Tahun delapan puluh tujuhan di Banjarmasin dan sekitarnya bila ada
acara-acara sering ditampilkan sebuah band yang waktu itu cukup punya
nama di seantero Banjarmasin, Pawakha Band sebagai penghiburnya. Satu
keunikan dari band ini, di tengah-tengah penampilannya akan menyuguhkan
sebuah gimmick yang akhirnya menjadi ciri khas Pawakha band hampir pada
setiap kesempatan tampil dan menjadi satu ‘atraksi’ yang ditunggu-tunggu
oleh penontonnya.
‘Atraksi’ apa gerangan? Di tengah-tengah Pawakha
Band membawakan lagu-lagunya..tiba-tiba muncul anak kecil berumur tujuh
tahun dan langsung duduk di belakang drums menggantikan posisi drummer
Pawakha, dan digebraklah satu lagu rock yang saat itu cukup populer
dengan rancak oleh si drummer cilik itu dan menimbulkan decak kagum
sebaian besar penonton yang ada.
Gusti Erhandy Rakhmatullah, begitu
nama lengkap drummer cilik itu. Ya! Itu memang Hendy yang sekarang
menduduki “kursi” drum GIGI.
Masih berkisar sekitar masa kanak-kanak
Hendy di Banjarmasin. Dia pertama kali kenal dengan perangkat drum saat
di rumahnya sering diadakan latihan band kakaknya. Seperti anak kecil
pada umumnya kalo ada seperangkat alat band pasti yang paling menarik
adalah drum. Begitu pula dengan Hendy kecil, kalo band yang latihan itu
lagi rehat, yang disatroni dipake mainan Hendy pasti drum. Dasar memang
talentanya Hendy di drum, anak-anak band yang lagi latihan melihat Hendy
mukul-mukulnya biar cuman main-main asal mukul tapi iramanya bener.
Maka diusulkanlah ke ortu Hendy agar Hendy bakatnya diarahkan aja.
Kebetulan
saat itu belum nemu guru drum yang cocok buat Hendy, maka guru keyboard
kakaknyalah yang didaulat untuk kasih les drum ke Hendy. Memang ga bisa
detil, cuman basic-basicnya aja, lebih dikonsentrasikan ke belajar not
balok, harga-harga not, beat-beat, belum sampe ke soal teknik bermain
yang kompleks. Mungkin karena memang udah bakat, hanya beberapa bulan
Hendy kecil udah bisa mainin beberapa lagu. Dan jadilah Hendy “bintang
tamu” Pawakha Band kalo lagi manggung.
Kebetulan di Banjarmasin juga
ada pemain bass & gitar cilik berbakat yang sebaya dengan Hendy.
Akhirnya dibentuklah band bocah dengan nama “Little Pawakha Band” dengan
formasi trio Drum, Gitar dan Bass yang merangkap vokalis. Mungkin saat
itu ter-influence ama formasi grup rock gaek asal Surabaya, SAS (yang
juga berformasi trio)yang memang sedang naik daun.
Kurang puas dengan
ilmu yang didapat dari musisi senior lokal Banjarmasin, Hendy dan
kakaknya setiap sekolahnya libur panjang, menyempatkan diri ke Jakarta
untuk les ke musisi Jakarta. Hendy yang waktu itu sudah kelas empat SD
(1989) pengen banget belajar ke Gilang Ramadhan. Sayang karena padatnya
jadwal Gilang, Hendy hanya berkesempatan belajar ke asisten Gilang,
Lemmy Ibrahim di Indra Lesmana Workshop (Sekolah Musik Farabi).
Ada
cerita unik waktu Hendy les drum di Farabi. Lagi konsentrasi di salah
satu kelas, tiba-tiba ada yang nengok. Si penengok menyapa Hendy kecil
dan ngomong : “Sini gua gitarin”, (rupanya si penengok itu pemain
gitar). Kayaknya si gitaris merasa gemes ngelihat drummer ke cil yang
lucu dan permainan drumnya sudah cukup piawai itu hingga pengen
iseng-iseng nge-jam. Maka terjadilah sebuah jam session kecil-kecilan
antara Hendy dan gitaris tadi. Saat itu juga ada Indra Lesmana dan
Gilang Ramadhan yang temannya si gitaris tadi. Belakangan baru ketahuan
kalo pemain gitar tadi ternyata Dewa Budjana (waktu itu belum terbentuk
GIGI).
Unik dan lucu dua musisi, yang satu masih anak-anak berumur 9
tahun dan satunya sudah 26 tahun ketemu dan main bareng. Dan sekarang,
lima belas tahun kemudian, dua orang itu nge-band bareng di GIGI.
Masa
libur hampir usai Hendy pun balik ke Banjarmasin. Hendy lumayan dapat
bekal teknik-teknik bermain drum untuk dikembangkan sendiri di rumahnya.
Syangnya drummer kecil ini belum serius banget di dunia musik. Main
drum buat dia masih seperti mainan aja sama halnya dengan mainan
anak-anak pada umumnya seperti games dan sebagainya. Jadi kadang-kadang
kalau lagi bosan juga nggak disentuh sama sekali.
Tahun 1990 saat
liburan panjang tiba, Hendy dan kakaknya pun kembali bertandang ke
Jakarta untuk mencari kesempatan menambah ilmu musiknya. Obsesinya
pengen belajar ke Gilang nggak pernah luntur. Nasib Hendy belum lagi
beruntung, Seperti tahun lalu Gilang jadwalnya masih padat juga sehingga
belum ada waktu buat kasih les drum ke Hendy. Sang kakak yang pemain
keyboard menunya tahun ini menimba ilmu ke Andy Ayunir. Nah sama Andy
Hendy ditawarin les sama kakanya, Arir Ayunir yang waktu itu drummer
Potret.
Tak ada rotan akar pun jadi, maka Hendy pun mengiyakan untuk
les ke Arie Ayunir. Hampir sebulan penuh Hendy mentransfer ilmu-ilmu
drum dari Arie.
Dianggap sudah cukup bertambah ilmu dan ‘jam
terbang’nya dua personel “Little Pawakha Band” Hendy dan Amin (pemain
bassnya) dinaikkan ‘pangkat’nya jadi personel “Pawakha Band” (nggak
little lagi, meskipun benernya termasuk masih bocah). Dengan formasi
baru itu Pawakha ngikut Festival Rock-nya Log Zhelebor, sayang nggak
sampe masuk babak final.
Tahun berikutnya (1991) dengan ‘semangat
45’ Pawakha kembali ikutan festival band. Kali ini bukan versi Log
Zhelbeour. Tapi sama-sama tingkat nasional yang diadakan di Bandung. Dan
dewi fortuna sedang berpihak, Pawakha berhasil membawa pulang ke
Banjarmasin trophy juara pertama. Lebih lengkap lagi Hendy juga meraih
predikat drummer terbaik, juga pemain gitarnya.
Masa SMP (1992 –
1995) Hendy dan band SMP-nya merajai festival-festival band antar SMP
maupun umum di Banjarmasin dan Kalimantan. Lucunya ikutan festival itu
targetnya bukan band-nya pengen menyabet juara tapi cuman the best
drummer aja.
Di masa hendy SMP itulah GIGI lahir (tepatnya 22 Maret
1994), dan ternyata Hendy ngefans banget ama GIGI. “Waktu itu koleksi
gue yang terlengkap untuk band Indonesia ya cuman GIGI doang, lengkap
dari album pertama sampe yang terbaru”, cerita Hendy. “Lebih-lebih gue
ngefans berat ama Ronald, sampe-sampe album siapa pun kalo yang ngedrum
Ronald pasti gue beli walo gue ga seneng lagunya”, sambung Hendy.
Kefanatikannya ama GIGI kebawa juga ke band-nya yang juga bawain
lagu-lagu GIGI.
Saat SMA Hendy mulai merasakan dan berpikir bahwa
jalur hidupnya adalah main musik. Dari yang hanya main-main waktu kecil
hingga SMA dia semakin menyadari kalo gak bakal bisa lepas dari main
musik. Dia mulai mereka-reka lulus SMA nanti dia gak akan memilih kuliah
di jurusan yang butuh konsentrasi pemikiran yang berat. Dia lebih
pengen konsentrasi di musik, kuliah cuman sambil lalu aja. Meskipun dia
tahu itu pemikiran yang cukup kontroversial di keluarganya. Sama halnya
dengan keluarga / orang tua pada umumnya, yang ideal bagi mereka kuliah
adalah nomor satu! Dan satu trauma sudah terbayang di pelupuk mata.
Kakaknya yang juga nge-band, pas udah kuliah ‘terpaksa’ harus stop
nge-band-nya, karena rambu-rambu “kuliah no.1” sedikit terlanggar.
Hendy harus bener-bener bisa menyiasati agar “kuliah no.1”, “nge-band (juga) no.1” gitu kali ya Hen! Dan itu perlu pembuktian!
Saatnya
pun tiba, 1998 Hendy lulus SMA dan memilih kuliah di Jakarta. Wow!
Rasanya semakin deket aja ama cita-citanya! Yang pertama, satu
keinginannya yang belum pernah kesampean akhirnya bisa juga : Les drum
ke Gilang Ramadhan! Nyesuaiin jadwal les ama kesibukan Gilang jadi lebih
mudah karena Hendy udah tinggal di Jakarta.
Gimana aktivitas nge-band Hendy setelah kuliah di Jakarta? Karena masih baru di Jakarta jadi ya masih sekitar band kampus aja.
Belakangan
Hendy ngebentuk band yang diberi nama “Fresh” (yang kemudian ganti nama
“Pawakha”). Udah sempet bikin demo yang rencananya albumnya bakal
diproduseri oleh Gilang. Tapi entah karena apa rencana album itu kandas
di tengah jalan.
No comments:
Post a Comment