Friday, January 31, 2014

ASal Usul Sejarah Sheila On seven

Grup yang berdiri pada 6 Mei 1996 ini pada awalnya adalah sekumpulan anak-anak sekolah dari beberapa SMA di Yogyakarta.
Di awal berdirinya bersatulah lima anak muda,
Duta (vokal) berasal dari SMA 4,
Adam (bass) dari SMA 6,
Eross (gitar) dari SMA Muhammadiyah I,
Sakti (gitar) dari SMA De Britto,
dan Anton (drum) berasal dari SMA Bopkri I.

Mereka sepakat untuk membentuk sebuah band dan membawakan lagu-lagu dari kelompok Oasis, U2, Bon Jovi, Guns N’ Roses, dll.
Pada waktu itu juga, mereka telah memiliki beberapa lagu-lagu orisinal karya mereka sendiri dan mereka mencoba untuk memperkenalkan dan membawakan lagu-lagu tersebut dengan penuh rasa percaya diri di berbagai pentas.


Sampai saat ini juga, mereka masih sulit untuk menyebut warna musik apa yang sebenarnya dimainkan.
Tetapi satu hal yang jelas adalah bahwa mereka berkeyakinan untuk memainkan “Sheila music”, dimana ide-ide atau kreasi dalam bermusik dimunculkan secara spontan dan menampilkan lirik-lirik yang gampang dicerna serta konsep musik yang sederhana.


Pada awal berdirinya grup ini bernama “Sheila”.
Tidak lama kemudian, mereka menambahkan kata “Gank”, hingga jadilah “Sheila Gank”.
Namun karena masalah ‘sense’, akhirnya nama mereka berganti menjadi “Sheila on 7”,
“on 7” berarti solmisasi alias 7 tangga nada (do re mi fa sol la si).


Sejak awal grup ini mencoba untuk tampil secara profesional.
Dimulai dengan keterlibatan mereka dalam beberapa pentas musik, festival maupun pertunjukan komersil di DIY dan Jawa Tengah, baik di lingkup sekolah, kampus, serta panggung umum.
Satu hal yang cukup meyakinkan dan membanggakan adalah keikutsertaan mereka dalam program indie label “Ajang Musikal” (Ajang Musisi Lokal) di tahun 1997 milik Radio Geronimo 105.8 FM & G-Indie Production di Yogyakarta,
dimana program ini adalah program sindikasi radio yang disiarkan oleh hampir 90 radio swasta di tanah air.
Ajang Musikal adalah program radio yang menyiarkan lagu-lagu karya sendiri dari band-band lokal yang belum pernah rekaman komersial.


Dalam program ini mereka mendapat respons yang sangat positif, dimana request dari para pendengar untuk lagu karya mereka sendiri yaitu ‘Kita’, menempatkan mereka selama 3 bulan berturut-turut di tangga lagu Ajang Musikal G-Indie 10 pada bulan Maret, April, dan Mei 1997.


Menunjuk pada hal tersebut, “Sheila on 7” mampu untuk merefleksikan dirinya dan menjadikannya sebagai tolak ukur untuk ke jenjang yang lebih atas lagi yakni rekaman komersial.
Dengan penuh keyakinan pula, Sheila on 7 memberanikan diri untuk menawarkan demotape serta proposal ke label Sony Music Indonesia, dan akhirnya kesempatan pun datang dengan dikontraknya Sheila on 7 untuk 8 album dengan sistem royalti.

Meski Sheila on 7 kerap beberapa kali mengalami perubahan susunan anggota namun mereka sampai sekarang masih eksis.
Pada Oktober 2004 Brian masuk menggantikan Anton yang dikeluarkan karena dianggap tidak disiplin.
Lalu pada Maret 2006 Sakti mundur dari Sheila on 7 untuk belajar agama di Pakistan. 

Dan kini sHeila On 7 berpunggawa 4 cowok keren :
Erros, Duta, Adam dan Brian.


Biodata Punggawa Sheila On 7


1. ERROS

Eross Candra, atau yang biasa dipanggil Eross lahir pada tanggal 3 Juli 1979.
Dari kecil dia sudah mengenal musik.
Dulu Mama-nya seorang penyanyi, kakeknya jago main saksofon, dan Om-nya mahir gitar.
Jadi gak heran kalo Eross ketularan darah seni keluarganya.
Awalnya Eross bercita-cita ingin menjadi pembalap seperti Papa-nya.
Namun, setelah berkenalan dengan gitar lewat Om-nya, cita-cita Eross berubah.
Eross pengen menjadi gitaris ternama.
Kalau Mama-nya lagi nyetel video Bon Jovi, Eross pasti ikut nonton dan ngikutin gayanya gitaris Bon Jovi, Richie Sambora.
Sambil nunjuk-nunjuk Richie Sambora dia bilang ke Mama-nya, ”Ma... aku pengen kaya dia”.
Lucunya lagi Eross kalo lagi ngikutin gayanya Richie Sambora itu sambil belaga main gitar gitu, kadang-kadang yang dijadiin gitarnya itu sapu kalo engga raketnya.
Tuh kan dari kecil aja udah keliatan bakatnya.

2. DUTA

Nama Lengkap : Akhdiyat Duta Modjo
Nama Panggilan : Duta
Posisi : Vokal
Tempat/Tgl. Lahir : Kentucky, USA, 30 April 1980

Agama : Islam
Anak ke/bersaudara : 1/2
Hobby : Musik, Olahraga
Tokoh Idola : "Pippo" Inzaghi
Warna Fave : Biru
Pakaian Fave : Kasual
Acara TV Fave : Liga Italia Serie A
Jenis Film Fave : Action
Jenis Music Fave : Alternatif
Lagu Fave : Across The Night (Silverchair)
Bacaan Buku Fave : Lucky Luke, Harry Potter
Motto : Maju Terus Pantang Mundur. Hidup Terus!
Kuliah : Sudah pernah
Cita-cita : Musisi yang baik dan Bapak yang profesional... Lho?

3. ADAM

Adam Muhammad Subarkah alias Adam,
nongol di muka bumi ini pada tanggal 22 Februari 1979 jam 15:00 Kamis Pon,
tadinya Adam mau dinamain Adam Alamsyah, namun Eyangnya di Semarang menginginkan ada Muh. Subarkah-nya.
Belum sempet tau tanah airnya, Adam udah diboyong ke Amerika ngikut ayahnya yang mau nerusin studinya di sana.
Selama di seberang, Adam sempet ke mana-mana lho!
Terutama tempat-tempat kaya museum dinosaurs, antariksa.
Di sana Adam juga suka nonton MTV, apalagi kalo ada Van Halen, Michael Jackson & Madonna.


4. BRIAN

Nama Lengkap : Brian Kresna PUtro
Nama Panggilan : BRian
Posisi : Drummer
Tempat/tgl lahir : Jakarta, 22 Januari 1981

Agama : Islam
Anak Ke/bersaudara : 1/3
Hobby : Musik, Film
Warna fave : Biru, Putih
Pakaian fave : Kasual
Acara TV FAve : The Simpsons
Jenis Film Fave : Drama Comedy
 Jenis Musik Fave : Rock Alternatif
 Lagu Fave : Walk on [U2], Cochise [Audioslave]
 Motto : Just Walk On
 Kuliah : Sarjana Ekonomi Universitas Atmajaya Jakarta
 Cita-cita : Musisi



ALBUM ALBUM SHEILA ON 7
ALBUM 
1. Sheila on 7, 1999, Sony Music (Indonesia)
2. Kisah Klasik Untuk Masa Depan, 2000, Sony Music (Indonesia, Malaysia, Singapore)
3. 07 Des, 2002, Sony Music (Indonesia, Malaysia, Singapore)
4. Anugerah Terindah Yang Pernah Kumiliki, 2000, Sony Music (Malaysia, Singapore)
5. 30 Hari Mencari Cinta, 2003, Sony Music (Indonesia, Malaysia)
6. Pejantan Tangguh, 2004, Sony Music (Indonesia)
7.Pria Terhebat, 2004, Sony Music (Malaysia, Singapore)
8. Very Best Of Sheila On 7, 2005, Sony Music
9. 507, 2006, Sony Music
10. Menentukan Arah, 2008, Sony Music
11. Berlayar, 2011, Sony Music


Compilation:
1. MTV Ampuh: feat. Anugerah Terindah Yang Pernah Kumiliki
2. Indo Hits 2: feat. Dan…
3. No. 1 Hits: feat. Sephia
4. Love Soundtrack: feat Sephia
5. Electronic City: feat Sephia
6. No. 1 Hits Vol. 2: feat. Seberapa Pantas
7. Dasarese Hits: feat. Bapak-Bapak
8. Tusuk Jelangkung: feat. Buat Aku Tersenyum
9. Nescafe Musik Asik: feat. Tunggu Aku di Jakarta
10. A Mild Live Soundrenaline 2003: feat. Saat Aku Lanjut Usia

Biografi Purgatory (Band Metal Religius)

PURGATORY adalah sebuah grup musik Death Metal asal Jakarta, grup musik ini dibentuk pada tahun 1994 oleh Lutfi sang gitaris bersama dengan adik kandungnya yaitu Al yang memainkan drum. Lirik yang dibawakan oleh Purgatory adalah berkisar tentang ajaran agama Islam, perang Uhud, kematian, dan lain-lain. Awal terbentuknya mereka sering membawakan lagu Obituary dan Sepultura. Baru sekitar tahun 2002 mereka memutuskan untuk menggunakan topeng dan penambahan personil seorang DJ.

Sejarah

Pada awal terbentuknya band ini ditahun 1991 mereka hanya sekedar iseng, dengan beranggotakan 4 orang yaitu Hendrie (bass,Vocal), Lutfi (Gitar),Al(Drums), Arief (gitar), dgn warna musik crossover kemudian band ini semakin serius kiprah nay di metal scene jakarta, dan dengan proses pergantian personil, sampailah mereka membuat mini album pertama berjudul "Abyss Call"

Kontroversi Nama Band

Nama PURGATORY diambil dari salah satu film horor yang berjudul A Nightmare on Elm Street dengan ikon horror nya yaitu Freddy Krueger. Purgatory sendiri di kamus berarti 'tempat penyucian dosa'. Yang bagi pengertian Islam berarti, neraka 'WAIL', yaitu neraka tempat orang2 berdosa (sebelum mereka boleh masuk surga) tapi masih ada iman kepada ALLAH SWT di hati nya. Ini di pelajari dari surat AlMa'uun, ayat "Fa wailul lil musholliin...."

Pada september tahun 2002 band ini sudah mulai aktif lagi membuat lagu dan pada saat itu baru ada 3 lagu. Purgatory sempat juga membuat video klip dengan dana kolektif. Dengan formasi baru Al, Lutfi, Amor, Die, Nti, Buday. Band ini pun sempat bikin single dari 3 lagu itu dan single itu dikasihkan ke Rony dan ternyata lagu tersebut banyak sekali kekurangan, yang hasilnya kurang bagus dan harus take ulang lagi, sembari membuat materi lagu baru. Kesemua aktivitas itu dilakukan di Home Studio Ronny.

Ditahun 2003 kemudian aliran musik yang dibawakan adalah metal tapi metal yang dalam arti pendewasaan seperti yang kalian dengar di album terbaru kami 7:172, berbeda dengan yang sebelumnya, jelas Lutfi. Album Purgatory sekarang dibawah label ZR Production dan titip edar di Sony Music Indonesia. 


 Logo Ambigram Purgatory


Band ini, telah mengganti logo lamanya menjadi logo ambigram, yaitu suatu seni kaligrafi teks/huruf dimana gambar yang dihasilkan bukan hanya bisa dibaca dari satu arah, tetapi dari arah sebalikanya. Ambigram Purgatory ini dibuat oleh Thovfa Cb dari studio EndOneStuff.
Dalam album Ambang Kepunahan 1999, cover album didesign pula oleh Thovfa, cover album tersebut merupakan karya pertamanya dalam mendesign cover album, draft cover tersebut sudah ada sejak tahun 1996, dan baru disempurnakan setelah mendapat kabar bahwa Purgatory terpilih untuk merilis full album pertama oleh Rotorcorp. Sejak itu seluruh design cover album, art, logo, merchandise, body paint seluruhnya di percayakan kepada Thovfa Cb.

Anggota

Anggota terakhir
• L.T.F - Gitar
• Al - Drum
• Madmor - Vokal
• Bone - Bass
• Sandman - Vokal
• D'Jackal - DJ/ Sampling/ Programming
• BadArt - Gitar

Mantan anggota
• Arief - Gitar (1992)
• Hendri - Bas/ Vokal (1992 - 1994)
• Erik - Gitar (1993)
• Heila - Gitar (1994)
• Bobby - Gitar (1994 - masuk kembali 1999)
• Arie - Vokal (1995 - 2000)
• Ilan -Bass (1998)
• Ntie - Bass (2001 - 2004)

Diskografi

Album
• Abyss Call (EP, 1994)
• Metalik Klinik I kompilasi - (Rotorcorp Recs, 1998)
• Ambang Kepunahan - (Rotorcorp Recs, 1999)
• 7:172 Album - (Sony Music Indonesia, 2003)
• Metaloblast kompilasi - (Morbid Noise Recs, 2004)
• OST Gerbang 13 - (dE Recs 2005)
• Revolution of Sounds kompilasi - (Sony Bmg Indonesia, 2005)
• Planet Rock kompilasi - (Sony Bmg Indonesia, 2005)
• The Art of Metal kompilasi - (Alfa Recs, 2006)
• Beauty Lies Beneath - (Dragdown Records 2006)

Trivia

Pertama kali dibentuk Purgatory adalah band Death Metal, kemudian mereka merubah arahan lagunya menjadi aliran Nu Metal.
Pada album EP Abyss Call 1994, gambar sampul album dibuat oleh Arya vokalis Jumbo Jet.
Lutfi dan Al pernah menjadi model video klip Gigi (band) dalam lagu "Oo...Oo...Oo...", mereke berperan sebagai musisi yang sedang diaudisi oleh Gigi.
Mereka menambahkan kalimat purgatorymogsaw adalah kepanjangan dari Messenger of God Sallallaahu Alayhi Wasallam (M.O.G.S.A.W.) yaitu sebuah kalimat tambahan akhir pada nama nabi Muhammad.
Lutfi pernah menjadi pemeran pembantu dalam sebuah sinetron, berperan sebagai anak metal.

Thursday, January 30, 2014

Sejarah Seurieus Band

Seurieus adalah grup band beraliran rock dari Bandung. Seurius beranggotakan 6 orang yaitu, Ezard Yuliando – Ezy (kibor), Ramah Handoko – Koko (gitar), Dian Dipa Chandra – Candil (vokal), Erwin Yulista – Hayam (drum), Mulki Nazmulhakim – Mulek (bass), dan Dinar Hidayat – Deenar (gitar).





Grup musik ini terbentuk sekitar akhir tahun 1994 dari sekumpulan mahasiswa Seni Rupa ITB yang ingin mengekspresikan kegilaan dirinya dalam bermusik. Mereka tampil sebagai band kampus yang sering muncul di berbagai acara musik ITB.

Mereka kemudian melebarkan sayap manggung di berbagai panggung-panggung kecil di kota Bandung dan sekitarnya dengan konsep entertaining the audience, sehingga muncul sebagai sebuah sajian musik yang polos, total, penuh aksi, lugu, namun menghibur.

Bermula dari keinginan untuk rekaman, mereka akhirnya memberikan demo-tape ke pihak Sony Music. Kebetulan pihak Sony sedang mengadakan program membuat album kompilasi band-band anyar dan lagu mereka menjadi lagu jagoan.

Akhirnya tahun 2003, Seurius berhasil merilis album perdana mereka, ROCKS BANG-GET, oleh label mereka sendiri GeusRieut Records. Album perdana ini meski tidak meledak sekali, tapi jelas makin memperkokoh aksi band ini.

Satu tahun kemudian menyusul album kedua ROCKER JUGA MANUSIA (2004) di bawah Musica Studios. Dua tahun kemudian disusul oleh album ketiga HEART ROCK.

Dengan jumlah personel 6 orang SeurieuS mulai serius untuk menggarap lagu-lagunya sendiri yang berbasis musik Hard Rock. Namun pada penampilannya SeurieuS tidak terpatok untuk membawakan lagu rock, namun diselingi juga dengan lagu2 lain yang menghibur bagi penonton. Keunikan yang menjadi ciri khas band ini yaitu dalam atraksi panggungnya selalu menampilkan aksi yang panggung yang kadangkala bisa membawa senyum penontonnya.

SAJAMA CUT

SAJAMA CUT, band Indie rock asal Jakarta yang kini formasinya adalah Marcel Thee, Dion Panlima Reza, R. Banu Satrio, Andreas Humala S., Randy Appriza Akbar; mulai mencuri perhatian publik muda sejak dirilisnya single Less Afraid sebagai soundtrack film Janji Joni.
Pada awal September 2005, Sajama Cut merilis album kedua mereka; The Osaka Journals di bawah label Universal Music Indonesia (menjadikan mereka artis lokal Universal Music Indonesia yang pertama). Rekaman berisi sebelas lagu ini mengedepankan Fallen Japanese; yang mewakili musik Sajama Cut secara keseluruhan; sebagai single pertamanya. The Osaka Journals dirilis dalam bentuk Enhanced CD dan MC (kaset).
Fallen Japanese sering diputar oleh radio-radio di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan kota-kota lain di Indonesia. Fallen Japanese dan Less Afraid yang menjadi salah satu “most requested song” dan menduduki posisi tertinggi chart MTV JAMU dan Prambors Nubuzz di Jakarta dan radio-radio lainnya. Video klip untuk Fallen Japanese seperti video klip pertama Sajama Cut untuk Less Afraid, juga menjadi salah satu high rotation video seperti di MTV Global serta O-Channel.
Awal Agustus 2006, Sajama Cut turut serta mengisi soundtrack untuk sebuah film indie lokal berjudul “Foto, Kotak, Jendela”. Di film tersebut, Sajama Cut melantunkan versi demo dari 4 lagu baru mereka.
Lalu pada 2007 Marcel dkk merilis mini album Nemesis, diikuti kemudian pada 2008 dengan album remix yang melibatkan sejawat Sajama Cut dari seluruh belahan dunia, persis seperti tajuknya: L’Internationale

Wednesday, January 29, 2014

Terbentuknya Saint Loco

Saint Loco terbentuk pada tahun 2002 lalu, awalnya Gilbert, Nyonk dan Iwan yang berkenalan karena berkuliah di kampus yang sama. Saat mereka berpencar, tiba-tiba timbul keinginan dari Gilbert untuk bikin band. Akhirnya dari cari kenalan lewat teman, berkumpulah personil Saint Loco di satu studio tanpa punya bayangan bakalan ngebawain musik kayak apa. Gilbert sendiri yang baru kenalan sama Berry (teman Nyonk) sama sekali enggak tahu kalau Berry ngerap, meski demikian toh mereka malahan bisa melebur dan mulai mencipta musik.
Perjalanan untuk mencapai kesuksesan juga enggak mudah bagi Saint Loco. Mulai jadi band audisi yang ditolak, bikin demo, di-underestimate-kan sudah pernah mereka rasakan. Bukan cuma itu, masalah antara personil juga pernah terjadi. Dua hari sebelum manggung di sebuah acara, mantan keyboardis mereka memutuskan untuk meninggalkan Saint Loco. Untung saja mereka bertemu dengan Tius (DJ) yang menggantikan posisinya dan akhirnya terus bertahan sampai sekarang. Untuk menjadi band dibawah naungan Sony BMG, Saint Loco juga harus bolak balik taro demo sampa iakhirnya mereka diminta untuk mengisi sebuah kompilasi mini album dengan membawakan tiga lagu. Namun ternyata Sony mengubah keputusannya dan malahan menawarkan Saint Loco untuk merilis album solo, walah pucuk dicinta ulam tiba namanya!
Hingga kini, Saint Loco terus bertahan dan meramaikan warna kancah musik Indonesia. Saint Loco yang banyak mengidolakan musisi luar negeri juga berharap album mereka bisa diterima di pasar musik luar Indonesia dan tidak ada lagi pengotakan musik.

SEJARAH RIF

/rif (rhythm in freedom) adalah grup band Indonesia yang didirikan di Bandung, Jawa Barat. Personel /rif adalah Andy (vokal), Iwan (bas), Adji (gitar), Maggi (drum), dan Ovy (gitar). Sampai saat ini /rif telah menelurkan 6 album musik dengan satu album berisi kumpulan lagu terbaik dari /rif.

Grup band ini dibentuk pada tahun 1992 dengan nama Badai Band. Setahun kemudian nama mereka berganti menjadi R.I.F (Rhythm In Freedom), yang memulai dengan bermain musik dari kafe ke kafe. Tahun 1995, mereka berganti nama menjadi /rif (dengan garis miring di awal nama mereka).
Beberapa kali personel mereka berganti. Hingga akhirnya dengan formasi Andy (vokal), Iwan (bas), Adji (gitar), Maggi (drum), dan Denny (gitar) mereka merambah studio rekaman di tahun 1997, dan merilis album pertama Radja yang melejitkan hits berjudul sama "Radja". Pada bulan Oktober 1998 /rif meluncurkan album kedua, Salami, sebuah album yang sarat dengan muatan moral untuk peduli pada alam. Dua tahun kemudian, tepatnya April 2000 album ketiga berjudul Nikmati Aja diluncurkan. Dan di tahun 2002 kembali mereka merilis album keempat berjudul ... Dan Duniapun Tersenyum.
Sayang, Denny kemudian mengundurkan diri lantaran tak sepaham lagi dengan /rif. Posisinya digantikan oleh Ovy, mantan gitaris Ucamp yang resmi bergabung Maret 2003.

Tuesday, January 28, 2014

Sejarah Berdirinya Group Band PEE WEE GASKINS

PEE WEE GASKINS  adalah band asal Indonesia yang mengusung aliran musik Metal Hadcore band yang di juluki pangeran Pensi ini beranggotakan 5 orang yaitu: San-san (vocalis+gitar), Dochi (vocalis+ gitar), Ayi (basis), Omo (shynysterized), Aldi Kumis (drumer) ini sukses lewat mini album yang diberi judul Storys Off The High School kemudian keluar dari aliran band indie mereka pun membuat album Welcoming To the Shopomore yang lumayan cukup menyita perhatian para pengamat musik Indonesia.
Nama Pee Wee Gaskins diambil dari sejarah pembunuh bayaran di America yaitu Donal Gaskin karena ukuran tubuhnya yang sangat kecil maka orang-orang menyebutnya Pee Wee.Dilihat dari segi hal nama, orang-orang mengira band ini sangar tapi tidak sedikit orangpun menilai nama mereka kocak dan mudah di ingat. Pada saat itu, kenapa kita milih Pee Wee Gaskins ? Yeah dari namanya orang ga langsung tau kalo itu nama pembunuh, malah terkesan lucu.. But with the name of a serial killer, we try to make killer music. “Lalu kita ambil filosofi nya, ‘kecil-kecil bisa membunuh banyak orang,” kata Dochi.
Fan’s fanatik PWG yaitu Party Dork yang artinya kumpulan orang culun,jadi karen PWG muncul di tengah-tengah marak nya anak-anak emo derajat orang-orang Dork terangkat
Musikalitas band ini memang boleh diadu karena PWG mempunyai Omo seoarang Shynyster yang bisa memainkan beberapa pola dalam 1 lagu, selain itu PWG mempunyai Aldy yang memepunyai gaya permainan menyerupai Travlis drumer Blink 182. Hal lain yang memubuat saya suka PWG yaitu suara vocalisnya San-San yang kental dengan suara scream memang vocalis jebolan Killing Me Inside ini punya keahlian Scream.

baGAIMANA SEjarah terbentuknya group Band music POP “PADI”??

Dibentuk 8 April 1997, grup ini merupakan wadah kreativitas seni lima mahasiswa Universitas Airlangga. Semula bernama ‘Soda’, namun kemudian diganti menjadi ‘Padi’ (“Padi makanan orang susah,” demikian kata salah seorang personalnya). Nama ini dipilih juga karena bersifat “sangat membumi”. Lebih jauh, mereka tidak hanya mengambilfilosofinya saja, semakin berisi semakin merunduk, tapi juga melihat fungsinya yang melambangkan kesejahteraan.
Diawali dari bermain musik dari satu panggung ke panggung lain, grup ini akhirnya dikontrak untuk masuk dunia rekaman.
Album-album Padi cukup sukses menembus pasar musik Indonesia. Beberapa pengamat menyimpulkan aransemen musik padi yg dinamis dan lebih kompleks dari rata-rata lagu oleh grup band Indonesia yang seangkatan adalah salah satu penyebab kesuksesan tersebut. Pada awal kemunculannya di tahun 1998 khasanah band Indonesia didominasi oleh lagu-lagu dengan aransemen sederhana dengan tempo sedang cenderung lambat.
Ciri lain band-band Indonesia pada masa tersebut adalah cukup dominannya instrumen keyboard pada band-band terkemuka. Karakter Keyboard/Organ memengaruhi gaya musik menjadi minim distorsi dan cenderung melodik. Hal ini tampak pada band-band pencetak hits saat itu seperti KahitnaDewa 19 dengan album Pandawa Lima-nya, maupun Slank sesaat sebelum perombakan formasi di mana Indra Q masih tampil sebagai keyboardist.

LAIN DUNIA

Padi kemudian mendobrak dengan formasi tanpa keyboard melalui album pertama mereka Lain Dunia (1999). Formasi semacam ini membuat eksplorasi teknik permainan gitar begitu dominan, maka wajar jika lagu-lagu yang dihasilkan cenderung penuh ditorsi. Apalagi ditunjang oleh gaya permainan dua gitarisnya, Satriyo Yudi Wahono (Piyu) dan Ari Tri Sosianto, yang berbeda satu sama lain, Padi mendobrak dengan lagu-lagu kompleks yang ditandai dengan aransemen dua gitar yang hampir selalu berbeda dalam tiap frasa dalam tiap lagu. Album ini mendapatkan platinum pada bulan April 2000 dan quadraple platinum di tahun 2001.

Monday, January 27, 2014

Berdirinya Band Nymphea

Nymphea adalah salah satu band alternative rock dari pulau dewata Bali yang berdiri pada tanggal 4 Januari 2005. Dengan formasi awalnya adalah Sari (vocals), CGL (gitar), Arie (bass) dan Risky (drums).
 
Namun karena merasa Nymphea kurang klop karena tidak adanya gitaris rhythm maka akhirnya CGL mengajak adiknya Sodick untuk bermain bass di Nymphea dan Arie yang tadinya bermain Bass akhirnya bermain gitar di Nymphea.
 
Tetapi pada pertengahan tahun 2007 ini, Risky dan Arie mengundurkan diri dari Nymphea karena disibukkan oleh pekerjaannya yang menuntut dia harus fokus dalam karirnya. Untuk mengisi posisi drum akhirnya Nymphea di bantu oleh Aguzt, seorang drummer dari band punk The Menace. Lalu Aguzt menjadi personil tetap, hingga formasi Nymphea hingga saat ini diantaranya Sari – Vokal, CGL – gitar & backing vokal, Sodick – bass dan Aguzt – drums.
 
Nama Nymphea sendiri diambil dari bahasa Inggris “Nymph” yang berarti bidadari, dan untuk memudahkan pengucapannya ditambahkanlah huruf “e” dan “a” dibelakang kata “nymph” sehingga menjadi Nymphea. Nymphea sendiri dalam memainkan musiknya banyak terpengaruh band-band Punk Rock dan Grunge seperti AFI, Sugar Cult, Nirvana, Foo Fighter dan Hole. Pada pertengahan tahun 2005 Nymphea merilis sebuah mini album sebanyak 500 keping cd dan membagikannya secara gratis kepada teman-teman, fans, media lokal, pengamat musik dan event-event organizer.
 
Akan tetapi saat Sari melanjutkan studinya di Australia dia membawa cd mini album Nymphea dan dijual secara hand by hand disana seharga AUS $ 5 dan laku hingga 100 keping cd. Menurut beberapa pengamat musik, Nymphea merupakan band yang memiliki karakter vokal wanita dengan gaya yang khas dan enerjik, serta dibalut dengan musik yang cadas bernafaskan Rock. ( celana jeans )
 
Bagi pecinta musik yang tinggal di Pulau Dewata ini pasti tidak asing dengan band yang rajin menyambangi pentas besar maupun pentas kecil, dari pensi-pensi sekolah hingga sampai ajang musik terbesar di Indonesia yaitu Soundrenaline. Pada bulan agustus 2008 silam, Nymphea baru saja merilis full albumnya di bawah label Petslooser dan Proton Records dan distribusikan secara nasional oleh Virgo Ramayana Records.

Sejarah Naif Band

Berawal pada sebuah kampus seni di Jakarta, tepatnya di Cikini Raya 73, kampus Institut Kesenian Jakarta (IKJ), NAIF terbentuk. Beberapa orang mahasiswa tingkat satu dari kelas pendidikan dasar seni rupa kerap kali menginap di rumah teman mereka secara bergiliran. Tujuan awal hanyalah untuk mengerjakan tugas kuliah bersama. Tapi yang terjadi mereka seringkali malah nongkrong sambil bernyanyi-nyanyi dan bermain gitar semalam suntuk, sampai terkadang malah lupa mengerjakan tugas karena tertidur. Siapa sangka semua itu akan menjadi sebuah awal karir mereka di dunia musik. Suatu saat di pertengahan tahun 1995, David, Pepeng dan Jarwo bermalam di rumah seorang teman yang bernama Shendi Adam (bassist Rumahsakit – asal IKJ). Seperti biasa, awalnya hanya untuk mengerjakan tugas kuliah, namun yang terjadi – seperti yang telah disebutkan tadi – mereka malah bernyanyi dan bermain gitar semalaman. Di malam itu pula mereka tiba-tiba membuat sebuah lagu, terinspirasi dari sebuah konser akustik Nirvana yang mereka saksikan di MTV sebelumnya. Lagu tersebut akhirnya mereka beri judul “Jauh” (NAIF, Debut Album). Pada saat berikutnya keisengan mereka ternyata berkembang dengan seringnya mereka menyewa studio latihan band dan menyanyikan lagu-lagu karya mereka sebagai sisipan. Di saat inilah formasi mengalami pergantian, hanya tiga orang saja yang dari awal bertahan, yaitu Jarwo, David dan Pepeng. Hingga suatu saat Chandra datang mengisi kekosongan, disusul Emil. Mereka berlima masing-masing memang memiliki jam terbang sebagai anak band. Bahkan sebelum formasi ini terbentuk mereka secara terpisah pernah berkolaborasi pula. Seperti contohnya David pernah tergabung dalam satu band bersama Emil tanpa Jarwo dan lainnya. Dan selanjutnya seperti ditukar-tukar saja. Dengan posisi David pada vokal, Jarwo pada gitar, Chandra pada keyboard, Emil pada bass dan Pepeng pada drum, NAIF mulai aktif mengisi acara-acara kampus IKJ. Lagu-lagu ciptaan sendiri lainnya pun menyusul, seperti “Benci Libur”, “Piknik ‘72”, dan lain-lain. Sedangkan nama NAIF didapat dari seorang teman yang bernama Dodot, yang menilai lagu-lagu mereka terdengar begitu sederhana, namun tetap berisi dan terdengar harmonis. Selain itu, kata “NAIF” pun mudah diingat. Suatu saat di tahun 1996, NAIF mendapat kabar dari Irwan Ahmett, seorang teman – disainer grafis, bahwa sebuah perusahaan rekaman berlabel Bulletin Records (PT. Indosemar Sakti) berencana akan merilis sebuah album kompilasi. Karena tertarik akan proyek tersebut maka NAIF menawarkan demo kaset yang telah mereka buat sebelumnya kepada perusahaan rekaman tersebut. Tanpa diduga ternyata sang produser tak memasukkan NAIF dalam proyek kompilasi tersebut, tapi justru berniat membuatkan album rekaman sendiri untuk NAIF. Tentu saja NAIF sangat gembira. Setelah melalui berbagai prosedur tertentu, NAIF akhirnya masuk studio rekaman dan berhasil menelurkan debut album NAIF dengan “Mobil Balap” sebagai tembang jagoannya. NAIF tak pernah mengklaim diri bahwa mereka adalah band dengan aliran ini atau itu. Terserah apa kata penikmat musik mereka tentang jenis musik yang mereka usung. NAIF anti mengkotak-kotakkan jenis musik. Misi NAIF adalah menawarkan alternatif warna musik yang berbeda dari yang ada adalam industri mainstream di Indonesia. Yang pasti tetap berusaha jujur dala berkarya. Retro. Banyak yang mengklasifikasikan musik NAIF sebagai musik retro. Itu karena kebetulan Emil, David, Jarwo, Pepeng, dan Chandra (pada saat itu) menyukai musik-musik lama yang kemudian berpengaruh terhadap karya yang mereka buat. Walau demikian, tak menutup kemungkinan music NAIF akan mengalir dengan tetap mempertahankan ciri mereka, karena bagaimanapun NAIF tetaplah manusia masa kini, yang hidup dan bersosialisasi di masa kini. Bukan maksud melucu bila dalam aksi panggung NAIF, David sang vokalis mengeluarkan jurus-jurus saktinya yang kerap membuat penonton terpingkal-pingkal. Itu memang sudah menjadi sifatnya sehari-hari, yang kemudian ia bawa ke atas panggung sebagai media interaksi terhadap penonton. Namun tetap, mereka berlima serius dalam berkarya. Hanya saja, menurut mereka, konsep musik dan hiburan yang mereka tawarkan di setiap penampilan NAIF masih tergolong beda dari semua yang ada di Indonesia, sehingga mereka sering dianggap lucu atau unik. Intinya, mereka juga ingin menunjukkan, bahwa di balik segala hal dalam musik NAIF terdapat suatu usaha yang serius untuk menghasilkan sebuah karya yang idealis. Idealis ala NAIF. NAIF SEKARANG (2003 – KINI) Tahun 2003… Setelah sewindu penuh NAIF berkiprah di entertainment, Chandra memutuskan untuk mengundurkan diri dari band. Chandra memiliki alasan sendiri atas keputusannya. Ia ingin meneruskan karirnya di dunia yang sesuai dengan pendidikan akademisnya, disain grafis. Hal ini tentu sempat membuat keempat rekannya kecewa. Namun itu tak berlangsung lama. Kini NAIF resmi berempat : Emil, David, Jarwo dan Pepeng. Mereka bertekad untuk tetap meneruskan pergelutan mereka di blantika musik Indonesia dengan keNAIFan mereka. NAIF dengan formasi baru! Semangat baru!

Sunday, January 26, 2014

Navicula Buktikan Bahwa "Grunge" Belum Mati

Navicula didirikan tahun 1996 di DenpasarBali oleh dua aktivis musik: Robi dan Dankie. Setelah melewati beberapa kali pergantian personil di tahun-tahun awal band ini dibuat, hingga terbentuklah formasi terkini yang terdiri dari: Rob (vokal, gitar)Dankie (gitar)Made (bass) dan Gembull (drum). Nama Navicula diambil dari nama sejenis ganggang emas bersel satu, berbentuk seperti kapal kecil (dalam bahasa Latin, Navicula berarti kapal kecil).




Band ini mengusung grunge sebagai warna dasar musik mereka, berpadu dengan beragam warna etnik, psychedelic, blues, alternatif, folk, progresif, dibalut rock murni. Liriknya sarat dengan pesan aktivisme dan semangat tentang Perdamaian, cinta, dan kebebasan. Navicula lebih dikenal aktif sebagai band indie musik, walau sempat kontrak dengan major label Sony-BMG di tahun 2004. Bersama Sony-BMG, Navicula merilis album ke-4 mereka yang berjudul, Alkemis. Namun di tahun 2007, album ke-5 mereka, Beautiful Rebel, dirilis secara independen dan band ini kembali mengobarkan semangat idealisme mereka melalui jalur indie. 

Musik Navicula dipengaruhi kuat oleh alternatif rock 90-an, terutama grunge / seattle-sound dari band-band macam Soundgarden, Pearl Jam, Alice in Chains, dan Nirvana. Namun, yang membuat musik mereka menjadi sedemikian unik adalah pekatnya pengaruh budaya Bali saat ini sebagai melting-pot dunia (tempat bercampurnya beragam budaya), dan kesempatan untuk berkreasi di suatu kondisi yang sangat kontras ini. 



Melalui percampuran banyak elemen, dari budaya spiritual klasik Bali, pengaruh para seniman internasional yang menetap di Bali untuk menimba inspirasi, dan modern kultur di sejumlah internasional spot yang ada di Bali, band ini memperoleh rasa asli mereka, rasa ‘golden green grunge’, rasa Navicula.

KOES PLUS MENURUT KATA ORANG

SAPTO RAHARJO,Mahasiswa ASDRAFI dan Pemimpin grup Folk song The Pads Yogya:
“saya hanya senang volume 1 dan 11,lainnya jelek semua.Live show?Saya belum pernah menyaksikannya,hanya lihat di tv tok.Saya paling seneng nonton show God Bless dan Bimbo. Untuk urusan lirik saya salut Bimbo dari pada Koes. Apalagi sekarang Koes terlalu digiring cukong untuk cepat2 cari doku sebanyak2nya. Mungkin itu prinsip mereka,mumpung bisa cari duit selagi masih muda;cipta lagu sebanyak2nya dan merekam secepat mungkin pokoknya duit masuk tak peduli lagu kampungan atau cengeng.
 
Kalau duit sudah banyak baru merekam lagu bermutu. Diantara sekian banyak lagu Koes, saya paling senang lagu Kolam Susu karena berani melawan kenyataan yang ada di Indonesia.Sampai2 grup saya The Pads pernah membawakan lagu yang merupakan protes halus itu. Menurut pendapat saya kalau ada lagu yang menceritakan keadaan sosial ekonomi yang melarat,itu bukan lagu protes tapi hal yang wajar.Tapi sebaliknya kalau ada lagu yang menceritakan keadaan Indonesia kaya raya, itulah protes..
Drs.MARYONO ALADIN, Mahasiswa Kedokteran GAMA tingkat akhir dan manager Colombo Disco Yogya
“ Biar orang lain benci sama Koes Plus,toh lagu2 mereka laris kayak kacang goreng. Yang penting kan lagu2 mereka enak didengar. Liriknya gampang diapal,gripnya sederhana. Dan justru kesederhanaannya itulah yang bisa menarik hati masyarakat sehingga seolah-olah sudah merupakan mitos atau cap, kalau lagu2 koes  keluar pasti terkenal.
RENDRA,dramawan beken yg kini tengah mempersiapkan drama barunya “ Perjuangan Suku Naga”
“ Saya kurang mengetahui tentang Koes dan tidak otentik. Yang penting sekarang adalah apa yang saya karyakan dan bagaimana saya berkarya selama ini dalam bidang drama. Lagu2 Koes yang saya denger paling2 ya cuma Nusantara, yang lainya nggak Tahu.”
TATY, Ibu 4 orang anak.
“Dibandingkan dengan Mercy’s,Favorits atau D’’lloyd saya lebih senang Koes Plus.Kecuali lagu2nya enak untuk dinikmati juga tampang2 mereka keren dan lucu2. Menutur saya diantara mereka Tonny-lah yang paling lucu,. Kalau dia yang nyanyi, saya mau ketawa saja. Dan lagu2 koes plus yang saya demenin misalnya Kolam susu, Layang2,Mari2 dan Tul Jaenak”
NAZAR EFFENDI ERDE,Managing Editor HariannSinar Indonesia Medan.
“Saya pernah kagum pada Koes plus,kendatipun hanya lewat kasetnya. Tapi akhir2 ini saya sangat kecewa, terutama tentang Pop Melayu yang tidak menggambarkan ciri2 Melayu. Irama lagu dan aksen kata2 Melayunya tidak tepat. Sedikit banyak kami merasa tersinggung oleh Pop Melayu Koes Plus. Lebih baik mereka memperdalam Pop Jawa dari pada Pop Melayunya yang menyakitkan itu.
Pop Indonesia-nya lumayan.Musiknya memikat hanya bahasa Indonesianya  kurang bagus. Berbeda dengan Charles Hutagalung, walaupun mukanya serem karena ia orang batak, tapi aksen Bataknya tidak kentara. Bahasa Indonesia Charles lebih baik dari Koes Plus
MANAEK HUTABARAT,Bintang TVRI Stodia Medan 1972.
“Sebagai grup musik pop Koes Plus dan tahu selera masyarakat. Tapi saya benci mereka karena ke-plagiatanya. Dan yang lebih  tidak saya senangi mereka itu latah.Laris lagu2 Melayu, merekam melayu;laku dang-dut mereka pun berdang-dut. Saya salut jika Koes Plus bertahan dan mengkhususkan diri  pada lagu2 pop Indonesia dan pop Jawa. Jangan latah dan memikirkan duit saja. Itu namanya Tamak..”

Saturday, January 25, 2014

Sejarah Lahirnya KANTATA TAKWA

Kantata Takwa, begitu panjang kisahnya yang bisa saya tulis mengenai kelompok musik tersebut. Karena itu pula saya terpaksa harus membagi-bagi tulisan Kantata dengan versi 1- 2 -3 dan selanjutnya nanti. Pada bagian ini saya hanya akan mengungkapkan kisah perkenalan saya dengan mas Djody hingga terbentuknya kesepakatan kelompok kerja kesenian tersebut, yang akhirnya disebut Kantata Takwa.

Pada tahun 1989, saat itu saya sedang gencar melakukan promo tour bersama kelompok Godbless bagi album kami yang bertajuk ”Semut Hitam”. Saat itu saya masih tinggal di sebuah rumah (kontrakan) di daerah Kebon Jeruk, tepatnya di jalan Anggrek no.52 Kelapa Dua Kebon Jeruk – Jakarta Barat.

Disela-sela kegiatan tour, saat sedang istirahat (jadwal kosong) kami semua selalu pulang kembali ke Jakarta. Suatu hari saya ditelpon oleh Jelly Tobing (drummer) mengajak saya untuk menemani dia berhura-hura (jam-session’an) main musik dirumah seorang kenalannya. Tidak ada target atau tujuan jangka panjang tertentu selain hanya untuk ”bersuka-cita”, bermusik sekedar hepi-hepian mengisi waktu yang luang saja. Temannya tersebut adalah penghobbi musik yang punya fasilitas latihan/nge-band dirumahnya. Lazimnya orang tajir-lah …intinya .. :) .

Saya sendiri setelah diberitahu oleh Jelly Tobing, bahwa orang tajir tersebut namanya Setiawan Djody rasanya sudah tidak asing terdengar dikuping saya. Siapa sih yang nggak kenal dia saat itu…, maksudnya dilingkungan teman-teman lama saya (di tahun 1970’an) yang saat itu banyak berkecimpung di ranah bisnis “puncak gunung”, nama Setiawan Djody adalah jaminan kertas bernilai yang nggak ber-seri istilahnya hehehe.. (sumpah ngga ngaruh.., saya nggak matre’..!).

Kebetulan juga tempat tinggalnya diwilayah Kemanggisan Raya – Kebon Jeruk, yang notabene tidak berapa jauh dari rumah kontrakkan saya sendiri (10 kilometer-an lah kira-kira jaraknya). Maka disuatu hari Minggu, melalui telpon setelah janjian sama Jelly Tobing saya bersedia dateng ke alamat tersebut… ber “jreng-jreng” ria.

Singkat kata kemudian saya menelusuri jalan Kemanggisan raya yang “krodit” penuh dengan oplet dan pedagang kaki lima dikanan kirinya. Saya mencari-cari nomer rumah yang diberikan pada saya……..fuih..! nggak keliatan jek! Abis kiri kanannya penuh toko-toko bangunan serta deretan warung dan kios-kios lainnya.

Barulah akhirnya saya lihat ada sebongkah pintu gerbang besar berwarna ijo, nyelip diantara warung gudeg dan bakul-bakul rokok pinggiran jalan lainnya. Hm…ini mungkin pikir saya. Lalu sesuai dengan ”petunjuk Jelly Tobing”, bahwa: ”Klakson aja” kalau sudah ketemu gerbang ijo tersebut. Maka saya klaksonlah pintu gerbang ijo tersebut dua kali saja, ”tin…tiiin” gitu bunyi BMW 520 (yang juga masih belom lunas kreditan-nya) hehehe.

Sekejap pintu besar tersebut dibukakan oleh dua orang bertubuh tegap berambut klimis berwajah sangar ..hihihi. Mereka yang kemudian saya kenal akrab bernama pak Parno dan lainnya huehehe. Begitu hidung mobil masuk pintu pagar, terbentang ruang parkiran luas yang kira-kira mampu menampung 12 mobil banyaknya. Masih dari dalam mobil saya melihat dua ekor patung macan Afrika (item dan guwedhe) yang terbuat dari batu semen, sepertinya emang bertugas untuk menyambut kedatangan tamu yang hadir disana. Ck..ck..ck..kagumnya saya… (ndesit tenan..!).

Ruang parkiran tadi adalah bagian terpisah yang dibatasi dengan tembok tinggi untuk memasuki ruang bangunan rumah yang sebenarnya. Maka setelah melewati tembok pintu besar (melewati macan-macan tadi) …semakin takjub saya dibuatnya…. Rasanya tidak sedang berada seperti di Jakarta, namun lebih mirip saya sebut seperti sedang di daerah Bali (mis: Ubud/Gianyar, dsb). Sementara bangunan rumahnya sendiri bergaya klasik aristokrat Eropa yang rada-rada serem dan mencekam (paling nggak buat saya… kebayang sih.. gimana kalau malam..) apalagi disana sini banyak dibangun semacam ”pura” lengkap dengan sesajen2nya. Tetapi sekejap ke-takjub’an saya sirna oleh suara bising ”gedebak.. degebug… nguinngg nguuueinng.. suara gitar bertalu-talu ..hehehe..” (koq gitar bertalu-talu sik?..salah yaakk…biarin deh..).

Tampak Jelly Tobing (biasa…super heboh..) dengan beberapa rekan musisi yang sudah saya kenal seperti Ferry Asmadibrata (musisi terkenal asal Bandung) dan juga ada seorang promotor kawakan… Sofyan Ali namanya ..wah ..seru…(Bla..bla..ba..). Lalu saya dikenalkan ke Setiawan Djody oleh Jely Tobing dan sejenak kami terlibat pembicaraan “ngalor ngidul” sebelum akhirnya saya ikut-ikutan gunjrang-gunjreng nge-berisikin tetangga…: ”JUMP!” by Van Hallen…eh’..tak begitu lama kemudian nongol Renny Jayusman (rocker wanita yang selalu kalungan se-lemari banyaknya..) hehehe.. Datang langsung nyamperin microphone… ”ohh yeeeaahhh…Jumppp!!!” hayaaahh…

Kelompok/pergaulan awal tersebutlah yang kemudian melahirkan gagasan untuk membiayai rekaman bagi ”Mata Dewa” nya Iwan Fals dengan arranger-nya Ian Antono. Yang juga kemudian melahirkan pemikiran Sofyan Ali untuk mendirikan join perusahaan bersama Setiawan Djody yang bernama ”AIRO”. Semenjak saat itulah hubungan pergaulan saya dengan Setiawan Djody kian hari kian akrab, sebagai sesama orang yang mencintai dunia kesenian (khususnya di musik).

Barulah pada tahap-tahap berikutnya akan saya ceritakan proses bergabungnya teman-teman musisi yang lain seperti Iwan Fals / Sawung Jabo dan lainnya.

SEJARAH TERBENTUKNYA GRUP BAND J-ROCK

J-Rocks adalah band dari Jakarta yang berdiri
pada 9 November 2003 dengan personel
Iman (vokal, gitar), Sony (gitar), Wima (bass),
dan Anton (drum). Aliran band ini adalah
Japanese pop/rock.
Awalnya band ini bernama J-Rockstars.
Penambahan huruf "J" di depan kata Rockstar
adalah dengan alasan J bisa berarti Jepang
(karena mereka memainkan Japanese pop/
rock music), Jakarta karena mereka berasal
dari Jakarta, serta 'Jujur' yaitu memainkan
musik yang benar-bener mereka sukai. Nama
J-Rockstars akhirnya disingkat menjadi J-
Rocks, dan nama J-Rockstars menjadi istilah
untuk penggemar J-Rocks (biasa disingkat
JRS). Sejak tahun 2008, J-Rocks mulai
mengenakam kostum batik dengan desain
modern namum tetap dengan dandanan ala
Harajuku, dan mempromosikan batik kepada
kawula muda.
Sejarah J-Rocks
Awal Karier
J-Rocks
Awal 2004, J-Rocks menjuarai festival musik
Nescafe Get Started 2004 yang disponsori
oleh Nescafe, Trans TV, dan Aquarius
Musikindo. Masing-masing personel meraih
best vocalist, best guitarist, best bassist, dan
best drummer. Mereka berhasil menjuarai
festival tersebut dan berkesempatan
membuat album kompilasi Nescafe Get
Started yang merupakan awal bentuk
kerjasama mereka dengan Aquarius
Musikindo. Mereka akhirnya berhasil
meluncurkan album perdana nya yang
bertajuk "Topeng Sahabat" dengan label
Aquarius pada pertengahan tahun 2005 dan
mengisi dua lagu di album OST Dealova yaitu
"Serba Salah" dan "Into The Silent".
Band ini semakin dikenal sejak munculnya
album kedua Spirit, J-Rocks memainkan
bermacam-macam beat dan aliran musik
seperti Rock'n Roll (Juwita Hati), Waltz /
Victorian (Tersesal), Symphonic Metal (Aku
Harus Bisa), blues, klasik, dan lain sebagainya.
Pada lagu berjudul "Kau Curi Lagi" mereka
berkolaborasi gitaris wanita, Prisa Rianzi dan
pada lagu "Juwita Hati" mereka membuat
video klip di Jepang yang digarap oleh Hedy
Suryawan. Shalvynne Chang, Sato & Boppy
berperan sebagai fans yang mengejar idolanya
sampai ke Jepang . Tidak tanggung-tanggung,
beberapa kawasan di Jepang termasuk
Shibuya & Harajuku dijadikan lokasi syuting
Video Clip. Konsep yang menarik membuat
Video Klip ini populer di Indonesia.
Rekaman di Studio Legendaris Abbey Road
J-Rocks mengukir sejarah sebagai band
Indonesia pertama yang rekaman di studio
legendaris Abbey Road, di Inggris. Proses
rekaman dan mixing lagu-lagu terbaru mereka
dilakukan selama lima hari dari tanggal 12
sampai 16 Oktober 2008. Di studio Abbey
Road mereka ditangani oleh Chris Butler,
seorang sound engineer ternama.
Proses rekaman untuk ketiga lagu J-Rocks
hanya membutuhkan waktu selama dua hari.
Di hari ke-3, Christ melakukan proses final
mixing untuk lagu-lagu itu. Sambil menunggu,
J-Rocks membuat video clip untuk lagu Falling
in Love dan berfoto di zebra cross legendaris
Abbey Road dengan mengenakan batik yang
sudah mereka persiapkan dari Jakarta.
Hasilnya J-Rocks merilis album ke-3, berupa
mini album bertajuk "Road to Abbey", dengan
cover bergambar J-Rocks menyebrangi
zebracross Abbey Road ala The Beatles. Berisi
4 lagu dan 1 instrumental.
Kesempatan berharga ini diperoleh J-Rocks
karena memenangkan ajang "A Mild Live
Soundrenaline 2008". J-Rocks terpilih sebagai
band terbaik di ajang tersebut karena mampu
tampil sesuai dengan tema "Free Your Voice"
dan berhasil membawa topik "Save Our Music
and Culture". Rekaman di Abbey Road Studios
diharapkan bisa menjadi pintu gerbang go
internasional.
Abbey Road Studios didirikan pada November
1931 oleh EMI di "London". Sejumlah musisi
tersohor pernah merekam lagu mereka di
studio itu, seperti The Beatles, Green Day,
Muse, Oasis, Radiohead, Red Hot Chili
Peppers, U2 bahkan Michael Jackson.

Friday, January 24, 2014

sejarah singkat band GiGi

Tahun delapan puluh tujuhan di Banjarmasin dan sekitarnya bila ada acara-acara sering ditampilkan sebuah band yang waktu itu cukup punya nama di seantero Banjarmasin, Pawakha Band sebagai penghiburnya. Satu keunikan dari band ini, di tengah-tengah penampilannya akan menyuguhkan sebuah gimmick yang akhirnya menjadi ciri khas Pawakha band hampir pada setiap kesempatan tampil dan menjadi satu ‘atraksi’ yang ditunggu-tunggu oleh penontonnya.
‘Atraksi’ apa gerangan? Di tengah-tengah Pawakha Band membawakan lagu-lagunya..tiba-tiba muncul anak kecil berumur tujuh tahun dan langsung duduk di belakang drums menggantikan posisi drummer Pawakha, dan digebraklah satu lagu rock yang saat itu cukup populer dengan rancak oleh si drummer cilik itu dan menimbulkan decak kagum sebaian besar penonton yang ada.
Gusti Erhandy Rakhmatullah, begitu nama lengkap drummer cilik itu. Ya! Itu memang Hendy yang sekarang menduduki “kursi” drum GIGI.
Masih berkisar sekitar masa kanak-kanak Hendy di Banjarmasin. Dia pertama kali kenal dengan perangkat drum saat di rumahnya sering diadakan latihan band kakaknya. Seperti anak kecil pada umumnya kalo ada seperangkat alat band pasti yang paling menarik adalah drum. Begitu pula dengan Hendy kecil, kalo band yang latihan itu lagi rehat, yang disatroni dipake mainan Hendy pasti drum. Dasar memang talentanya Hendy di drum, anak-anak band yang lagi latihan melihat Hendy mukul-mukulnya biar cuman main-main asal mukul tapi iramanya bener. Maka diusulkanlah ke ortu Hendy agar Hendy bakatnya diarahkan aja.
Kebetulan saat itu belum nemu guru drum yang cocok buat Hendy, maka guru keyboard kakaknyalah yang didaulat untuk kasih les drum ke Hendy. Memang ga bisa detil, cuman basic-basicnya aja, lebih dikonsentrasikan ke belajar not balok, harga-harga not, beat-beat, belum sampe ke soal teknik bermain yang kompleks. Mungkin karena memang udah bakat, hanya beberapa bulan Hendy kecil udah bisa mainin beberapa lagu. Dan jadilah Hendy “bintang tamu” Pawakha Band kalo lagi manggung.
Kebetulan di Banjarmasin juga ada pemain bass & gitar cilik berbakat yang sebaya dengan Hendy. Akhirnya dibentuklah band bocah dengan nama “Little Pawakha Band” dengan formasi trio Drum, Gitar dan Bass yang merangkap vokalis. Mungkin saat itu ter-influence ama formasi grup rock gaek asal Surabaya, SAS (yang juga berformasi trio)yang memang sedang naik daun.
Kurang puas dengan ilmu yang didapat dari musisi senior lokal Banjarmasin, Hendy dan kakaknya setiap sekolahnya libur panjang, menyempatkan diri ke Jakarta untuk les ke musisi Jakarta. Hendy yang waktu itu sudah kelas empat SD (1989) pengen banget belajar ke Gilang Ramadhan. Sayang karena padatnya jadwal Gilang, Hendy hanya berkesempatan belajar ke asisten Gilang, Lemmy Ibrahim di Indra Lesmana Workshop (Sekolah Musik Farabi).
Ada cerita unik waktu Hendy les drum di Farabi. Lagi konsentrasi di salah satu kelas, tiba-tiba ada yang nengok. Si penengok menyapa Hendy kecil dan ngomong : “Sini gua gitarin”, (rupanya si penengok itu pemain gitar). Kayaknya si gitaris merasa gemes ngelihat drummer ke cil yang lucu dan permainan drumnya sudah cukup piawai itu hingga pengen iseng-iseng nge-jam. Maka terjadilah sebuah jam session kecil-kecilan antara Hendy dan gitaris tadi. Saat itu juga ada Indra Lesmana dan Gilang Ramadhan yang temannya si gitaris tadi. Belakangan baru ketahuan kalo pemain gitar tadi ternyata Dewa Budjana (waktu itu belum terbentuk GIGI).
Unik dan lucu dua musisi, yang satu masih anak-anak berumur 9 tahun dan satunya sudah 26 tahun ketemu dan main bareng. Dan sekarang, lima belas tahun kemudian, dua orang itu nge-band bareng di GIGI.
Masa libur hampir usai Hendy pun balik ke Banjarmasin. Hendy lumayan dapat bekal teknik-teknik bermain drum untuk dikembangkan sendiri di rumahnya. Syangnya drummer kecil ini belum serius banget di dunia musik. Main drum buat dia masih seperti mainan aja sama halnya dengan mainan anak-anak pada umumnya seperti games dan sebagainya. Jadi kadang-kadang kalau lagi bosan juga nggak disentuh sama sekali.
Tahun 1990 saat liburan panjang tiba, Hendy dan kakaknya pun kembali bertandang ke Jakarta untuk mencari kesempatan menambah ilmu musiknya. Obsesinya pengen belajar ke Gilang nggak pernah luntur. Nasib Hendy belum lagi beruntung, Seperti tahun lalu Gilang jadwalnya masih padat juga sehingga belum ada waktu buat kasih les drum ke Hendy. Sang kakak yang pemain keyboard menunya tahun ini menimba ilmu ke Andy Ayunir. Nah sama Andy Hendy ditawarin les sama kakanya, Arir Ayunir yang waktu itu drummer Potret.
Tak ada rotan akar pun jadi, maka Hendy pun mengiyakan untuk les ke Arie Ayunir. Hampir sebulan penuh Hendy mentransfer ilmu-ilmu drum dari Arie.
Dianggap sudah cukup bertambah ilmu dan ‘jam terbang’nya dua personel “Little Pawakha Band” Hendy dan Amin (pemain bassnya) dinaikkan ‘pangkat’nya jadi personel “Pawakha Band” (nggak little lagi, meskipun benernya termasuk masih bocah). Dengan formasi baru itu Pawakha ngikut Festival Rock-nya Log Zhelebor, sayang nggak sampe masuk babak final.
Tahun berikutnya (1991) dengan ‘semangat 45’ Pawakha kembali ikutan festival band. Kali ini bukan versi Log Zhelbeour. Tapi sama-sama tingkat nasional yang diadakan di Bandung. Dan dewi fortuna sedang berpihak, Pawakha berhasil membawa pulang ke Banjarmasin trophy juara pertama. Lebih lengkap lagi Hendy juga meraih predikat drummer terbaik, juga pemain gitarnya.
Masa SMP (1992 – 1995) Hendy dan band SMP-nya merajai festival-festival band antar SMP maupun umum di Banjarmasin dan Kalimantan. Lucunya ikutan festival itu targetnya bukan band-nya pengen menyabet juara tapi cuman the best drummer aja.
Di masa hendy SMP itulah GIGI lahir (tepatnya 22 Maret 1994), dan ternyata Hendy ngefans banget ama GIGI. “Waktu itu koleksi gue yang terlengkap untuk band Indonesia ya cuman GIGI doang, lengkap dari album pertama sampe yang terbaru”, cerita Hendy. “Lebih-lebih gue ngefans berat ama Ronald, sampe-sampe album siapa pun kalo yang ngedrum Ronald pasti gue beli walo gue ga seneng lagunya”, sambung Hendy. Kefanatikannya ama GIGI kebawa juga ke band-nya yang juga bawain lagu-lagu GIGI.
Saat SMA Hendy mulai merasakan dan berpikir bahwa jalur hidupnya adalah main musik. Dari yang hanya main-main waktu kecil hingga SMA dia semakin menyadari kalo gak bakal bisa lepas dari main musik. Dia mulai mereka-reka lulus SMA nanti dia gak akan memilih kuliah di jurusan yang butuh konsentrasi pemikiran yang berat. Dia lebih pengen konsentrasi di musik, kuliah cuman sambil lalu aja. Meskipun dia tahu itu pemikiran yang cukup kontroversial di keluarganya. Sama halnya dengan keluarga / orang tua pada umumnya, yang ideal bagi mereka kuliah adalah nomor satu! Dan satu trauma sudah terbayang di pelupuk mata. Kakaknya yang juga nge-band, pas udah kuliah ‘terpaksa’ harus stop nge-band-nya, karena rambu-rambu “kuliah no.1” sedikit terlanggar.
Hendy harus bener-bener bisa menyiasati agar “kuliah no.1”, “nge-band (juga) no.1” gitu kali ya Hen! Dan itu perlu pembuktian!
Saatnya pun tiba, 1998 Hendy lulus SMA dan memilih kuliah di Jakarta. Wow! Rasanya semakin deket aja ama cita-citanya! Yang pertama, satu keinginannya yang belum pernah kesampean akhirnya bisa juga : Les drum ke Gilang Ramadhan! Nyesuaiin jadwal les ama kesibukan Gilang jadi lebih mudah karena Hendy udah tinggal di Jakarta.
Gimana aktivitas nge-band Hendy setelah kuliah di Jakarta? Karena masih baru di Jakarta jadi ya masih sekitar band kampus aja.
Belakangan Hendy ngebentuk band yang diberi nama “Fresh” (yang kemudian ganti nama “Pawakha”). Udah sempet bikin demo yang rencananya albumnya bakal diproduseri oleh Gilang. Tapi entah karena apa rencana album itu kandas di tengah jalan.

Guruh-Gipsy,

Musik Guruh-Gipsy ini adalah karya kolaborasi antara Guruh Sukarnoputra, seniman putra bungsu Presiden Pertama RI dengan Ibu Fatmawati bersama grup band rock asal Jakarta “Gipsy”. Proyek kolaborasi ini memakan waktu setahun (1975-1976) dan hanya membuahkan 1 kaset yang terdiri dari 6 lagu. Kaset ini dirilis tahun 1976 tanpa pernah dipentaskan di atas panggung.
Meskipun demikian, menurut kritikus musik Denny Sakrie, karya ini disebutnya sebagai “tonggak musik ‘progressive-rock’ di Indonesia” . Saya tidak sepenuhnya sepakat dengan istilah “progressive” itu, karena istilah ini akan mengacu pada musik yang cepat, ritmis dan keras. Musik mereka tidaklah demikian. Saya lebih pas dengan istilah ‘art-rock’ yang rumit, njlimet dan bernuansa klasik. Meskipun demikian saya sepenuhnya sepakat bahwa karya kolaborasi ini sangat bagus dan sangat pantas untuk menyandang predikat “Ikon musik Indonesia”.
The Gipsy atau Gipsy adalah band dengan kemampuan personil dan aransemen musik yang dapat digolongkan dalam grup band dahsyat di tanah air, sejajar dengan God Bless, Rollies dan AKA/SAS. Tapi karena orientasi musiknya yang tidak umum (saya memakai istilah “salah jalur”), karena mereka lebih sering memainkan aransemen Genesis,Yes dan Pink Floyd, yang tidak sepopuler musik hard rock yang ketika itu disukai seperti: Deep Purple, Led Zeppelin, Chicago, dll. Jadi, namanya memang sejak awal tidaklah terlalu terkenal, biarpun mereka lama bermain di luar negeri.
1302653181409607560
sampul kaset
Guruh Sukarnoputra, ketika itu adalah “Mr. Nobody” dalam hal musik. Meskipun punya pengetahuan luas dan mendalam tentang musik tradisional Indonesia, khususnya Bali, proyek kolaborasi ini adalah karya pertamanya di bidang musik.
Guruh dan Gipsy sepakat berkolaborasi memadukan musik rock ala Gipsy dalam nuansa Bali! Meskipun mereka bukan yang pertama dalam segala hal.  Bukan grup band rock Indonesia pertama yang merekam lagunya. Bukan pula  grup band yang berusaha mencampurkan musik tradisional yang pentatonis ke musik ‘westernized’ yang diatonis. (AKA dan Rollies sudah mulai merekam lagu mereka tahun 1973, dan meskipun cukup berhasil dalam pemasaran. Lagu-lagu ciptaan mereka sangat jauh dari “kegaharan” mereka di panggung. God Bless merekam lagu syahdu Huma di atas Bukit 1975 dengan menyisipkan aransemen “Firth to Fifth” punya Genesis)
Memadukan musik Bali dengan musik Barat juga bukan barang baru. Ray Manzarek (The Doors) pernah melakukannya (The Golden Scarab, 1971), juga pemusik Jerman, Eberhard Schoener bersama grupnya Bali Agung bahkan berkali-kali membuat komposisi dengan gamelan Bali. Di dalam negeri, Harry Roesli lebih dulu memadukan degung Sunda dalam musiknya Opera Ken Arok !973.
Meskipun demikian, karya kolaborasi ini tetap fenomenal, musiknya yang unik, syairnya yang melagukan rintihan Bali yang sedang dilindas modernisasi, bahkan masih relevan dengan kondisi kini. Dan hasilnya merupakan musik yang sungguh cerdas dan apik.
Proyek ini diawaki oleh personil Gipsy :  3 Nasution bersaudara; Keenan (drums, vokal), Odink (gitar), Gaury (gitar), Ronny Harahap (piano, keyboard, vokal, aransemen musik), Chrisye (bass, vokal), Abadi Soesman (moog synthesizer) bersama Guruh (pengarang semua lagu), Hutauruk Sisters (Berlian, Tarida, Bornok, Rugun), para pemusik tradisional Bali pimpinan I Gusti Kompyang Raka dengan bintang tamu Trisuci Kamal (piano klasik).
Album ini langsung mendapat kritik keras dari para pemusik tradisional Bali. “Musik Bali telah dirusak!” demikian menurut pendapat mereka. Dan meskipun gagal dalam pemasaran, banyak hal baru yang terjadi dalam proses pembuatan album ini.
Guruh, yang tadinya bukan siapa-siapa dalam musik, menjadi percaya diri dan mulai mengibarkan benderanya sendiri setelah ini dalam Swara Mahardika. Album ini juga melambungkan nama Berlian Hutauruk, penyanyi bersuara sopran itu. Tarida, Bornok dan Rugun kemudian lebih dikenal sebagai Trio Bebek, sering mendampingi pentas Swara Mahardika. Dan yang paling penting, untuk pertama kalinya masyarakat Indonesia mulai mengenal suara sendu Chrisye yang menyanyikan lagu “Chopin Larung“. Setelah ini, Chrisye menjadi lebih terkenal sebagai penyanyi ketimbang sebagai bassist yang handal.
Meskipun bukan karya terbaik dalam album ini, lagu Chopin Larung (7menit 15detik), yang dibalut dengan bahasa Bali, sungguh suatu lagu yang indah. Menceritakan keprihatinan Guruh pada budaya asing (yang dikiaskan kepada Frederych Franciszek Chopin, komponis asal Polandia) yang meng-invasi budaya Bali:
Sang jukung kelapu-lapu, santukan baruna kroda
Nanging Chopin nenten ngugu, kadangipun ngarusak seni budaya
(Perahu terombang-ambing ,karena dewa laut murka.
Namun Chopin tiada memahami bangsanya merusak seni budaya)
Sedemikian jauh eksplorasi para pemusik ini, sehingga suara piano dalam lagu ini berasal dari Grand Piano yang sudah lama tidak digunakan dan tidak disetem lagi. Suara piano yang sumbang ini justru dianggap cocok untuk lagu ini.
Bahkan menurut Denny Sakrie, album ini adalah mahakarya karena dalam pencapaian artistik, album ini dianggap mampu memberi inspirasi untuk generasi berikutnya.
Meskipun sudah hampir 35 tahun berlalu, album ini masih dibicarakan sebagai ikon seni musik ‘progresive-rock’ di luar negeri. Majalah Rolling Stone Indonesia bahkan menempatkan album Guruh-Gipsy ini di posisi ke 2.,  dalam “150 Album Indonesia Terbaik Sepanjang Masa” pada tahun 2007.