Lalu pada 2007 Marcel dkk merilis mini album Nemesis, diikuti kemudian pada 2008 dengan album remix yang melibatkan sejawat Sajama Cut dari seluruh belahan dunia, persis seperti tajuknya: L’Internationale
Wednesday, January 29, 2014
Terbentuknya Saint Loco
Saint Loco terbentuk pada tahun 2002 lalu, awalnya Gilbert, Nyonk dan
Iwan yang berkenalan karena berkuliah di kampus yang sama. Saat mereka
berpencar, tiba-tiba timbul keinginan dari Gilbert untuk bikin band.
Akhirnya dari cari kenalan lewat teman, berkumpulah personil Saint Loco
di satu studio tanpa punya bayangan bakalan ngebawain musik kayak apa.
Gilbert sendiri yang baru kenalan sama Berry (teman Nyonk) sama sekali
enggak tahu kalau Berry ngerap, meski demikian toh mereka malahan bisa
melebur dan mulai mencipta musik.
Perjalanan untuk mencapai kesuksesan juga enggak mudah bagi Saint Loco. Mulai jadi band audisi yang ditolak, bikin demo, di-underestimate-kan sudah pernah mereka rasakan. Bukan cuma itu, masalah antara personil juga pernah terjadi. Dua hari sebelum manggung di sebuah acara, mantan keyboardis mereka memutuskan untuk meninggalkan Saint Loco. Untung saja mereka bertemu dengan Tius (DJ) yang menggantikan posisinya dan akhirnya terus bertahan sampai sekarang. Untuk menjadi band dibawah naungan Sony BMG, Saint Loco juga harus bolak balik taro demo sampa iakhirnya mereka diminta untuk mengisi sebuah kompilasi mini album dengan membawakan tiga lagu. Namun ternyata Sony mengubah keputusannya dan malahan menawarkan Saint Loco untuk merilis album solo, walah pucuk dicinta ulam tiba namanya!
Hingga kini, Saint Loco terus bertahan dan meramaikan warna kancah musik Indonesia. Saint Loco yang banyak mengidolakan musisi luar negeri juga berharap album mereka bisa diterima di pasar musik luar Indonesia dan tidak ada lagi pengotakan musik.
Perjalanan untuk mencapai kesuksesan juga enggak mudah bagi Saint Loco. Mulai jadi band audisi yang ditolak, bikin demo, di-underestimate-kan sudah pernah mereka rasakan. Bukan cuma itu, masalah antara personil juga pernah terjadi. Dua hari sebelum manggung di sebuah acara, mantan keyboardis mereka memutuskan untuk meninggalkan Saint Loco. Untung saja mereka bertemu dengan Tius (DJ) yang menggantikan posisinya dan akhirnya terus bertahan sampai sekarang. Untuk menjadi band dibawah naungan Sony BMG, Saint Loco juga harus bolak balik taro demo sampa iakhirnya mereka diminta untuk mengisi sebuah kompilasi mini album dengan membawakan tiga lagu. Namun ternyata Sony mengubah keputusannya dan malahan menawarkan Saint Loco untuk merilis album solo, walah pucuk dicinta ulam tiba namanya!
Hingga kini, Saint Loco terus bertahan dan meramaikan warna kancah musik Indonesia. Saint Loco yang banyak mengidolakan musisi luar negeri juga berharap album mereka bisa diterima di pasar musik luar Indonesia dan tidak ada lagi pengotakan musik.
SEJARAH RIF
/rif (rhythm in freedom) adalah
grup band Indonesia yang didirikan di Bandung, Jawa Barat. Personel /rif
adalah Andy (vokal), Iwan (bas), Adji (gitar), Maggi (drum), dan Ovy
(gitar). Sampai saat ini /rif telah menelurkan 6 album musik dengan satu
album berisi kumpulan lagu terbaik dari /rif.
Grup band ini dibentuk pada tahun 1992 dengan nama Badai Band. Setahun kemudian nama mereka berganti menjadi R.I.F (Rhythm In Freedom), yang memulai dengan bermain musik dari kafe ke kafe. Tahun 1995, mereka berganti nama menjadi /rif (dengan garis miring di awal nama mereka).
Beberapa kali personel mereka berganti. Hingga akhirnya dengan formasi Andy (vokal), Iwan (bas), Adji (gitar), Maggi (drum), dan Denny (gitar) mereka merambah studio rekaman di tahun 1997, dan merilis album pertama Radja yang melejitkan hits berjudul sama "Radja". Pada bulan Oktober 1998 /rif meluncurkan album kedua, Salami, sebuah album yang sarat dengan muatan moral untuk peduli pada alam. Dua tahun kemudian, tepatnya April 2000 album ketiga berjudul Nikmati Aja diluncurkan. Dan di tahun 2002 kembali mereka merilis album keempat berjudul ... Dan Duniapun Tersenyum.
Sayang, Denny kemudian mengundurkan diri lantaran tak sepaham lagi dengan /rif. Posisinya digantikan oleh Ovy, mantan gitaris Ucamp yang resmi bergabung Maret 2003.
Grup band ini dibentuk pada tahun 1992 dengan nama Badai Band. Setahun kemudian nama mereka berganti menjadi R.I.F (Rhythm In Freedom), yang memulai dengan bermain musik dari kafe ke kafe. Tahun 1995, mereka berganti nama menjadi /rif (dengan garis miring di awal nama mereka).
Beberapa kali personel mereka berganti. Hingga akhirnya dengan formasi Andy (vokal), Iwan (bas), Adji (gitar), Maggi (drum), dan Denny (gitar) mereka merambah studio rekaman di tahun 1997, dan merilis album pertama Radja yang melejitkan hits berjudul sama "Radja". Pada bulan Oktober 1998 /rif meluncurkan album kedua, Salami, sebuah album yang sarat dengan muatan moral untuk peduli pada alam. Dua tahun kemudian, tepatnya April 2000 album ketiga berjudul Nikmati Aja diluncurkan. Dan di tahun 2002 kembali mereka merilis album keempat berjudul ... Dan Duniapun Tersenyum.
Sayang, Denny kemudian mengundurkan diri lantaran tak sepaham lagi dengan /rif. Posisinya digantikan oleh Ovy, mantan gitaris Ucamp yang resmi bergabung Maret 2003.
Tuesday, January 28, 2014
Sejarah Berdirinya Group Band PEE WEE GASKINS
PEE WEE GASKINS adalah band asal Indonesia yang
mengusung aliran musik Metal Hadcore band yang di juluki
pangeran Pensi ini beranggotakan 5 orang yaitu: San-san (vocalis+gitar), Dochi
(vocalis+ gitar), Ayi (basis), Omo (shynysterized), Aldi Kumis (drumer)
ini sukses lewat mini album yang diberi judul Storys Off The High School
kemudian keluar dari aliran band indie mereka pun membuat album Welcoming
To the Shopomore yang lumayan cukup menyita perhatian para pengamat
musik Indonesia.
Nama
Pee Wee Gaskins diambil dari sejarah pembunuh bayaran di America yaitu Donal
Gaskin karena ukuran tubuhnya yang sangat kecil maka orang-orang
menyebutnya Pee Wee.Dilihat dari segi hal nama, orang-orang mengira band
ini sangar tapi tidak sedikit orangpun menilai nama mereka kocak dan mudah di
ingat. Pada saat itu, kenapa kita milih Pee Wee Gaskins ? Yeah dari
namanya orang ga langsung tau kalo itu nama pembunuh, malah terkesan lucu.. But
with the name of a serial killer, we try to make killer music. “Lalu kita ambil
filosofi nya, ‘kecil-kecil bisa membunuh banyak orang,” kata Dochi.
Fan’s fanatik PWG yaitu Party
Dork yang artinya kumpulan orang culun,jadi karen PWG muncul di
tengah-tengah marak nya anak-anak emo derajat orang-orang Dork terangkat
Musikalitas band ini memang boleh
diadu karena PWG mempunyai Omo seoarang Shynyster yang bisa
memainkan beberapa pola dalam 1 lagu, selain itu PWG mempunyai Aldy
yang memepunyai gaya permainan menyerupai Travlis drumer Blink 182. Hal
lain yang memubuat saya suka PWG yaitu suara vocalisnya San-San yang kental dengan suara
scream memang vocalis jebolan Killing Me Inside ini punya keahlian
Scream.
baGAIMANA SEjarah terbentuknya group Band music POP “PADI”??
Dibentuk 8 April 1997, grup ini merupakan wadah kreativitas seni lima mahasiswa Universitas Airlangga.
Semula bernama ‘Soda’, namun kemudian diganti menjadi ‘Padi’ (“Padi
makanan orang susah,” demikian kata salah seorang personalnya). Nama ini
dipilih juga karena bersifat “sangat membumi”. Lebih jauh, mereka tidak
hanya mengambilfilosofinya saja, semakin berisi semakin merunduk, tapi juga melihat fungsinya yang melambangkan kesejahteraan.
Diawali dari bermain musik dari satu panggung ke panggung lain, grup ini akhirnya dikontrak untuk masuk dunia rekaman.
Album-album Padi cukup sukses menembus pasar musik Indonesia. Beberapa pengamat menyimpulkan aransemen musik padi yg dinamis dan lebih kompleks dari rata-rata lagu oleh grup band Indonesia yang seangkatan adalah salah satu penyebab kesuksesan tersebut. Pada awal kemunculannya di tahun 1998 khasanah band Indonesia didominasi oleh lagu-lagu dengan aransemen sederhana dengan tempo sedang cenderung lambat.
Ciri lain band-band Indonesia pada masa tersebut adalah cukup dominannya instrumen keyboard pada band-band terkemuka. Karakter Keyboard/Organ memengaruhi gaya musik menjadi minim distorsi dan cenderung melodik. Hal ini tampak pada band-band pencetak hits saat itu seperti Kahitna, Dewa 19 dengan album Pandawa Lima-nya, maupun Slank sesaat sebelum perombakan formasi di mana Indra Q masih tampil sebagai keyboardist.
Diawali dari bermain musik dari satu panggung ke panggung lain, grup ini akhirnya dikontrak untuk masuk dunia rekaman.
Album-album Padi cukup sukses menembus pasar musik Indonesia. Beberapa pengamat menyimpulkan aransemen musik padi yg dinamis dan lebih kompleks dari rata-rata lagu oleh grup band Indonesia yang seangkatan adalah salah satu penyebab kesuksesan tersebut. Pada awal kemunculannya di tahun 1998 khasanah band Indonesia didominasi oleh lagu-lagu dengan aransemen sederhana dengan tempo sedang cenderung lambat.
Ciri lain band-band Indonesia pada masa tersebut adalah cukup dominannya instrumen keyboard pada band-band terkemuka. Karakter Keyboard/Organ memengaruhi gaya musik menjadi minim distorsi dan cenderung melodik. Hal ini tampak pada band-band pencetak hits saat itu seperti Kahitna, Dewa 19 dengan album Pandawa Lima-nya, maupun Slank sesaat sebelum perombakan formasi di mana Indra Q masih tampil sebagai keyboardist.
LAIN DUNIA
Padi kemudian mendobrak dengan formasi tanpa keyboard melalui album pertama mereka Lain Dunia (1999). Formasi semacam ini membuat eksplorasi teknik permainan gitar begitu dominan, maka wajar jika lagu-lagu yang dihasilkan cenderung penuh ditorsi. Apalagi ditunjang oleh gaya permainan dua gitarisnya, Satriyo Yudi Wahono (Piyu) dan Ari Tri Sosianto, yang berbeda satu sama lain, Padi mendobrak dengan lagu-lagu kompleks yang ditandai dengan aransemen dua gitar yang hampir selalu berbeda dalam tiap frasa dalam tiap lagu. Album ini mendapatkan platinum pada bulan April 2000 dan quadraple platinum di tahun 2001.Monday, January 27, 2014
Berdirinya Band Nymphea
Nymphea adalah salah satu band alternative rock dari pulau dewata Bali
yang berdiri pada tanggal 4 Januari 2005. Dengan formasi awalnya adalah
Sari (vocals), CGL (gitar), Arie (bass) dan Risky (drums).
Namun karena merasa Nymphea kurang klop karena tidak adanya gitaris
rhythm maka akhirnya CGL mengajak adiknya Sodick untuk bermain bass di
Nymphea dan Arie yang tadinya bermain Bass akhirnya bermain gitar di
Nymphea.
Tetapi pada pertengahan tahun 2007 ini, Risky dan Arie mengundurkan
diri dari Nymphea karena disibukkan oleh pekerjaannya yang menuntut dia
harus fokus dalam karirnya. Untuk mengisi posisi drum akhirnya Nymphea
di bantu oleh Aguzt, seorang drummer dari band punk The Menace. Lalu
Aguzt menjadi personil tetap, hingga formasi Nymphea hingga saat ini
diantaranya Sari – Vokal, CGL – gitar & backing vokal, Sodick – bass
dan Aguzt – drums.
Nama Nymphea sendiri diambil dari bahasa Inggris “Nymph” yang berarti
bidadari, dan untuk memudahkan pengucapannya ditambahkanlah huruf “e”
dan “a” dibelakang kata “nymph” sehingga menjadi Nymphea. Nymphea
sendiri dalam memainkan musiknya banyak terpengaruh band-band Punk Rock
dan Grunge seperti AFI, Sugar Cult, Nirvana, Foo Fighter dan Hole. Pada
pertengahan tahun 2005 Nymphea merilis sebuah mini album sebanyak 500
keping cd dan membagikannya secara gratis kepada teman-teman, fans,
media lokal, pengamat musik dan event-event organizer.
Akan tetapi saat Sari melanjutkan studinya di Australia dia membawa cd
mini album Nymphea dan dijual secara hand by hand disana seharga AUS $ 5
dan laku hingga 100 keping cd. Menurut beberapa pengamat musik, Nymphea
merupakan band yang memiliki karakter vokal wanita dengan gaya yang
khas dan enerjik, serta dibalut dengan musik yang cadas bernafaskan
Rock. ( celana jeans )
Bagi pecinta musik yang tinggal di Pulau Dewata ini pasti tidak asing
dengan band yang rajin menyambangi pentas besar maupun pentas kecil,
dari pensi-pensi sekolah hingga sampai ajang musik terbesar di Indonesia
yaitu Soundrenaline. Pada bulan agustus 2008 silam, Nymphea baru saja
merilis full albumnya di bawah label Petslooser dan Proton Records dan
distribusikan secara nasional oleh Virgo Ramayana Records.
Sejarah Naif Band
Berawal pada sebuah kampus seni di Jakarta, tepatnya di Cikini Raya 73,
kampus Institut Kesenian Jakarta (IKJ), NAIF terbentuk. Beberapa orang
mahasiswa tingkat satu dari kelas pendidikan dasar seni rupa kerap kali
menginap di rumah teman mereka secara bergiliran. Tujuan awal hanyalah
untuk mengerjakan tugas kuliah bersama. Tapi yang terjadi mereka
seringkali malah nongkrong sambil bernyanyi-nyanyi dan bermain gitar
semalam suntuk, sampai terkadang malah lupa mengerjakan tugas karena
tertidur. Siapa sangka semua itu akan menjadi sebuah awal karir mereka
di dunia musik. Suatu saat di pertengahan tahun 1995, David, Pepeng dan
Jarwo bermalam di rumah seorang teman yang bernama Shendi Adam (bassist
Rumahsakit – asal IKJ). Seperti biasa, awalnya hanya untuk mengerjakan
tugas kuliah, namun yang terjadi – seperti yang telah disebutkan tadi –
mereka malah bernyanyi dan bermain gitar semalaman. Di malam itu pula
mereka tiba-tiba membuat sebuah lagu, terinspirasi dari sebuah konser
akustik Nirvana yang mereka saksikan di MTV sebelumnya. Lagu tersebut
akhirnya mereka beri judul “Jauh” (NAIF, Debut Album). Pada saat
berikutnya keisengan mereka ternyata berkembang dengan seringnya mereka
menyewa studio latihan band dan menyanyikan lagu-lagu karya mereka
sebagai sisipan. Di saat inilah formasi mengalami pergantian, hanya tiga
orang saja yang dari awal bertahan, yaitu Jarwo, David dan Pepeng.
Hingga suatu saat Chandra datang mengisi kekosongan, disusul Emil.
Mereka berlima masing-masing memang memiliki jam terbang sebagai anak
band. Bahkan sebelum formasi ini terbentuk mereka secara terpisah pernah
berkolaborasi pula. Seperti contohnya David pernah tergabung dalam satu
band bersama Emil tanpa Jarwo dan lainnya. Dan selanjutnya seperti
ditukar-tukar saja. Dengan posisi David pada vokal, Jarwo pada gitar,
Chandra pada keyboard, Emil pada bass dan Pepeng pada drum, NAIF mulai
aktif mengisi acara-acara kampus IKJ. Lagu-lagu ciptaan sendiri lainnya
pun menyusul, seperti “Benci Libur”, “Piknik ‘72”, dan lain-lain.
Sedangkan nama NAIF didapat dari seorang teman yang bernama Dodot, yang
menilai lagu-lagu mereka terdengar begitu sederhana, namun tetap berisi
dan terdengar harmonis. Selain itu, kata “NAIF” pun mudah diingat.
Suatu saat di tahun 1996, NAIF mendapat kabar dari Irwan Ahmett, seorang
teman – disainer grafis, bahwa sebuah perusahaan rekaman berlabel
Bulletin Records (PT. Indosemar Sakti) berencana akan merilis sebuah
album kompilasi. Karena tertarik akan proyek tersebut maka NAIF
menawarkan demo kaset yang telah mereka buat sebelumnya kepada
perusahaan rekaman tersebut. Tanpa diduga ternyata sang produser tak
memasukkan NAIF dalam proyek kompilasi tersebut, tapi justru berniat
membuatkan album rekaman sendiri untuk NAIF. Tentu saja NAIF sangat
gembira. Setelah melalui berbagai prosedur tertentu, NAIF akhirnya masuk
studio rekaman dan berhasil menelurkan debut album NAIF dengan “Mobil
Balap” sebagai tembang jagoannya. NAIF tak pernah mengklaim diri bahwa
mereka adalah band dengan aliran ini atau itu. Terserah apa kata
penikmat musik mereka tentang jenis musik yang mereka usung. NAIF anti
mengkotak-kotakkan jenis musik. Misi NAIF adalah menawarkan alternatif
warna musik yang berbeda dari yang ada adalam industri mainstream di
Indonesia. Yang pasti tetap berusaha jujur dala berkarya. Retro. Banyak
yang mengklasifikasikan musik NAIF sebagai musik retro. Itu karena
kebetulan Emil, David, Jarwo, Pepeng, dan Chandra (pada saat itu)
menyukai musik-musik lama yang kemudian berpengaruh terhadap karya yang
mereka buat. Walau demikian, tak menutup kemungkinan music NAIF akan
mengalir dengan tetap mempertahankan ciri mereka, karena bagaimanapun
NAIF tetaplah manusia masa kini, yang hidup dan bersosialisasi di masa
kini. Bukan maksud melucu bila dalam aksi panggung NAIF, David sang
vokalis mengeluarkan jurus-jurus saktinya yang kerap membuat penonton
terpingkal-pingkal. Itu memang sudah menjadi sifatnya sehari-hari, yang
kemudian ia bawa ke atas panggung sebagai media interaksi terhadap
penonton. Namun tetap, mereka berlima serius dalam berkarya. Hanya saja,
menurut mereka, konsep musik dan hiburan yang mereka tawarkan di setiap
penampilan NAIF masih tergolong beda dari semua yang ada di Indonesia,
sehingga mereka sering dianggap lucu atau unik. Intinya, mereka juga
ingin menunjukkan, bahwa di balik segala hal dalam musik NAIF terdapat
suatu usaha yang serius untuk menghasilkan sebuah karya yang idealis.
Idealis ala NAIF. NAIF SEKARANG (2003 – KINI) Tahun 2003… Setelah
sewindu penuh NAIF berkiprah di entertainment, Chandra memutuskan untuk
mengundurkan diri dari band. Chandra memiliki alasan sendiri atas
keputusannya. Ia ingin meneruskan karirnya di dunia yang sesuai dengan
pendidikan akademisnya, disain grafis. Hal ini tentu sempat membuat
keempat rekannya kecewa. Namun itu tak berlangsung lama. Kini NAIF resmi
berempat : Emil, David, Jarwo dan Pepeng. Mereka bertekad untuk tetap
meneruskan pergelutan mereka di blantika musik Indonesia dengan keNAIFan
mereka. NAIF dengan formasi baru! Semangat baru!
Sunday, January 26, 2014
Navicula Buktikan Bahwa "Grunge" Belum Mati
Navicula didirikan tahun 1996 di Denpasar, Bali oleh dua aktivis musik: Robi dan Dankie.
Setelah melewati beberapa kali pergantian personil di tahun-tahun awal
band ini dibuat, hingga terbentuklah formasi terkini yang terdiri dari: Rob (vokal, gitar), Dankie (gitar), Made (bass) dan Gembull (drum). Nama Navicula diambil dari nama sejenis ganggang emas bersel satu, berbentuk seperti kapal kecil (dalam bahasa Latin, Navicula berarti kapal kecil).
Band ini mengusung grunge sebagai warna dasar musik mereka, berpadu dengan beragam warna etnik, psychedelic, blues, alternatif, folk, progresif, dibalut rock murni. Liriknya sarat dengan pesan aktivisme dan semangat tentang Perdamaian, cinta, dan kebebasan. Navicula lebih dikenal aktif sebagai band indie musik, walau sempat kontrak dengan major label Sony-BMG di tahun 2004. Bersama Sony-BMG, Navicula merilis album ke-4 mereka yang berjudul, Alkemis. Namun di tahun 2007, album ke-5 mereka, Beautiful Rebel, dirilis secara independen dan band ini kembali mengobarkan semangat idealisme mereka melalui jalur indie.
Musik Navicula dipengaruhi kuat oleh alternatif rock 90-an, terutama grunge / seattle-sound dari band-band macam Soundgarden, Pearl Jam, Alice in Chains, dan Nirvana.
Namun, yang membuat musik mereka menjadi sedemikian unik adalah
pekatnya pengaruh budaya Bali saat ini sebagai melting-pot dunia (tempat bercampurnya beragam budaya), dan kesempatan untuk berkreasi di suatu kondisi yang sangat kontras ini.
Melalui
percampuran banyak elemen, dari budaya spiritual klasik Bali, pengaruh
para seniman internasional yang menetap di Bali untuk menimba inspirasi,
dan modern kultur di sejumlah internasional spot yang ada di Bali, band
ini memperoleh rasa asli mereka, rasa ‘golden green grunge’, rasa
Navicula.
KOES PLUS MENURUT KATA ORANG
SAPTO RAHARJO,Mahasiswa ASDRAFI
dan Pemimpin grup Folk song The Pads Yogya:
“saya hanya senang volume 1 dan
11,lainnya jelek semua.Live show?Saya belum pernah menyaksikannya,hanya lihat
di tv tok.Saya paling seneng nonton show God Bless dan Bimbo. Untuk urusan
lirik saya salut Bimbo dari pada Koes. Apalagi sekarang Koes terlalu digiring
cukong untuk cepat2 cari doku sebanyak2nya. Mungkin itu prinsip mereka,mumpung
bisa cari duit selagi masih muda;cipta lagu sebanyak2nya dan merekam secepat
mungkin pokoknya duit masuk tak peduli lagu kampungan atau cengeng.
Kalau duit sudah banyak baru
merekam lagu bermutu. Diantara sekian banyak lagu Koes, saya paling senang lagu
Kolam Susu karena berani melawan kenyataan yang ada di Indonesia.Sampai2 grup
saya The Pads pernah membawakan lagu yang merupakan protes halus itu. Menurut
pendapat saya kalau ada lagu yang menceritakan keadaan sosial ekonomi yang
melarat,itu bukan lagu protes tapi hal yang wajar.Tapi sebaliknya kalau ada lagu
yang menceritakan keadaan Indonesia kaya raya, itulah protes..
Drs.MARYONO ALADIN, Mahasiswa
Kedokteran GAMA tingkat akhir dan manager Colombo Disco Yogya
“ Biar orang lain benci sama Koes
Plus,toh lagu2 mereka laris kayak kacang goreng. Yang penting kan lagu2 mereka
enak didengar. Liriknya gampang diapal,gripnya sederhana. Dan justru kesederhanaannya
itulah yang bisa menarik hati masyarakat sehingga seolah-olah sudah merupakan
mitos atau cap, kalau lagu2 koes keluar
pasti terkenal.
RENDRA,dramawan beken yg kini
tengah mempersiapkan drama barunya “ Perjuangan Suku Naga”
“ Saya kurang mengetahui tentang
Koes dan tidak otentik. Yang penting sekarang adalah apa yang saya karyakan dan
bagaimana saya berkarya selama ini dalam bidang drama. Lagu2 Koes yang saya
denger paling2 ya cuma Nusantara, yang lainya nggak Tahu.”
TATY, Ibu 4 orang anak.
“Dibandingkan dengan Mercy’s,Favorits
atau D’’lloyd saya lebih senang Koes Plus.Kecuali lagu2nya enak untuk dinikmati
juga tampang2 mereka keren dan lucu2. Menutur saya diantara mereka Tonny-lah
yang paling lucu,. Kalau dia yang nyanyi, saya mau ketawa saja. Dan lagu2 koes
plus yang saya demenin misalnya Kolam susu, Layang2,Mari2 dan Tul Jaenak”
NAZAR EFFENDI ERDE,Managing
Editor HariannSinar Indonesia Medan.
“Saya pernah kagum pada Koes
plus,kendatipun hanya lewat kasetnya. Tapi akhir2 ini saya sangat kecewa,
terutama tentang Pop Melayu yang tidak menggambarkan ciri2 Melayu. Irama lagu
dan aksen kata2 Melayunya tidak tepat. Sedikit banyak kami merasa tersinggung
oleh Pop Melayu Koes Plus. Lebih baik mereka memperdalam Pop Jawa dari pada Pop
Melayunya yang menyakitkan itu.
Pop Indonesia-nya
lumayan.Musiknya memikat hanya bahasa Indonesianya kurang bagus. Berbeda dengan Charles
Hutagalung, walaupun mukanya serem karena ia orang batak, tapi aksen Bataknya
tidak kentara. Bahasa Indonesia Charles lebih baik dari Koes Plus
MANAEK HUTABARAT,Bintang TVRI
Stodia Medan 1972.
“Sebagai grup musik pop Koes Plus
dan tahu selera masyarakat. Tapi saya benci mereka karena ke-plagiatanya. Dan
yang lebih tidak saya senangi mereka itu
latah.Laris lagu2 Melayu, merekam melayu;laku dang-dut mereka pun berdang-dut.
Saya salut jika Koes Plus bertahan dan mengkhususkan diri pada lagu2 pop Indonesia dan pop Jawa. Jangan
latah dan memikirkan duit saja. Itu namanya Tamak..”
Saturday, January 25, 2014
Sejarah Lahirnya KANTATA TAKWA
Kantata Takwa, begitu panjang
kisahnya yang bisa saya tulis mengenai kelompok musik tersebut. Karena
itu pula saya terpaksa harus membagi-bagi tulisan Kantata dengan versi
1- 2 -3 dan selanjutnya nanti. Pada bagian ini saya hanya akan
mengungkapkan kisah perkenalan saya dengan mas Djody hingga terbentuknya
kesepakatan kelompok kerja kesenian tersebut, yang akhirnya disebut Kantata Takwa.
Pada tahun 1989, saat itu saya sedang gencar melakukan promo tour bersama kelompok Godbless bagi album kami yang bertajuk ”Semut Hitam”. Saat itu saya masih tinggal di sebuah rumah (kontrakan) di daerah Kebon Jeruk, tepatnya di jalan Anggrek no.52 Kelapa Dua Kebon Jeruk – Jakarta Barat.
Disela-sela kegiatan tour, saat sedang istirahat (jadwal kosong) kami semua selalu pulang kembali ke Jakarta. Suatu hari saya ditelpon oleh Jelly Tobing (drummer) mengajak saya untuk menemani dia berhura-hura (jam-session’an) main musik dirumah seorang kenalannya. Tidak ada target atau tujuan jangka panjang tertentu selain hanya untuk ”bersuka-cita”, bermusik sekedar hepi-hepian mengisi waktu yang luang saja. Temannya tersebut adalah penghobbi musik yang punya fasilitas latihan/nge-band dirumahnya. Lazimnya orang tajir-lah …intinya .. :) .
Saya sendiri setelah diberitahu oleh Jelly Tobing, bahwa orang tajir tersebut namanya Setiawan Djody rasanya sudah tidak asing terdengar dikuping saya. Siapa sih yang nggak kenal dia saat itu…, maksudnya dilingkungan teman-teman lama saya (di tahun 1970’an) yang saat itu banyak berkecimpung di ranah bisnis “puncak gunung”, nama Setiawan Djody adalah jaminan kertas bernilai yang nggak ber-seri istilahnya hehehe.. (sumpah ngga ngaruh.., saya nggak matre’..!).
Kebetulan juga tempat tinggalnya diwilayah Kemanggisan Raya – Kebon Jeruk, yang notabene tidak berapa jauh dari rumah kontrakkan saya sendiri (10 kilometer-an lah kira-kira jaraknya). Maka disuatu hari Minggu, melalui telpon setelah janjian sama Jelly Tobing saya bersedia dateng ke alamat tersebut… ber “jreng-jreng” ria.
Singkat kata kemudian saya menelusuri jalan Kemanggisan raya yang “krodit” penuh dengan oplet dan pedagang kaki lima dikanan kirinya. Saya mencari-cari nomer rumah yang diberikan pada saya……..fuih..! nggak keliatan jek! Abis kiri kanannya penuh toko-toko bangunan serta deretan warung dan kios-kios lainnya.
Barulah akhirnya saya lihat ada sebongkah pintu gerbang besar berwarna ijo, nyelip diantara warung gudeg dan bakul-bakul rokok pinggiran jalan lainnya. Hm…ini mungkin pikir saya. Lalu sesuai dengan ”petunjuk Jelly Tobing”, bahwa: ”Klakson aja” kalau sudah ketemu gerbang ijo tersebut. Maka saya klaksonlah pintu gerbang ijo tersebut dua kali saja, ”tin…tiiin” gitu bunyi BMW 520 (yang juga masih belom lunas kreditan-nya) hehehe.
Sekejap pintu besar tersebut dibukakan oleh dua orang bertubuh tegap berambut klimis berwajah sangar ..hihihi. Mereka yang kemudian saya kenal akrab bernama pak Parno dan lainnya huehehe. Begitu hidung mobil masuk pintu pagar, terbentang ruang parkiran luas yang kira-kira mampu menampung 12 mobil banyaknya. Masih dari dalam mobil saya melihat dua ekor patung macan Afrika (item dan guwedhe) yang terbuat dari batu semen, sepertinya emang bertugas untuk menyambut kedatangan tamu yang hadir disana. Ck..ck..ck..kagumnya saya… (ndesit tenan..!).
Ruang parkiran tadi adalah bagian terpisah yang dibatasi dengan tembok tinggi untuk memasuki ruang bangunan rumah yang sebenarnya. Maka setelah melewati tembok pintu besar (melewati macan-macan tadi) …semakin takjub saya dibuatnya…. Rasanya tidak sedang berada seperti di Jakarta, namun lebih mirip saya sebut seperti sedang di daerah Bali (mis: Ubud/Gianyar, dsb). Sementara bangunan rumahnya sendiri bergaya klasik aristokrat Eropa yang rada-rada serem dan mencekam (paling nggak buat saya… kebayang sih.. gimana kalau malam..) apalagi disana sini banyak dibangun semacam ”pura” lengkap dengan sesajen2nya. Tetapi sekejap ke-takjub’an saya sirna oleh suara bising ”gedebak.. degebug… nguinngg nguuueinng.. suara gitar bertalu-talu ..hehehe..” (koq gitar bertalu-talu sik?..salah yaakk…biarin deh..).
Tampak Jelly Tobing (biasa…super heboh..) dengan beberapa rekan musisi yang sudah saya kenal seperti Ferry Asmadibrata (musisi terkenal asal Bandung) dan juga ada seorang promotor kawakan… Sofyan Ali namanya ..wah ..seru…(Bla..bla..ba..). Lalu saya dikenalkan ke Setiawan Djody oleh Jely Tobing dan sejenak kami terlibat pembicaraan “ngalor ngidul” sebelum akhirnya saya ikut-ikutan gunjrang-gunjreng nge-berisikin tetangga…: ”JUMP!” by Van Hallen…eh’..tak begitu lama kemudian nongol Renny Jayusman (rocker wanita yang selalu kalungan se-lemari banyaknya..) hehehe.. Datang langsung nyamperin microphone… ”ohh yeeeaahhh…Jumppp!!!” hayaaahh…
Kelompok/pergaulan awal tersebutlah yang kemudian melahirkan gagasan untuk membiayai rekaman bagi ”Mata Dewa” nya Iwan Fals dengan arranger-nya Ian Antono. Yang juga kemudian melahirkan pemikiran Sofyan Ali untuk mendirikan join perusahaan bersama Setiawan Djody yang bernama ”AIRO”. Semenjak saat itulah hubungan pergaulan saya dengan Setiawan Djody kian hari kian akrab, sebagai sesama orang yang mencintai dunia kesenian (khususnya di musik).
Barulah pada tahap-tahap berikutnya akan saya ceritakan proses bergabungnya teman-teman musisi yang lain seperti Iwan Fals / Sawung Jabo dan lainnya.
Pada tahun 1989, saat itu saya sedang gencar melakukan promo tour bersama kelompok Godbless bagi album kami yang bertajuk ”Semut Hitam”. Saat itu saya masih tinggal di sebuah rumah (kontrakan) di daerah Kebon Jeruk, tepatnya di jalan Anggrek no.52 Kelapa Dua Kebon Jeruk – Jakarta Barat.
Disela-sela kegiatan tour, saat sedang istirahat (jadwal kosong) kami semua selalu pulang kembali ke Jakarta. Suatu hari saya ditelpon oleh Jelly Tobing (drummer) mengajak saya untuk menemani dia berhura-hura (jam-session’an) main musik dirumah seorang kenalannya. Tidak ada target atau tujuan jangka panjang tertentu selain hanya untuk ”bersuka-cita”, bermusik sekedar hepi-hepian mengisi waktu yang luang saja. Temannya tersebut adalah penghobbi musik yang punya fasilitas latihan/nge-band dirumahnya. Lazimnya orang tajir-lah …intinya .. :) .
Saya sendiri setelah diberitahu oleh Jelly Tobing, bahwa orang tajir tersebut namanya Setiawan Djody rasanya sudah tidak asing terdengar dikuping saya. Siapa sih yang nggak kenal dia saat itu…, maksudnya dilingkungan teman-teman lama saya (di tahun 1970’an) yang saat itu banyak berkecimpung di ranah bisnis “puncak gunung”, nama Setiawan Djody adalah jaminan kertas bernilai yang nggak ber-seri istilahnya hehehe.. (sumpah ngga ngaruh.., saya nggak matre’..!).
Kebetulan juga tempat tinggalnya diwilayah Kemanggisan Raya – Kebon Jeruk, yang notabene tidak berapa jauh dari rumah kontrakkan saya sendiri (10 kilometer-an lah kira-kira jaraknya). Maka disuatu hari Minggu, melalui telpon setelah janjian sama Jelly Tobing saya bersedia dateng ke alamat tersebut… ber “jreng-jreng” ria.
Singkat kata kemudian saya menelusuri jalan Kemanggisan raya yang “krodit” penuh dengan oplet dan pedagang kaki lima dikanan kirinya. Saya mencari-cari nomer rumah yang diberikan pada saya……..fuih..! nggak keliatan jek! Abis kiri kanannya penuh toko-toko bangunan serta deretan warung dan kios-kios lainnya.
Barulah akhirnya saya lihat ada sebongkah pintu gerbang besar berwarna ijo, nyelip diantara warung gudeg dan bakul-bakul rokok pinggiran jalan lainnya. Hm…ini mungkin pikir saya. Lalu sesuai dengan ”petunjuk Jelly Tobing”, bahwa: ”Klakson aja” kalau sudah ketemu gerbang ijo tersebut. Maka saya klaksonlah pintu gerbang ijo tersebut dua kali saja, ”tin…tiiin” gitu bunyi BMW 520 (yang juga masih belom lunas kreditan-nya) hehehe.
Sekejap pintu besar tersebut dibukakan oleh dua orang bertubuh tegap berambut klimis berwajah sangar ..hihihi. Mereka yang kemudian saya kenal akrab bernama pak Parno dan lainnya huehehe. Begitu hidung mobil masuk pintu pagar, terbentang ruang parkiran luas yang kira-kira mampu menampung 12 mobil banyaknya. Masih dari dalam mobil saya melihat dua ekor patung macan Afrika (item dan guwedhe) yang terbuat dari batu semen, sepertinya emang bertugas untuk menyambut kedatangan tamu yang hadir disana. Ck..ck..ck..kagumnya saya… (ndesit tenan..!).
Ruang parkiran tadi adalah bagian terpisah yang dibatasi dengan tembok tinggi untuk memasuki ruang bangunan rumah yang sebenarnya. Maka setelah melewati tembok pintu besar (melewati macan-macan tadi) …semakin takjub saya dibuatnya…. Rasanya tidak sedang berada seperti di Jakarta, namun lebih mirip saya sebut seperti sedang di daerah Bali (mis: Ubud/Gianyar, dsb). Sementara bangunan rumahnya sendiri bergaya klasik aristokrat Eropa yang rada-rada serem dan mencekam (paling nggak buat saya… kebayang sih.. gimana kalau malam..) apalagi disana sini banyak dibangun semacam ”pura” lengkap dengan sesajen2nya. Tetapi sekejap ke-takjub’an saya sirna oleh suara bising ”gedebak.. degebug… nguinngg nguuueinng.. suara gitar bertalu-talu ..hehehe..” (koq gitar bertalu-talu sik?..salah yaakk…biarin deh..).
Tampak Jelly Tobing (biasa…super heboh..) dengan beberapa rekan musisi yang sudah saya kenal seperti Ferry Asmadibrata (musisi terkenal asal Bandung) dan juga ada seorang promotor kawakan… Sofyan Ali namanya ..wah ..seru…(Bla..bla..ba..). Lalu saya dikenalkan ke Setiawan Djody oleh Jely Tobing dan sejenak kami terlibat pembicaraan “ngalor ngidul” sebelum akhirnya saya ikut-ikutan gunjrang-gunjreng nge-berisikin tetangga…: ”JUMP!” by Van Hallen…eh’..tak begitu lama kemudian nongol Renny Jayusman (rocker wanita yang selalu kalungan se-lemari banyaknya..) hehehe.. Datang langsung nyamperin microphone… ”ohh yeeeaahhh…Jumppp!!!” hayaaahh…
Kelompok/pergaulan awal tersebutlah yang kemudian melahirkan gagasan untuk membiayai rekaman bagi ”Mata Dewa” nya Iwan Fals dengan arranger-nya Ian Antono. Yang juga kemudian melahirkan pemikiran Sofyan Ali untuk mendirikan join perusahaan bersama Setiawan Djody yang bernama ”AIRO”. Semenjak saat itulah hubungan pergaulan saya dengan Setiawan Djody kian hari kian akrab, sebagai sesama orang yang mencintai dunia kesenian (khususnya di musik).
Barulah pada tahap-tahap berikutnya akan saya ceritakan proses bergabungnya teman-teman musisi yang lain seperti Iwan Fals / Sawung Jabo dan lainnya.
SEJARAH TERBENTUKNYA GRUP BAND J-ROCK
J-Rocks adalah band dari Jakarta yang berdiri
pada 9 November 2003 dengan personel
Iman (vokal, gitar), Sony (gitar), Wima (bass),
dan Anton (drum). Aliran band ini adalah
Japanese pop/rock.
Awalnya band ini bernama J-Rockstars.
Penambahan huruf "J" di depan kata Rockstar
adalah dengan alasan J bisa berarti Jepang
(karena mereka memainkan Japanese pop/
rock music), Jakarta karena mereka berasal
dari Jakarta, serta 'Jujur' yaitu memainkan
musik yang benar-bener mereka sukai. Nama
J-Rockstars akhirnya disingkat menjadi J-
Rocks, dan nama J-Rockstars menjadi istilah
untuk penggemar J-Rocks (biasa disingkat
JRS). Sejak tahun 2008, J-Rocks mulai
mengenakam kostum batik dengan desain
modern namum tetap dengan dandanan ala
Harajuku, dan mempromosikan batik kepada
kawula muda.
Sejarah J-Rocks
Awal Karier
J-Rocks
Awal 2004, J-Rocks menjuarai festival musik
Nescafe Get Started 2004 yang disponsori
oleh Nescafe, Trans TV, dan Aquarius
Musikindo. Masing-masing personel meraih
best vocalist, best guitarist, best bassist, dan
best drummer. Mereka berhasil menjuarai
festival tersebut dan berkesempatan
membuat album kompilasi Nescafe Get
Started yang merupakan awal bentuk
kerjasama mereka dengan Aquarius
Musikindo. Mereka akhirnya berhasil
meluncurkan album perdana nya yang
bertajuk "Topeng Sahabat" dengan label
Aquarius pada pertengahan tahun 2005 dan
mengisi dua lagu di album OST Dealova yaitu
"Serba Salah" dan "Into The Silent".
Band ini semakin dikenal sejak munculnya
album kedua Spirit, J-Rocks memainkan
bermacam-macam beat dan aliran musik
seperti Rock'n Roll (Juwita Hati), Waltz /
Victorian (Tersesal), Symphonic Metal (Aku
Harus Bisa), blues, klasik, dan lain sebagainya.
Pada lagu berjudul "Kau Curi Lagi" mereka
berkolaborasi gitaris wanita, Prisa Rianzi dan
pada lagu "Juwita Hati" mereka membuat
video klip di Jepang yang digarap oleh Hedy
Suryawan. Shalvynne Chang, Sato & Boppy
berperan sebagai fans yang mengejar idolanya
sampai ke Jepang . Tidak tanggung-tanggung,
beberapa kawasan di Jepang termasuk
Shibuya & Harajuku dijadikan lokasi syuting
Video Clip. Konsep yang menarik membuat
Video Klip ini populer di Indonesia.
Rekaman di Studio Legendaris Abbey Road
J-Rocks mengukir sejarah sebagai band
Indonesia pertama yang rekaman di studio
legendaris Abbey Road, di Inggris. Proses
rekaman dan mixing lagu-lagu terbaru mereka
dilakukan selama lima hari dari tanggal 12
sampai 16 Oktober 2008. Di studio Abbey
Road mereka ditangani oleh Chris Butler,
seorang sound engineer ternama.
Proses rekaman untuk ketiga lagu J-Rocks
hanya membutuhkan waktu selama dua hari.
Di hari ke-3, Christ melakukan proses final
mixing untuk lagu-lagu itu. Sambil menunggu,
J-Rocks membuat video clip untuk lagu Falling
in Love dan berfoto di zebra cross legendaris
Abbey Road dengan mengenakan batik yang
sudah mereka persiapkan dari Jakarta.
Hasilnya J-Rocks merilis album ke-3, berupa
mini album bertajuk "Road to Abbey", dengan
cover bergambar J-Rocks menyebrangi
zebracross Abbey Road ala The Beatles. Berisi
4 lagu dan 1 instrumental.
Kesempatan berharga ini diperoleh J-Rocks
karena memenangkan ajang "A Mild Live
Soundrenaline 2008". J-Rocks terpilih sebagai
band terbaik di ajang tersebut karena mampu
tampil sesuai dengan tema "Free Your Voice"
dan berhasil membawa topik "Save Our Music
and Culture". Rekaman di Abbey Road Studios
diharapkan bisa menjadi pintu gerbang go
internasional.
Abbey Road Studios didirikan pada November
1931 oleh EMI di "London". Sejumlah musisi
tersohor pernah merekam lagu mereka di
studio itu, seperti The Beatles, Green Day,
Muse, Oasis, Radiohead, Red Hot Chili
Peppers, U2 bahkan Michael Jackson.
pada 9 November 2003 dengan personel
Iman (vokal, gitar), Sony (gitar), Wima (bass),
dan Anton (drum). Aliran band ini adalah
Japanese pop/rock.
Awalnya band ini bernama J-Rockstars.
Penambahan huruf "J" di depan kata Rockstar
adalah dengan alasan J bisa berarti Jepang
(karena mereka memainkan Japanese pop/
rock music), Jakarta karena mereka berasal
dari Jakarta, serta 'Jujur' yaitu memainkan
musik yang benar-bener mereka sukai. Nama
J-Rockstars akhirnya disingkat menjadi J-
Rocks, dan nama J-Rockstars menjadi istilah
untuk penggemar J-Rocks (biasa disingkat
JRS). Sejak tahun 2008, J-Rocks mulai
mengenakam kostum batik dengan desain
modern namum tetap dengan dandanan ala
Harajuku, dan mempromosikan batik kepada
kawula muda.
Sejarah J-Rocks
Awal Karier
J-Rocks
Awal 2004, J-Rocks menjuarai festival musik
Nescafe Get Started 2004 yang disponsori
oleh Nescafe, Trans TV, dan Aquarius
Musikindo. Masing-masing personel meraih
best vocalist, best guitarist, best bassist, dan
best drummer. Mereka berhasil menjuarai
festival tersebut dan berkesempatan
membuat album kompilasi Nescafe Get
Started yang merupakan awal bentuk
kerjasama mereka dengan Aquarius
Musikindo. Mereka akhirnya berhasil
meluncurkan album perdana nya yang
bertajuk "Topeng Sahabat" dengan label
Aquarius pada pertengahan tahun 2005 dan
mengisi dua lagu di album OST Dealova yaitu
"Serba Salah" dan "Into The Silent".
Band ini semakin dikenal sejak munculnya
album kedua Spirit, J-Rocks memainkan
bermacam-macam beat dan aliran musik
seperti Rock'n Roll (Juwita Hati), Waltz /
Victorian (Tersesal), Symphonic Metal (Aku
Harus Bisa), blues, klasik, dan lain sebagainya.
Pada lagu berjudul "Kau Curi Lagi" mereka
berkolaborasi gitaris wanita, Prisa Rianzi dan
pada lagu "Juwita Hati" mereka membuat
video klip di Jepang yang digarap oleh Hedy
Suryawan. Shalvynne Chang, Sato & Boppy
berperan sebagai fans yang mengejar idolanya
sampai ke Jepang . Tidak tanggung-tanggung,
beberapa kawasan di Jepang termasuk
Shibuya & Harajuku dijadikan lokasi syuting
Video Clip. Konsep yang menarik membuat
Video Klip ini populer di Indonesia.
Rekaman di Studio Legendaris Abbey Road
J-Rocks mengukir sejarah sebagai band
Indonesia pertama yang rekaman di studio
legendaris Abbey Road, di Inggris. Proses
rekaman dan mixing lagu-lagu terbaru mereka
dilakukan selama lima hari dari tanggal 12
sampai 16 Oktober 2008. Di studio Abbey
Road mereka ditangani oleh Chris Butler,
seorang sound engineer ternama.
Proses rekaman untuk ketiga lagu J-Rocks
hanya membutuhkan waktu selama dua hari.
Di hari ke-3, Christ melakukan proses final
mixing untuk lagu-lagu itu. Sambil menunggu,
J-Rocks membuat video clip untuk lagu Falling
in Love dan berfoto di zebra cross legendaris
Abbey Road dengan mengenakan batik yang
sudah mereka persiapkan dari Jakarta.
Hasilnya J-Rocks merilis album ke-3, berupa
mini album bertajuk "Road to Abbey", dengan
cover bergambar J-Rocks menyebrangi
zebracross Abbey Road ala The Beatles. Berisi
4 lagu dan 1 instrumental.
Kesempatan berharga ini diperoleh J-Rocks
karena memenangkan ajang "A Mild Live
Soundrenaline 2008". J-Rocks terpilih sebagai
band terbaik di ajang tersebut karena mampu
tampil sesuai dengan tema "Free Your Voice"
dan berhasil membawa topik "Save Our Music
and Culture". Rekaman di Abbey Road Studios
diharapkan bisa menjadi pintu gerbang go
internasional.
Abbey Road Studios didirikan pada November
1931 oleh EMI di "London". Sejumlah musisi
tersohor pernah merekam lagu mereka di
studio itu, seperti The Beatles, Green Day,
Muse, Oasis, Radiohead, Red Hot Chili
Peppers, U2 bahkan Michael Jackson.
Friday, January 24, 2014
sejarah singkat band GiGi
Tahun delapan puluh tujuhan di Banjarmasin dan sekitarnya bila ada
acara-acara sering ditampilkan sebuah band yang waktu itu cukup punya
nama di seantero Banjarmasin, Pawakha Band sebagai penghiburnya. Satu
keunikan dari band ini, di tengah-tengah penampilannya akan menyuguhkan
sebuah gimmick yang akhirnya menjadi ciri khas Pawakha band hampir pada
setiap kesempatan tampil dan menjadi satu ‘atraksi’ yang ditunggu-tunggu
oleh penontonnya.
‘Atraksi’ apa gerangan? Di tengah-tengah Pawakha Band membawakan lagu-lagunya..tiba-tiba muncul anak kecil berumur tujuh tahun dan langsung duduk di belakang drums menggantikan posisi drummer Pawakha, dan digebraklah satu lagu rock yang saat itu cukup populer dengan rancak oleh si drummer cilik itu dan menimbulkan decak kagum sebaian besar penonton yang ada.
Gusti Erhandy Rakhmatullah, begitu nama lengkap drummer cilik itu. Ya! Itu memang Hendy yang sekarang menduduki “kursi” drum GIGI.
Masih berkisar sekitar masa kanak-kanak Hendy di Banjarmasin. Dia pertama kali kenal dengan perangkat drum saat di rumahnya sering diadakan latihan band kakaknya. Seperti anak kecil pada umumnya kalo ada seperangkat alat band pasti yang paling menarik adalah drum. Begitu pula dengan Hendy kecil, kalo band yang latihan itu lagi rehat, yang disatroni dipake mainan Hendy pasti drum. Dasar memang talentanya Hendy di drum, anak-anak band yang lagi latihan melihat Hendy mukul-mukulnya biar cuman main-main asal mukul tapi iramanya bener. Maka diusulkanlah ke ortu Hendy agar Hendy bakatnya diarahkan aja.
Kebetulan saat itu belum nemu guru drum yang cocok buat Hendy, maka guru keyboard kakaknyalah yang didaulat untuk kasih les drum ke Hendy. Memang ga bisa detil, cuman basic-basicnya aja, lebih dikonsentrasikan ke belajar not balok, harga-harga not, beat-beat, belum sampe ke soal teknik bermain yang kompleks. Mungkin karena memang udah bakat, hanya beberapa bulan Hendy kecil udah bisa mainin beberapa lagu. Dan jadilah Hendy “bintang tamu” Pawakha Band kalo lagi manggung.
Kebetulan di Banjarmasin juga ada pemain bass & gitar cilik berbakat yang sebaya dengan Hendy. Akhirnya dibentuklah band bocah dengan nama “Little Pawakha Band” dengan formasi trio Drum, Gitar dan Bass yang merangkap vokalis. Mungkin saat itu ter-influence ama formasi grup rock gaek asal Surabaya, SAS (yang juga berformasi trio)yang memang sedang naik daun.
Kurang puas dengan ilmu yang didapat dari musisi senior lokal Banjarmasin, Hendy dan kakaknya setiap sekolahnya libur panjang, menyempatkan diri ke Jakarta untuk les ke musisi Jakarta. Hendy yang waktu itu sudah kelas empat SD (1989) pengen banget belajar ke Gilang Ramadhan. Sayang karena padatnya jadwal Gilang, Hendy hanya berkesempatan belajar ke asisten Gilang, Lemmy Ibrahim di Indra Lesmana Workshop (Sekolah Musik Farabi).
Ada cerita unik waktu Hendy les drum di Farabi. Lagi konsentrasi di salah satu kelas, tiba-tiba ada yang nengok. Si penengok menyapa Hendy kecil dan ngomong : “Sini gua gitarin”, (rupanya si penengok itu pemain gitar). Kayaknya si gitaris merasa gemes ngelihat drummer ke cil yang lucu dan permainan drumnya sudah cukup piawai itu hingga pengen iseng-iseng nge-jam. Maka terjadilah sebuah jam session kecil-kecilan antara Hendy dan gitaris tadi. Saat itu juga ada Indra Lesmana dan Gilang Ramadhan yang temannya si gitaris tadi. Belakangan baru ketahuan kalo pemain gitar tadi ternyata Dewa Budjana (waktu itu belum terbentuk GIGI).
Unik dan lucu dua musisi, yang satu masih anak-anak berumur 9 tahun dan satunya sudah 26 tahun ketemu dan main bareng. Dan sekarang, lima belas tahun kemudian, dua orang itu nge-band bareng di GIGI.
Masa libur hampir usai Hendy pun balik ke Banjarmasin. Hendy lumayan dapat bekal teknik-teknik bermain drum untuk dikembangkan sendiri di rumahnya. Syangnya drummer kecil ini belum serius banget di dunia musik. Main drum buat dia masih seperti mainan aja sama halnya dengan mainan anak-anak pada umumnya seperti games dan sebagainya. Jadi kadang-kadang kalau lagi bosan juga nggak disentuh sama sekali.
Tahun 1990 saat liburan panjang tiba, Hendy dan kakaknya pun kembali bertandang ke Jakarta untuk mencari kesempatan menambah ilmu musiknya. Obsesinya pengen belajar ke Gilang nggak pernah luntur. Nasib Hendy belum lagi beruntung, Seperti tahun lalu Gilang jadwalnya masih padat juga sehingga belum ada waktu buat kasih les drum ke Hendy. Sang kakak yang pemain keyboard menunya tahun ini menimba ilmu ke Andy Ayunir. Nah sama Andy Hendy ditawarin les sama kakanya, Arir Ayunir yang waktu itu drummer Potret.
Tak ada rotan akar pun jadi, maka Hendy pun mengiyakan untuk les ke Arie Ayunir. Hampir sebulan penuh Hendy mentransfer ilmu-ilmu drum dari Arie.
Dianggap sudah cukup bertambah ilmu dan ‘jam terbang’nya dua personel “Little Pawakha Band” Hendy dan Amin (pemain bassnya) dinaikkan ‘pangkat’nya jadi personel “Pawakha Band” (nggak little lagi, meskipun benernya termasuk masih bocah). Dengan formasi baru itu Pawakha ngikut Festival Rock-nya Log Zhelebor, sayang nggak sampe masuk babak final.
Tahun berikutnya (1991) dengan ‘semangat 45’ Pawakha kembali ikutan festival band. Kali ini bukan versi Log Zhelbeour. Tapi sama-sama tingkat nasional yang diadakan di Bandung. Dan dewi fortuna sedang berpihak, Pawakha berhasil membawa pulang ke Banjarmasin trophy juara pertama. Lebih lengkap lagi Hendy juga meraih predikat drummer terbaik, juga pemain gitarnya.
Masa SMP (1992 – 1995) Hendy dan band SMP-nya merajai festival-festival band antar SMP maupun umum di Banjarmasin dan Kalimantan. Lucunya ikutan festival itu targetnya bukan band-nya pengen menyabet juara tapi cuman the best drummer aja.
Di masa hendy SMP itulah GIGI lahir (tepatnya 22 Maret 1994), dan ternyata Hendy ngefans banget ama GIGI. “Waktu itu koleksi gue yang terlengkap untuk band Indonesia ya cuman GIGI doang, lengkap dari album pertama sampe yang terbaru”, cerita Hendy. “Lebih-lebih gue ngefans berat ama Ronald, sampe-sampe album siapa pun kalo yang ngedrum Ronald pasti gue beli walo gue ga seneng lagunya”, sambung Hendy. Kefanatikannya ama GIGI kebawa juga ke band-nya yang juga bawain lagu-lagu GIGI.
Saat SMA Hendy mulai merasakan dan berpikir bahwa jalur hidupnya adalah main musik. Dari yang hanya main-main waktu kecil hingga SMA dia semakin menyadari kalo gak bakal bisa lepas dari main musik. Dia mulai mereka-reka lulus SMA nanti dia gak akan memilih kuliah di jurusan yang butuh konsentrasi pemikiran yang berat. Dia lebih pengen konsentrasi di musik, kuliah cuman sambil lalu aja. Meskipun dia tahu itu pemikiran yang cukup kontroversial di keluarganya. Sama halnya dengan keluarga / orang tua pada umumnya, yang ideal bagi mereka kuliah adalah nomor satu! Dan satu trauma sudah terbayang di pelupuk mata. Kakaknya yang juga nge-band, pas udah kuliah ‘terpaksa’ harus stop nge-band-nya, karena rambu-rambu “kuliah no.1” sedikit terlanggar.
Hendy harus bener-bener bisa menyiasati agar “kuliah no.1”, “nge-band (juga) no.1” gitu kali ya Hen! Dan itu perlu pembuktian!
Saatnya pun tiba, 1998 Hendy lulus SMA dan memilih kuliah di Jakarta. Wow! Rasanya semakin deket aja ama cita-citanya! Yang pertama, satu keinginannya yang belum pernah kesampean akhirnya bisa juga : Les drum ke Gilang Ramadhan! Nyesuaiin jadwal les ama kesibukan Gilang jadi lebih mudah karena Hendy udah tinggal di Jakarta.
Gimana aktivitas nge-band Hendy setelah kuliah di Jakarta? Karena masih baru di Jakarta jadi ya masih sekitar band kampus aja.
Belakangan Hendy ngebentuk band yang diberi nama “Fresh” (yang kemudian ganti nama “Pawakha”). Udah sempet bikin demo yang rencananya albumnya bakal diproduseri oleh Gilang. Tapi entah karena apa rencana album itu kandas di tengah jalan.
‘Atraksi’ apa gerangan? Di tengah-tengah Pawakha Band membawakan lagu-lagunya..tiba-tiba muncul anak kecil berumur tujuh tahun dan langsung duduk di belakang drums menggantikan posisi drummer Pawakha, dan digebraklah satu lagu rock yang saat itu cukup populer dengan rancak oleh si drummer cilik itu dan menimbulkan decak kagum sebaian besar penonton yang ada.
Gusti Erhandy Rakhmatullah, begitu nama lengkap drummer cilik itu. Ya! Itu memang Hendy yang sekarang menduduki “kursi” drum GIGI.
Masih berkisar sekitar masa kanak-kanak Hendy di Banjarmasin. Dia pertama kali kenal dengan perangkat drum saat di rumahnya sering diadakan latihan band kakaknya. Seperti anak kecil pada umumnya kalo ada seperangkat alat band pasti yang paling menarik adalah drum. Begitu pula dengan Hendy kecil, kalo band yang latihan itu lagi rehat, yang disatroni dipake mainan Hendy pasti drum. Dasar memang talentanya Hendy di drum, anak-anak band yang lagi latihan melihat Hendy mukul-mukulnya biar cuman main-main asal mukul tapi iramanya bener. Maka diusulkanlah ke ortu Hendy agar Hendy bakatnya diarahkan aja.
Kebetulan saat itu belum nemu guru drum yang cocok buat Hendy, maka guru keyboard kakaknyalah yang didaulat untuk kasih les drum ke Hendy. Memang ga bisa detil, cuman basic-basicnya aja, lebih dikonsentrasikan ke belajar not balok, harga-harga not, beat-beat, belum sampe ke soal teknik bermain yang kompleks. Mungkin karena memang udah bakat, hanya beberapa bulan Hendy kecil udah bisa mainin beberapa lagu. Dan jadilah Hendy “bintang tamu” Pawakha Band kalo lagi manggung.
Kebetulan di Banjarmasin juga ada pemain bass & gitar cilik berbakat yang sebaya dengan Hendy. Akhirnya dibentuklah band bocah dengan nama “Little Pawakha Band” dengan formasi trio Drum, Gitar dan Bass yang merangkap vokalis. Mungkin saat itu ter-influence ama formasi grup rock gaek asal Surabaya, SAS (yang juga berformasi trio)yang memang sedang naik daun.
Kurang puas dengan ilmu yang didapat dari musisi senior lokal Banjarmasin, Hendy dan kakaknya setiap sekolahnya libur panjang, menyempatkan diri ke Jakarta untuk les ke musisi Jakarta. Hendy yang waktu itu sudah kelas empat SD (1989) pengen banget belajar ke Gilang Ramadhan. Sayang karena padatnya jadwal Gilang, Hendy hanya berkesempatan belajar ke asisten Gilang, Lemmy Ibrahim di Indra Lesmana Workshop (Sekolah Musik Farabi).
Ada cerita unik waktu Hendy les drum di Farabi. Lagi konsentrasi di salah satu kelas, tiba-tiba ada yang nengok. Si penengok menyapa Hendy kecil dan ngomong : “Sini gua gitarin”, (rupanya si penengok itu pemain gitar). Kayaknya si gitaris merasa gemes ngelihat drummer ke cil yang lucu dan permainan drumnya sudah cukup piawai itu hingga pengen iseng-iseng nge-jam. Maka terjadilah sebuah jam session kecil-kecilan antara Hendy dan gitaris tadi. Saat itu juga ada Indra Lesmana dan Gilang Ramadhan yang temannya si gitaris tadi. Belakangan baru ketahuan kalo pemain gitar tadi ternyata Dewa Budjana (waktu itu belum terbentuk GIGI).
Unik dan lucu dua musisi, yang satu masih anak-anak berumur 9 tahun dan satunya sudah 26 tahun ketemu dan main bareng. Dan sekarang, lima belas tahun kemudian, dua orang itu nge-band bareng di GIGI.
Masa libur hampir usai Hendy pun balik ke Banjarmasin. Hendy lumayan dapat bekal teknik-teknik bermain drum untuk dikembangkan sendiri di rumahnya. Syangnya drummer kecil ini belum serius banget di dunia musik. Main drum buat dia masih seperti mainan aja sama halnya dengan mainan anak-anak pada umumnya seperti games dan sebagainya. Jadi kadang-kadang kalau lagi bosan juga nggak disentuh sama sekali.
Tahun 1990 saat liburan panjang tiba, Hendy dan kakaknya pun kembali bertandang ke Jakarta untuk mencari kesempatan menambah ilmu musiknya. Obsesinya pengen belajar ke Gilang nggak pernah luntur. Nasib Hendy belum lagi beruntung, Seperti tahun lalu Gilang jadwalnya masih padat juga sehingga belum ada waktu buat kasih les drum ke Hendy. Sang kakak yang pemain keyboard menunya tahun ini menimba ilmu ke Andy Ayunir. Nah sama Andy Hendy ditawarin les sama kakanya, Arir Ayunir yang waktu itu drummer Potret.
Tak ada rotan akar pun jadi, maka Hendy pun mengiyakan untuk les ke Arie Ayunir. Hampir sebulan penuh Hendy mentransfer ilmu-ilmu drum dari Arie.
Dianggap sudah cukup bertambah ilmu dan ‘jam terbang’nya dua personel “Little Pawakha Band” Hendy dan Amin (pemain bassnya) dinaikkan ‘pangkat’nya jadi personel “Pawakha Band” (nggak little lagi, meskipun benernya termasuk masih bocah). Dengan formasi baru itu Pawakha ngikut Festival Rock-nya Log Zhelebor, sayang nggak sampe masuk babak final.
Tahun berikutnya (1991) dengan ‘semangat 45’ Pawakha kembali ikutan festival band. Kali ini bukan versi Log Zhelbeour. Tapi sama-sama tingkat nasional yang diadakan di Bandung. Dan dewi fortuna sedang berpihak, Pawakha berhasil membawa pulang ke Banjarmasin trophy juara pertama. Lebih lengkap lagi Hendy juga meraih predikat drummer terbaik, juga pemain gitarnya.
Masa SMP (1992 – 1995) Hendy dan band SMP-nya merajai festival-festival band antar SMP maupun umum di Banjarmasin dan Kalimantan. Lucunya ikutan festival itu targetnya bukan band-nya pengen menyabet juara tapi cuman the best drummer aja.
Di masa hendy SMP itulah GIGI lahir (tepatnya 22 Maret 1994), dan ternyata Hendy ngefans banget ama GIGI. “Waktu itu koleksi gue yang terlengkap untuk band Indonesia ya cuman GIGI doang, lengkap dari album pertama sampe yang terbaru”, cerita Hendy. “Lebih-lebih gue ngefans berat ama Ronald, sampe-sampe album siapa pun kalo yang ngedrum Ronald pasti gue beli walo gue ga seneng lagunya”, sambung Hendy. Kefanatikannya ama GIGI kebawa juga ke band-nya yang juga bawain lagu-lagu GIGI.
Saat SMA Hendy mulai merasakan dan berpikir bahwa jalur hidupnya adalah main musik. Dari yang hanya main-main waktu kecil hingga SMA dia semakin menyadari kalo gak bakal bisa lepas dari main musik. Dia mulai mereka-reka lulus SMA nanti dia gak akan memilih kuliah di jurusan yang butuh konsentrasi pemikiran yang berat. Dia lebih pengen konsentrasi di musik, kuliah cuman sambil lalu aja. Meskipun dia tahu itu pemikiran yang cukup kontroversial di keluarganya. Sama halnya dengan keluarga / orang tua pada umumnya, yang ideal bagi mereka kuliah adalah nomor satu! Dan satu trauma sudah terbayang di pelupuk mata. Kakaknya yang juga nge-band, pas udah kuliah ‘terpaksa’ harus stop nge-band-nya, karena rambu-rambu “kuliah no.1” sedikit terlanggar.
Hendy harus bener-bener bisa menyiasati agar “kuliah no.1”, “nge-band (juga) no.1” gitu kali ya Hen! Dan itu perlu pembuktian!
Saatnya pun tiba, 1998 Hendy lulus SMA dan memilih kuliah di Jakarta. Wow! Rasanya semakin deket aja ama cita-citanya! Yang pertama, satu keinginannya yang belum pernah kesampean akhirnya bisa juga : Les drum ke Gilang Ramadhan! Nyesuaiin jadwal les ama kesibukan Gilang jadi lebih mudah karena Hendy udah tinggal di Jakarta.
Gimana aktivitas nge-band Hendy setelah kuliah di Jakarta? Karena masih baru di Jakarta jadi ya masih sekitar band kampus aja.
Belakangan Hendy ngebentuk band yang diberi nama “Fresh” (yang kemudian ganti nama “Pawakha”). Udah sempet bikin demo yang rencananya albumnya bakal diproduseri oleh Gilang. Tapi entah karena apa rencana album itu kandas di tengah jalan.
Guruh-Gipsy,
Musik Guruh-Gipsy ini adalah karya
kolaborasi antara Guruh Sukarnoputra, seniman putra bungsu Presiden
Pertama RI dengan Ibu Fatmawati bersama grup band rock asal Jakarta
“Gipsy”. Proyek kolaborasi ini memakan waktu setahun (1975-1976) dan
hanya membuahkan 1 kaset yang terdiri dari 6 lagu. Kaset ini dirilis
tahun 1976 tanpa pernah dipentaskan di atas panggung.
Meskipun demikian, menurut kritikus
musik Denny Sakrie, karya ini disebutnya sebagai “tonggak musik
‘progressive-rock’ di Indonesia” . Saya tidak sepenuhnya sepakat dengan
istilah “progressive” itu, karena istilah ini akan mengacu pada musik
yang cepat, ritmis dan keras. Musik mereka tidaklah demikian. Saya lebih
pas dengan istilah ‘art-rock’ yang rumit, njlimet dan bernuansa klasik.
Meskipun demikian saya sepenuhnya sepakat bahwa karya kolaborasi ini
sangat bagus dan sangat pantas untuk menyandang predikat “Ikon musik
Indonesia”.
The Gipsy atau Gipsy adalah band dengan
kemampuan personil dan aransemen musik yang dapat digolongkan dalam
grup band dahsyat di tanah air, sejajar dengan God Bless, Rollies dan
AKA/SAS. Tapi karena orientasi musiknya yang tidak umum (saya memakai
istilah “salah jalur”), karena mereka lebih sering memainkan aransemen
Genesis,Yes dan Pink Floyd, yang tidak sepopuler musik hard rock
yang ketika itu disukai seperti: Deep Purple, Led Zeppelin, Chicago,
dll. Jadi, namanya memang sejak awal tidaklah terlalu terkenal, biarpun
mereka lama bermain di luar negeri.
Guruh Sukarnoputra, ketika itu adalah
“Mr. Nobody” dalam hal musik. Meskipun punya pengetahuan luas dan
mendalam tentang musik tradisional Indonesia, khususnya Bali, proyek
kolaborasi ini adalah karya pertamanya di bidang musik.
Guruh dan Gipsy sepakat berkolaborasi
memadukan musik rock ala Gipsy dalam nuansa Bali! Meskipun mereka bukan
yang pertama dalam segala hal. Bukan grup band rock Indonesia pertama
yang merekam lagunya. Bukan pula grup band yang berusaha mencampurkan
musik tradisional yang pentatonis ke musik ‘westernized’ yang
diatonis. (AKA dan Rollies sudah mulai merekam lagu mereka tahun
1973, dan meskipun cukup berhasil dalam pemasaran. Lagu-lagu ciptaan
mereka sangat jauh dari “kegaharan” mereka di panggung. God Bless
merekam lagu syahdu Huma di atas Bukit 1975 dengan menyisipkan aransemen “Firth to Fifth” punya Genesis)
Memadukan musik Bali dengan musik Barat juga bukan barang baru. Ray Manzarek (The Doors) pernah melakukannya (The Golden Scarab,
1971), juga pemusik Jerman, Eberhard Schoener bersama grupnya Bali
Agung bahkan berkali-kali membuat komposisi dengan gamelan Bali. Di
dalam negeri, Harry Roesli lebih dulu memadukan degung Sunda dalam
musiknya Opera Ken Arok !973.
Meskipun demikian, karya kolaborasi ini
tetap fenomenal, musiknya yang unik, syairnya yang melagukan rintihan
Bali yang sedang dilindas modernisasi, bahkan masih relevan dengan
kondisi kini. Dan hasilnya merupakan musik yang sungguh cerdas dan apik.
Proyek ini diawaki oleh personil Gipsy :
3 Nasution bersaudara; Keenan (drums, vokal), Odink (gitar), Gaury
(gitar), Ronny Harahap (piano, keyboard, vokal, aransemen musik),
Chrisye (bass, vokal), Abadi Soesman (moog synthesizer) bersama Guruh
(pengarang semua lagu), Hutauruk Sisters (Berlian, Tarida, Bornok,
Rugun), para pemusik tradisional Bali pimpinan I Gusti Kompyang Raka
dengan bintang tamu Trisuci Kamal (piano klasik).
Album ini langsung mendapat kritik
keras dari para pemusik tradisional Bali. “Musik Bali telah dirusak!”
demikian menurut pendapat mereka. Dan meskipun gagal dalam pemasaran,
banyak hal baru yang terjadi dalam proses pembuatan album ini.
Guruh, yang tadinya bukan siapa-siapa
dalam musik, menjadi percaya diri dan mulai mengibarkan benderanya
sendiri setelah ini dalam Swara Mahardika. Album ini juga
melambungkan nama Berlian Hutauruk, penyanyi bersuara sopran itu.
Tarida, Bornok dan Rugun kemudian lebih dikenal sebagai Trio Bebek,
sering mendampingi pentas Swara Mahardika. Dan yang paling penting,
untuk pertama kalinya masyarakat Indonesia mulai mengenal suara sendu
Chrisye yang menyanyikan lagu “Chopin Larung“. Setelah ini, Chrisye menjadi lebih terkenal sebagai penyanyi ketimbang sebagai bassist yang handal.
Meskipun bukan karya terbaik dalam album ini, lagu Chopin Larung
(7menit 15detik), yang dibalut dengan bahasa Bali, sungguh suatu lagu
yang indah. Menceritakan keprihatinan Guruh pada budaya asing (yang
dikiaskan kepada Frederych Franciszek Chopin, komponis asal Polandia)
yang meng-invasi budaya Bali:
Sang jukung kelapu-lapu, santukan baruna krodaNanging Chopin nenten ngugu, kadangipun ngarusak seni budaya
(Perahu terombang-ambing ,karena dewa laut murka.
Namun Chopin tiada memahami bangsanya merusak seni budaya)
Sedemikian jauh eksplorasi para pemusik
ini, sehingga suara piano dalam lagu ini berasal dari Grand Piano yang
sudah lama tidak digunakan dan tidak disetem lagi. Suara piano yang
sumbang ini justru dianggap cocok untuk lagu ini.
Bahkan menurut Denny Sakrie, album ini
adalah mahakarya karena dalam pencapaian artistik, album ini dianggap
mampu memberi inspirasi untuk generasi berikutnya.
Meskipun sudah hampir 35 tahun berlalu,
album ini masih dibicarakan sebagai ikon seni musik ‘progresive-rock’ di
luar negeri. Majalah Rolling Stone Indonesia bahkan menempatkan album Guruh-Gipsy ini di posisi ke 2., dalam “150 Album Indonesia Terbaik Sepanjang Masa” pada tahun 2007.
Subscribe to:
Posts (Atom)