Saturday, January 18, 2014

OMELETTE STORY

Episode baru Omelette akhirnya datang bersamaan dengan dirilisnya album 2, “Lagi-Lagi janji,” November 2008. Sebuah penantian panjang jika dihitung sejak album pertama “Persahabatan” di rilis tahun 2005.

Bagi band yang baru muncul, jedah 3 tahun ini sangatlah merugikan karena orang jadi lupa dengan Omelette, apalagi puluhan band baru bermunculan bak jamur di musim hujan. Ada yang lewat jalur lndie dan major label, ada juga yang lahir dari ajang festival. Satu dua band akhirnya sukses dan ngetop sementara puluhan lainnya hilang tak terdengar lagi kabarnya.

Ada yang bilang kami muncul di waktu yang kurang tepat. Ah.. persetan dengan pandangan orang, mereka toh tidak mengenal kami, bagaimana kami dahulu dan akan kemana kami kelak. We must write our own history, walaupun jika untuk itu kami harus jatuh-bangun dan berdarah-darah.

Sejak album Persahabatan dirilis kami seperti tak habis dirundung malang. Persoalan datang silih berganti dan semua itu harus kami selesaikan satu demi satu. Kalau tidak dibantu dan disemangati oleh manajemen POS Entertainment – dalam hal ini Dhani Pette - barangkali kami sudah “gila”.

Bagi kami jauh lebih mudah untuk mengakhiri kisah Omelette sampai disini, tidak ngeband lagi dan berkonsentrasi penuh pada sekolah. Tetapi betul kata orang, musik itu panggilan jiwa yang tidak mungkin kita abaikan. Jika kami tidak main musik, rasanya seperti ada lubang besar di dalam hati. Kami tidak tahu apa namanya, tetapi kami rasa semua musisi akan merasakan hal seperti itu.

Maka kamipun menguatkan diri, mencari kepingan yang cocok dan menyusun kembali Omelette. Karena semua pergolakan internal itu, vakum bukanlah kata yang tepat untuk menggambarkan waktu jeda 3 tahun itu.


Aries Gabung Garasi
Persoalan dimulai dengan perginya Aries. Drummer kami itu gabung dengan Garasi Band. Ceritanya, saat itu tahun 2005, ada tawaran audisi untuk casting film yang bercerita tentang perjuangan sebuah band baru. Kami (Nissa, Rian, dan Aries) waktu itu ikut audisi. Aries yang diterima karena yang dicari adalah casting untuk peran drummer.

Sampai di situ kami oke saja. Yang tidak kami sangka, karakter band yang bernama Garasi dalam film tersebut terus dipertahankan di dunia nyata. Dan Aries pun terikat di sana. Tapi kekecewaan ini nggak berlangsung lama dan kamipun bisa menerima keadan ini, bahkan sejujurnya ada sedikit rasa bangga terhadap Aries, apalagi Garasi cukup sukses bahkan masih tetap eksisi hingga saat ini.

Aries sendiri bukanlah drumer Omelette yang pertama. Pemuda asal Cibadak Sukabumi ini adalah drummer ketiga, setelah Echa yang kini banyak main di komunitas jazz dan dan Hendy yang kini jadi drummer GIGI. Echa dan Hendy gabung Rian dan Nissa sewaktu Omelette masih bernama Telor Ceplok.

Dilihat dari sisi manapun Echa dan Hendy adalah drummer yang hebat, bahkan jika skill jadi ukuran satu-satunya, mereka adalah drummer terbaik yang pernah dimiliki Omelette. Toh kami tidak bisa menahan mereka tetap di Omelette, tapi kami tidak terlalu kecewa kok. Kami sadar bahwa apa yang kami inginkan belum tentu itu yang kami butuhkan.

Tak lama setelah Aries, datang Sandy Winarta, another great drummer that we’ve ever had. Sayangnya Sandy pun tidak bertahan lama. Semula kami menduga hal ini disebabkan karena kami tidak sepantaran, --Sandy lebih senior dibanding personal Omelette yang lain-- sehingga pergaulan kami jadi kikuk, tetapi ternyata bukan itu, setidaknya bukan itu faktor utamanya. Jiwa Sandy lebih condong ke Jazz ketimbang ke musik Omelette yang pop rock, maka kamipun melepasnya dengan damai.


Omelette Story (2)
Pukulan Telak, Tessa Cabut

Walaupun kami jatuh bangun setelah ditinggal Aries, yang terburuk belumlah datang. Pukulan paling telak adalah saat Tessa cabut tak lama setelah Sandy. Saat itu Omelette kembali menjadi “Rian dan Nissa.” Kami serasa masuk dalam mesin waktu dan seseorang memutar mundur 10 tahun dan… Cling…! kami adalah dua anak kecil yang keranjingan musik dan bermimpi menjadi rock star.

Waktu itu kami ingin Omelette bubar saja, sebab sepertinya nasib baik tidak pernah berpihak pada kami, tetapi Dhani Pette sekali lagi menyemangati kami untuk bertahan.

Dukungan itu juga diwujudkan dengan menggelar audisi vokalis. Sementara proses audisi berlangsung – dan ini ternyata berjalan sangat panjang— jika Omelette dapat job, kami pakai vokalis cabutan. Sashi (yang sekarang menjadi vokalis band Drew) salah satunya dewa penolong kami ketika itu.

Untuk posisi drummer kami masih sering dibantu Sandy walau pun dia sudah tidak lagi di Omelette dan Otto. Yang terakhir ini adalah drummer debutan yang akhirnya gabung dengan Omelette. Konon kabarnya Otto adalah drummer Biss Band, band yang tidak pernah kami dengar namanya.

Mencari vokalis ternyata susahnya minta ampun. Sepanjang tahun 2006 dan 2007, kami melakukan dua kali sesi audisi dengan peserta yang jumlahnya puluhan, eh.. nggak dapat-dapat juga, padahal kami tidak memberi batasan harus cewek atau cowok, usia juga kami buka saja asal tidak tua banget.

Pada audisi yang ke dua sebenarnya kami mendapatkan Aby, cewek yang usianya masih sangat muda, bahkan lebih muda dari Nissa yang selama ini kami anggap sebagai maskot karena kemudaannya itu. Karakter suara yang tinggi juga mirip Tessa. Tetapi ini pun –lagi-lagi-- tidak bisa kami pertahankan, padahal kami sudah membuat demo album 2 lho. Sony-BMG merasa karakter vocal Aby kurang cocok untuk musik Omelette.

Seperti pasangan suami istri yang berusaha keras untuk mempunyai anak, mendapati setiap kali terjadi kehamilan, setiap kali juga terjadi keguguran. Sesaat kami merasa gembira, tetapi sedetik kemudian tragedi menimpa. Well.. kami semua memang masih kecil dan belum pernah menikah, tetapi kami tidak bisa membuat analogi lain.

Kali ini kami benar-banar frustasi dan putus asa. Batalnya Aby gabung dengan Omelette juga membawa konsekwensi lain. Kami terpaksa membongkar semua lagu yang telah kami siapkan untuk disesuaikan dengan karakter vokalis yang baru kelak.

Di saat kami putus harapan, Fetty muncul entah dari mana. Saat itu Maret 2007, dengan diantar Eko kakaknya dia berdiri di depan pintu POS Entertainment “mau ikut audisi Omelette,” katanya malu-malu. Sesaat kami menduga dia penyanyi dangdut dan lagu-lagu melayu yang mau mencoba keberuntungan di Omelette yang pop rock. Meski demikian kami memutuskan untuk mencoba Fetty, walaupun melalui proses audisi “ogah-ogahan” karena kami semua merasa sudah mentok.

Saat itulah Fetty mencuri perhatian kami melalui suaranya yang tinggi dan ke kanak-kanakan, cocok dengan karakter Omelette. Kami yang semula loyo kembali bersemangat. Dan melalui beberapa kali uji coba akhirnya Fetty dinyatakan diterima dan gabung dengan Omelette.

Sepertinya pintu kemudahan itu mulai terbuka. Permainan drum Otto meningkat dengan pesat dan makin nge-groove dengan petikan gitar Rian dan betotan bas Nissa. Melihat kemajuan itu manajemen tanpa ragu lagi menarik Otto sebagai drummer Omelette.

Omelette pun bangkit kembali, ah.. kami tidak senang dengan istilah ini, kami lebih senang jika disebut dilahirkan kembali, lengkap sempurna: Rian (gitar), Nissa (bas), Otto (drum), dan Fetty (vocal).

Apakah formasi ini akan bertahan lama? Rasanya itu tidak perlu dipikirkan, setidaknya tidak untuk saat ini. Tugas kami sekarang adalah berkarya. Kegembiraan kami karena kelahiran kembali Omelette tidak berlangsung lama karena kerja keras sudah menunggu. Album 2 sudah menunggu, kali ini kami benar-benar akan menulis sejarah.


Omelette Story (3)
Amazing Album Ini Bisa Selesai

Jika dihitung sejak awal ngumpulin lagu, album 2 “Lagi-Lagi” ini telah mulai digarap Desember 2005, tak lama setelah jeda promosi album 1 “Persahabatan” yang kami luncurkan Maret tahun yang sama. Artinya kami langsung tancap gas begitu album pertama beres.

Tapi apa yang kita inginkan sering kali bukan itu yang kita dapatkan bukan? Jadi begitulah, album kedua baru bisa dirilis hampir 4 tahun setelah album pertama.

Memang ada faktor teknis yang memperlambat kerja kami, tetapi sebagian besar kegagalan kami untuk secepatnya membuat album 2 adalah faktor non teknis. Jika secara teknis kami susah sekali mencari lagu yang cocok untuk single pertama, yang non teknis adalah mundurnya Tessa. Kedua fakor ini benar-benar membuat kami babak belur.

Tentang mundurnya Tessa dan masuknya Fetty kami sudah ceritakan di Omelette Story sebelumnya, jadi kali ini kami akan cerita tentang proses pembuatan album 2 dan apa bedanya dengan album pertama.

Yang jelas di album ke 2 semua lagu kami sendiri yang buat, ini berbeda dengan album pertama yang didalamnya ada 2 lagu Budjana dan 2 lagu Thomas GIGI. Sebagai band yang baru muncul, harus diakui kami belum PD dengan karya kami sendiri, begitu juga dengan Dhani Pette selaku manajer. Maka Dhani minta Mas Budjana dan Mas Thomas membantu.

Jadi selain masalah content, ada alasan yang lebih mendasar dibalik dimasukkannya lagu Budjana dan Thomas itu. Faktor lain adalah karena GIGI satu menajemen dengan Omelette.

Saat itu Budjana menyodorkan lagu “Bayangmu” dan “Buang Rasa Itu” sedangkan Thomas “Ajari” dan “Melayang.” Bermodalkan 4 lagu inilah Omelette kemudian membuat 6 lagu pelengkap sehingga menjadi album utuh yang terdiri dari 10 lagu. Oh iya produser album ini Mas Baron Arafat eks GIGI.

Kami kira kalau kami jalan ke toko kaset dan minta seorang pengunjung mengomentari album ini, rasanya dia akan bilang kalau album kami ini “bau GIGI-nya” kuat banget. Padahal rasanya… nggak banget tuh.

Sekarang kalau kami melihat ke belakang, cara itu –setidaknya motovasinya— rasanya kurang tepat ya? Sebuah band mestinya meletakkan karyanya sendiri sebagai yang utama, bukan karena karya orang lain tidak bagus tetapi semata-mata agar pembeli kaset/CD mendapat sesuatu yang genuine. Tetapi ya sudahlah, dulu kami memang benar-benar kurang PD.

Tapi lepas dari itu kami berterima kasih pada Mas Budjana dan Mas Thomas. Tanpa mereka album pertama tak kan pernah ada karena kegamangan kami. Uniknya di itu yang terpilih sebagai single pertama justru bukan lagu Budjana atau Thomas, melainkan lagu kami sendiri, “Persahabatan” yang sekaligus dipilih sebagai judul album.


Bantuan Tohpati
Di album 2 kami jauh lebih PD, setidaknya seluruhnya --12 lagu-- di album ini kami sendiri yang buat. Awalnya kami buat 10 lagu, lalu kami minta Mas Rhonald Fristianto –lagi-lagi eks GIGI— menjadi produser. Tetapi tidak ada satupun yang cocok menjadi single pertama.

Tentang hal ini, kami di POS Entertainment punya tradisi penentuan sigle. Seluruh lagu dalam album kami gandakan dalam bentuk CD lalu dibagikan keseluruh karyawan. Tugas mereka adalah mendengarkan berulang-ulang kemudian memberi komentar terhadap setiap lagu yang mereka dengarkan itu.

Karena belum dapat lagu jagoan, kami buat 4 lagu lagi. Kali ini yang jadi produsernya Omelette sendiri dengan Dhani Pette. Kini kami punya 14 lagu, tapi kok rasanya terlalu banyak ya? Maka kamipun mencoret 2 lagu lama hingga menjadi 12 lagu saja. Sampai di sini pun kami masih belum nemu single pertamanya.

Akhirnya kami minta bantuan Tohpati mengaransemen ulang 2 lagu yang sebelumnya sudah direkam, “Lagi-lagi Janji” dan “Ingatan Lalu.”

So, that’s it, Omelette kini memiliki single pertama yang sekaligus ditetapkan sebagai judul album 2. Kalau kami melihat ke belakang, kami tidak percaya lho energi kami cukup untuk menyelesaikan abum ini.

Omelette Story (4)
Kami Kucing yang Hebat

Aspek terbesar yang membedakan major dengan indie label adalah faktor promosi dan distribusi. Membandingkan major dan indie ibarat membandingkan harimau dengan kucing. Dan Omelette termasuk golongan kucing, karena album kami diproduksi POS Record yang masuk katagori indie. Walau demikian kami merasa cocok dan nyaman, karena lebih bebas dan leluasa. Lagipula apa yang dilakukan POS tidak kalah kok dibanding dengan major label.

Soal distribusi, miasalnya, kami tidak beda dengan major label, karena kami titip endar di Sony-BMG. Jadi CD dan kaset “Lagi-Lagi” bisa kalian dapatkan di semua toko kaset. Bahkan jika dikonversi, nilai promosi kami rasanya lebih besar dari yang dilakukan major label.

Oke, mari sekarang kita bicara tentang masalah promosi. Walaupun tanggal rilis telah ditetapkan 27 November, dua minggu sebelumnya single pertama “Lagi-Lagi Janji” telah didistribusikan ke 600 stasiun radio di seluruh Indonesia. Kami berharap masyarakat akrab dulu dengan lagu kami melalui radio, dan ketika memutuskan untuk mencarinya di toko kaset CD/kaset Omelette ada di sana.

Sementara untuk promosi di televisi kemipun tidak kalah. Hampir semua stasiun TV telah kami hubungi, kami kirimi video clip, dan –ini yang penting— mereka memberikan sambutan yang baik. Sebagai band baru kami sudah main di Inbox SCTV, acara musik nomor satu saat ini.

Kami juga telah mendapat jadwal untuk tampil di acara TV yang lain, Seperti Dahsyat, Kissvaganza, Klik, dll. Manajemen kayaknya juga mempunyai rencana kerjasama dengan Gen FM sehubungan dengan album Omelette yang baru ini. Kami belum tahu konkritnya seperti apa, yang jelas kemarin kami main di acara “Pestanya Generasi Musik Terkini” di Tamini, acara off air yang disiarkan life di Gen FM.

Gen FM sendiri adalah radio nomor satu di Jakarta, khususnya untuk musik remaja. Oh iya.. Gen Fm ini radio yang fenomenal, baru satu tahun umurnya kini sudah jadi nomor satu. Kok bisa ya, baru lahir langsung juara?

Karena program promosi ini, kami sudah banyak mendapat jadwal manggung. Jadwal manggung Omelette bisa dilihat di web site kami, www.omeletteband.net. Tidak hanya di Jakarta, kami juga main di Jogja (Liquid) 4 Desember dan Sukabumi (Garden Park) pada malam old & New. Rasanya jadwal Omelette akan terus bertambah, karena kami lihat manajemen kerja keras cari job.

Juga ada promo di media cetak. Kami sudah melakukan wancara dan pemotratan di majalah Hai, Rolling Stones, Aneka Yes, dan Gadis. Majalah, tabloid, dan Koran lain menyusul. Sementara promo radio mengikuti jadwal show karena mereka lebih fleksibel. Pendeknya padat sekali.

Masa promosi ini sangat melelahkan, tapi kami sangat antusias walaupun bayaran manggungnya kecil. Ibaratnya kami tengah menanam bibit mangga dan menunggu munculnya buah pertama. Kami yakin saat itu akan datang.

Oh iya kami tadi mengibaratkan major label sebagai macan dan indie label sebagai kucing. Itu serius lho, tetap dengar-dengar macan itu sudah mulai kehilangan taring dan cakarnya, sementara si kucing sudah mulai lincah dan tangkas gerakannya.

Tapi hilangnya taring dan cakar macan itu bukan karena dimakan kucing lho. Konon zaman lah yang membuat macan tua itu tak perkasa lagi. Kita tahu kan saat ini 90% CD yang beredar itu bajakan? Sementara penjualan kaset jatuh hingga 80%. Bayangkan gimana tuh penghasilan mereka.

Faktor lain adalah maraknya perangkat digital yang makin memudahkan penggandaaan lagu, sepertinya perangkat ini melegalkan produk bajakan ya?

Sss..t, katanya sekarang ini kita memasuki pancaroba zaman, dari era fisikal ke digital. Tanda-tandanya sudah sangat jelas, produk konvensional CD/kaset jatuh sementara produk digital mulai naik.

Untuk mengantisimpasi hal itu konon major label kini mengubah strategi. Jualan CD/kaset memang masih dilakukan tetapi penghasilan utama mereka asalya dari RBT. Ingat kan barusan Vagetoz dapat award dari Sony-BMG labelnya, karena RBT nya di download oleh 5 juta orang. Hebat ya? Selain jualan RBT mereka juga menjadi manajer artis. Sementara itu manajemen artis banyak yang memproduksi sendiri, walaupun untuk distribusinya masih bekerjasama dengan major.

Rasanya kita sudahi saja omongan ini ya? Kami malu karena masalah promosi ini bukan keahlian kami. Mestinya kami minta saja manajemen yang menulis bagian ini, bukannya kami yang cuma tahu main musik.


Omelette Story 5 (habis)
Inilah Kisahku

Ini bagian terakhir dari Omelette Story, semoga kalian tidak bosan dengan cerita kami. Kali ini kami akan cerita tentang diri kami masing-masing.

Sebagai remaja biasa, kami tak beda dngan kalian, tidak semua sikap dan pilihan kami benar. Kadang kami malas, kadang kami menulikan kuping terhadap nasihat orang lain, sehingga kami tersesat. Sesakali kami memberontak dan menabrak kiri-kanan. Tapi motifasi kami bersih, kami tidak pernah beniat menyusahkan orang lain.

Intinya kami ini manusia biasa, dengan minat yang sangat besar terhadap musik. Begitu besarnya sehingga musik –rasa-rasanya— sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidup kami. Kalau darah kami diperiksa di bawah mikroskop akan tampak tangga nada meliuk-liuk di antara erytrosit dan leukosit. Music is absolutely our soul.


Rian
Gue yang tertua di sini, tetapi gue bukanlah yang utama karena kami egaliter, semua memiliki hak dan kewajiban yang sama. Gue pikir ini kosep yang benar, sebab bagaimanapun kami ini band bukan parpol perusahaan yang mesti ada struktur organisasinya, ada pimpinan ada bawahan.

Tetapi lepas dari prinsip ini gue memang orang yang cuek. Bahkan gue tidak tahu lho jadwal Omelette, tanggal berapa manggung di mana? Tapi gue tidak kahawatir, gue kan punya Nissa, adik gue itu yang ngigatin gue.

Untuk masalah ini rasanya Otto dan Fetty juga cuek, ah..nggak bukan cuek tapi pasif. Yang ribut pada soal-soal seperti ini cuma Nissa. Tapi orang seperti itu perlu lho! Kalau nggak ada yang ngeributin kami bertiga seperti kambing congek yang nggak tahu mesti melakukan apa.

Tapi kalau soal aransemen gue harus ikut. Gue kan satu-satunya yang pegang gitar, jadi grip dan melodi tergantung gue. Drum dan bass kan yang mengeblok, membuat basic rhythm nya.

Oke kalian udah tahu kan musik Omelette, sekarang gue mau kasih tahu sedikit rahasia gue. Musik Omelette itu bukan gue banget, musik gue itu Metallica, Megadeth, Lamb of God, Trivium, Avenged Sevenfold, Dragon Force, Marlyn Manson, pokoknya metal abis. Itu koleksi CD dan DVD gue, mereka idola gue. Salam metal.


Nissa
Gw memang pegang bass, tapi dalam keseharian Omelette gw pegang semua hal, seperti mengisi web site, membuat jadwal, berkomunikasi dengan manajer atau produser kalau lagi buat album. Bahkan –percaya nggak?-- gw juga yang ngurus makan mereka lho. Pendek kata gw seperti ibu rumah tangga yang mesti ngurus semua hal.

Kadang-kadang gw merasa capek ngurus Omelette, tapi ini rumah gw, jadi gw harus membuatnya nyaman untuk semua orang. Lagi pula kalau bukan gw siapa yang mau melakukan pekerjaan ini. Otto, Fetty, apalagi Rian, semuanya cuek bebek.

Gw yakin suatu saat nanti Omelette akan ngetop, karena kami semua bekerja keras dan melakukannya dengan sepenuh hati. Kalau soal teknik dan skill sejujurnya gw nggak begitu khawatir, bahkan jika dibandingkan band-band yang sudah mapan saat ini. Tapi di dunia pop culture saat ini yang paling menentukan adalah lagu, maksud gw pasar bisa nerima lagu kita nggak? Itu ukurannya.

Sialnya kualitas pendengar musik kita turun ya? Setuju nggak? Sehingga lagu-lagu “gampanganlah” yang jadi primadona. Ini berlawanan dengan Malaysia, pendengar di sana sudah mulai meningkat kualitasnya. Tapi siklus ini gw yakin akan berlalu, dan kualitas pendengar kita meningkat kembali. Tapi kita boleh beda pendapat kok. Salam slap!


Otto
Sudah lama gue tahu Omelette, tetapi baru sekitar 1.5 tahun lalu gue gabung. Sebelumnya gue punya band sendiri namanya Biss Band, sampai sekarangpun Biss Band masih ada. Sebelum secara resmi gabung Omelette gue juga membantu Repvblik yang lagi nggak punya drummer. Di sana gue jadi additional player.

Sebenarnya –kalau ukurannya duit-- di Repvblik lebih enak karena bandnya sudah jalan sehingga job nya banyak. Sementara Omelette mesti merintis kembali, karena jarak antara album 1 dan 2 terlalu lama, orang sudah lupa. Tapi alasan yang paling prinsip adalah Gue pingin membangun band sendiri from zero to hero. Gue pingin ngukur batas gue, seberapa besar gue bisa berperan di Omelette.

Gue kira permainan gue sudah mulai nge groove dengan Rian dan Nissa, mudah-mudahan ini pertanda baik. Sebagai anak muda awalnya kita tidak memperhatikan masalah ini. Ibarat baru keluar dari dunia persilatan, kita kepinginnya memainkan 1.000 jurus untuk menunjukkan kemampuan kami. Padahal bukan itu yang penting. Walaupun kita punya skill segunung jika musik kita tak memupnyai jiwa ya tidak ada artinya.

Benar kata Mas Budjana, jika satu nada sudah cukup, kita tidak perlu mainkan 10 nada. Secara pribadi gue menganggap ini filosofi seorang empu musik. Merdeka.


Fetty
Sejujurnya gue merasa minder bergaul dengan Rian, Nissa, dan Otto, setidaknya pada awalnya begitu. Maksudku mereka kan orang yang memang sehari-harinya berurusan dengan musik sementara gue anak sekolahan biasa. Memang sesekali gue ikut nyanyi membantu kakak gue yang kadang diundang nyanyi di suatu acara.

Suara gue juga biasa-biasa saja rasanya, tapi nggak tahu kenapa mereka memilih gue. Menurut cerita, Omeltte telah melakukan audisi berkali-kali tetapi tidak mendapatkan penyanyi yang tepat.

Kini gue sudah nyebur di dunia ini, tidak ada pilihan lain gue mesti total menjalanin profesi ini. Banyak faktor yang mengambat tekad gue. Yang paling nyata adalah jadwal kuliah, dan ini juga dialami Rian dan Nissa. Selain itu masalah biaya. Main band kan butuh banyak biaya.

Bagi Rian dan Nissa soal ini tidak pernah jadi masalah, tapi bagi gue berangkat latihan dan beli kostum untuk manggung butuh biaya besar. Untung mereka mau minjamin gue kostum, juga buat Otto. Ini benar-benar sangat membantu.

Karena alasan di atas, perjuangan gue di Omelette rasanya lebih berat ketimbang yang dirasakan Rian dan Nissa. Karena itu gue berdoa setiap hari agar Omelette cepat sukses dan banyak job and God bless our soul. See U

2 comments: