Episode baru Omelette akhirnya datang bersamaan dengan dirilisnya album
2, “Lagi-Lagi janji,” November 2008. Sebuah penantian panjang jika
dihitung sejak album pertama “Persahabatan” di rilis tahun 2005.
Bagi band yang baru muncul, jedah 3 tahun ini sangatlah merugikan karena
orang jadi lupa dengan Omelette, apalagi puluhan band baru bermunculan
bak jamur di musim hujan. Ada yang lewat jalur lndie dan major label,
ada juga yang lahir dari ajang festival. Satu dua band akhirnya sukses
dan ngetop sementara puluhan lainnya hilang tak terdengar lagi kabarnya.
Ada yang bilang kami muncul di waktu yang kurang tepat. Ah.. persetan
dengan pandangan orang, mereka toh tidak mengenal kami, bagaimana kami
dahulu dan akan kemana kami kelak. We must write our own history,
walaupun jika untuk itu kami harus jatuh-bangun dan berdarah-darah.
Sejak album Persahabatan dirilis kami seperti tak habis dirundung
malang. Persoalan datang silih berganti dan semua itu harus kami
selesaikan satu demi satu. Kalau tidak dibantu dan disemangati oleh
manajemen POS Entertainment – dalam hal ini Dhani Pette - barangkali
kami sudah “gila”.
Bagi kami jauh lebih mudah untuk mengakhiri kisah Omelette sampai
disini, tidak ngeband lagi dan berkonsentrasi penuh pada sekolah. Tetapi
betul kata orang, musik itu panggilan jiwa yang tidak mungkin kita
abaikan. Jika kami tidak main musik, rasanya seperti ada lubang besar di
dalam hati. Kami tidak tahu apa namanya, tetapi kami rasa semua musisi
akan merasakan hal seperti itu.
Maka kamipun menguatkan diri, mencari kepingan yang cocok dan menyusun
kembali Omelette. Karena semua pergolakan internal itu, vakum bukanlah
kata yang tepat untuk menggambarkan waktu jeda 3 tahun itu.
Aries Gabung Garasi
Persoalan dimulai dengan perginya Aries. Drummer kami itu gabung dengan
Garasi Band. Ceritanya, saat itu tahun 2005, ada tawaran audisi untuk
casting film yang bercerita tentang perjuangan sebuah band baru. Kami
(Nissa, Rian, dan Aries) waktu itu ikut audisi. Aries yang diterima
karena yang dicari adalah casting untuk peran drummer.
Sampai di situ kami oke saja. Yang tidak kami sangka, karakter band yang
bernama Garasi dalam film tersebut terus dipertahankan di dunia nyata.
Dan Aries pun terikat di sana. Tapi kekecewaan ini nggak berlangsung
lama dan kamipun bisa menerima keadan ini, bahkan sejujurnya ada sedikit
rasa bangga terhadap Aries, apalagi Garasi cukup sukses bahkan masih
tetap eksisi hingga saat ini.
Aries sendiri bukanlah drumer Omelette yang pertama. Pemuda asal Cibadak
Sukabumi ini adalah drummer ketiga, setelah Echa yang kini banyak main
di komunitas jazz dan dan Hendy yang kini jadi drummer GIGI. Echa dan
Hendy gabung Rian dan Nissa sewaktu Omelette masih bernama Telor Ceplok.
Dilihat dari sisi manapun Echa dan Hendy adalah drummer yang hebat,
bahkan jika skill jadi ukuran satu-satunya, mereka adalah drummer
terbaik yang pernah dimiliki Omelette. Toh kami tidak bisa menahan
mereka tetap di Omelette, tapi kami tidak terlalu kecewa kok. Kami sadar
bahwa apa yang kami inginkan belum tentu itu yang kami butuhkan.
Tak lama setelah Aries, datang Sandy Winarta, another great drummer that
we’ve ever had. Sayangnya Sandy pun tidak bertahan lama. Semula kami
menduga hal ini disebabkan karena kami tidak sepantaran, --Sandy lebih
senior dibanding personal Omelette yang lain-- sehingga pergaulan kami
jadi kikuk, tetapi ternyata bukan itu, setidaknya bukan itu faktor
utamanya. Jiwa Sandy lebih condong ke Jazz ketimbang ke musik Omelette
yang pop rock, maka kamipun melepasnya dengan damai.
Omelette Story (2)
Pukulan Telak, Tessa Cabut
Walaupun kami jatuh bangun setelah ditinggal Aries, yang terburuk
belumlah datang. Pukulan paling telak adalah saat Tessa cabut tak lama
setelah Sandy. Saat itu Omelette kembali menjadi “Rian dan Nissa.” Kami
serasa masuk dalam mesin waktu dan seseorang memutar mundur 10 tahun
dan… Cling…! kami adalah dua anak kecil yang keranjingan musik dan
bermimpi menjadi rock star.
Waktu itu kami ingin Omelette bubar saja, sebab sepertinya nasib baik
tidak pernah berpihak pada kami, tetapi Dhani Pette sekali lagi
menyemangati kami untuk bertahan.
Dukungan itu juga diwujudkan dengan menggelar audisi vokalis. Sementara
proses audisi berlangsung – dan ini ternyata berjalan sangat panjang—
jika Omelette dapat job, kami pakai vokalis cabutan. Sashi (yang
sekarang menjadi vokalis band Drew) salah satunya dewa penolong kami
ketika itu.
Untuk posisi drummer kami masih sering dibantu Sandy walau pun dia sudah
tidak lagi di Omelette dan Otto. Yang terakhir ini adalah drummer
debutan yang akhirnya gabung dengan Omelette. Konon kabarnya Otto adalah
drummer Biss Band, band yang tidak pernah kami dengar namanya.
Mencari vokalis ternyata susahnya minta ampun. Sepanjang tahun 2006 dan
2007, kami melakukan dua kali sesi audisi dengan peserta yang jumlahnya
puluhan, eh.. nggak dapat-dapat juga, padahal kami tidak memberi batasan
harus cewek atau cowok, usia juga kami buka saja asal tidak tua banget.
Pada audisi yang ke dua sebenarnya kami mendapatkan Aby, cewek yang
usianya masih sangat muda, bahkan lebih muda dari Nissa yang selama ini
kami anggap sebagai maskot karena kemudaannya itu. Karakter suara yang
tinggi juga mirip Tessa. Tetapi ini pun –lagi-lagi-- tidak bisa kami
pertahankan, padahal kami sudah membuat demo album 2 lho. Sony-BMG
merasa karakter vocal Aby kurang cocok untuk musik Omelette.
Seperti pasangan suami istri yang berusaha keras untuk mempunyai anak,
mendapati setiap kali terjadi kehamilan, setiap kali juga terjadi
keguguran. Sesaat kami merasa gembira, tetapi sedetik kemudian tragedi
menimpa. Well.. kami semua memang masih kecil dan belum pernah menikah,
tetapi kami tidak bisa membuat analogi lain.
Kali ini kami benar-banar frustasi dan putus asa. Batalnya Aby gabung
dengan Omelette juga membawa konsekwensi lain. Kami terpaksa membongkar
semua lagu yang telah kami siapkan untuk disesuaikan dengan karakter
vokalis yang baru kelak.
Di saat kami putus harapan, Fetty muncul entah dari mana. Saat itu Maret
2007, dengan diantar Eko kakaknya dia berdiri di depan pintu POS
Entertainment “mau ikut audisi Omelette,” katanya malu-malu. Sesaat kami
menduga dia penyanyi dangdut dan lagu-lagu melayu yang mau mencoba
keberuntungan di Omelette yang pop rock. Meski demikian kami memutuskan
untuk mencoba Fetty, walaupun melalui proses audisi “ogah-ogahan” karena
kami semua merasa sudah mentok.
Saat itulah Fetty mencuri perhatian kami melalui suaranya yang tinggi
dan ke kanak-kanakan, cocok dengan karakter Omelette. Kami yang semula
loyo kembali bersemangat. Dan melalui beberapa kali uji coba akhirnya
Fetty dinyatakan diterima dan gabung dengan Omelette.
Sepertinya pintu kemudahan itu mulai terbuka. Permainan drum Otto
meningkat dengan pesat dan makin nge-groove dengan petikan gitar Rian
dan betotan bas Nissa. Melihat kemajuan itu manajemen tanpa ragu lagi
menarik Otto sebagai drummer Omelette.
Omelette pun bangkit kembali, ah.. kami tidak senang dengan istilah ini,
kami lebih senang jika disebut dilahirkan kembali, lengkap sempurna:
Rian (gitar), Nissa (bas), Otto (drum), dan Fetty (vocal).
Apakah formasi ini akan bertahan lama? Rasanya itu tidak perlu
dipikirkan, setidaknya tidak untuk saat ini. Tugas kami sekarang adalah
berkarya. Kegembiraan kami karena kelahiran kembali Omelette tidak
berlangsung lama karena kerja keras sudah menunggu. Album 2 sudah
menunggu, kali ini kami benar-benar akan menulis sejarah.
Omelette Story (3)
Amazing Album Ini Bisa Selesai
Jika dihitung sejak awal ngumpulin lagu, album 2 “Lagi-Lagi” ini telah
mulai digarap Desember 2005, tak lama setelah jeda promosi album 1
“Persahabatan” yang kami luncurkan Maret tahun yang sama. Artinya kami
langsung tancap gas begitu album pertama beres.
Tapi apa yang kita inginkan sering kali bukan itu yang kita dapatkan
bukan? Jadi begitulah, album kedua baru bisa dirilis hampir 4 tahun
setelah album pertama.
Memang ada faktor teknis yang memperlambat kerja kami, tetapi sebagian
besar kegagalan kami untuk secepatnya membuat album 2 adalah faktor non
teknis. Jika secara teknis kami susah sekali mencari lagu yang cocok
untuk single pertama, yang non teknis adalah mundurnya Tessa. Kedua
fakor ini benar-benar membuat kami babak belur.
Tentang mundurnya Tessa dan masuknya Fetty kami sudah ceritakan di
Omelette Story sebelumnya, jadi kali ini kami akan cerita tentang proses
pembuatan album 2 dan apa bedanya dengan album pertama.
Yang jelas di album ke 2 semua lagu kami sendiri yang buat, ini berbeda
dengan album pertama yang didalamnya ada 2 lagu Budjana dan 2 lagu
Thomas GIGI. Sebagai band yang baru muncul, harus diakui kami belum PD
dengan karya kami sendiri, begitu juga dengan Dhani Pette selaku
manajer. Maka Dhani minta Mas Budjana dan Mas Thomas membantu.
Jadi selain masalah content, ada alasan yang lebih mendasar dibalik
dimasukkannya lagu Budjana dan Thomas itu. Faktor lain adalah karena
GIGI satu menajemen dengan Omelette.
Saat itu Budjana menyodorkan lagu “Bayangmu” dan “Buang Rasa Itu”
sedangkan Thomas “Ajari” dan “Melayang.” Bermodalkan 4 lagu inilah
Omelette kemudian membuat 6 lagu pelengkap sehingga menjadi album utuh
yang terdiri dari 10 lagu. Oh iya produser album ini Mas Baron Arafat
eks GIGI.
Kami kira kalau kami jalan ke toko kaset dan minta seorang pengunjung
mengomentari album ini, rasanya dia akan bilang kalau album kami ini
“bau GIGI-nya” kuat banget. Padahal rasanya… nggak banget tuh.
Sekarang kalau kami melihat ke belakang, cara itu –setidaknya
motovasinya— rasanya kurang tepat ya? Sebuah band mestinya meletakkan
karyanya sendiri sebagai yang utama, bukan karena karya orang lain tidak
bagus tetapi semata-mata agar pembeli kaset/CD mendapat sesuatu yang
genuine. Tetapi ya sudahlah, dulu kami memang benar-benar kurang PD.
Tapi lepas dari itu kami berterima kasih pada Mas Budjana dan Mas
Thomas. Tanpa mereka album pertama tak kan pernah ada karena kegamangan
kami. Uniknya di itu yang terpilih sebagai single pertama justru bukan
lagu Budjana atau Thomas, melainkan lagu kami sendiri, “Persahabatan”
yang sekaligus dipilih sebagai judul album.
Bantuan Tohpati
Di album 2 kami jauh lebih PD, setidaknya seluruhnya --12 lagu-- di
album ini kami sendiri yang buat. Awalnya kami buat 10 lagu, lalu kami
minta Mas Rhonald Fristianto –lagi-lagi eks GIGI— menjadi produser.
Tetapi tidak ada satupun yang cocok menjadi single pertama.
Tentang hal ini, kami di POS Entertainment punya tradisi penentuan
sigle. Seluruh lagu dalam album kami gandakan dalam bentuk CD lalu
dibagikan keseluruh karyawan. Tugas mereka adalah mendengarkan
berulang-ulang kemudian memberi komentar terhadap setiap lagu yang
mereka dengarkan itu.
Karena belum dapat lagu jagoan, kami buat 4 lagu lagi. Kali ini yang
jadi produsernya Omelette sendiri dengan Dhani Pette. Kini kami punya 14
lagu, tapi kok rasanya terlalu banyak ya? Maka kamipun mencoret 2 lagu
lama hingga menjadi 12 lagu saja. Sampai di sini pun kami masih belum
nemu single pertamanya.
Akhirnya kami minta bantuan Tohpati mengaransemen ulang 2 lagu yang
sebelumnya sudah direkam, “Lagi-lagi Janji” dan “Ingatan Lalu.”
So, that’s it, Omelette kini memiliki single pertama yang sekaligus
ditetapkan sebagai judul album 2. Kalau kami melihat ke belakang, kami
tidak percaya lho energi kami cukup untuk menyelesaikan abum ini.
Omelette Story (4)
Kami Kucing yang Hebat
Aspek terbesar yang membedakan major dengan indie label adalah faktor
promosi dan distribusi. Membandingkan major dan indie ibarat
membandingkan harimau dengan kucing. Dan Omelette termasuk golongan
kucing, karena album kami diproduksi POS Record yang masuk katagori
indie. Walau demikian kami merasa cocok dan nyaman, karena lebih bebas
dan leluasa. Lagipula apa yang dilakukan POS tidak kalah kok dibanding
dengan major label.
Soal distribusi, miasalnya, kami tidak beda dengan major label, karena
kami titip endar di Sony-BMG. Jadi CD dan kaset “Lagi-Lagi” bisa kalian
dapatkan di semua toko kaset. Bahkan jika dikonversi, nilai promosi kami
rasanya lebih besar dari yang dilakukan major label.
Oke, mari sekarang kita bicara tentang masalah promosi. Walaupun tanggal
rilis telah ditetapkan 27 November, dua minggu sebelumnya single
pertama “Lagi-Lagi Janji” telah didistribusikan ke 600 stasiun radio di
seluruh Indonesia. Kami berharap masyarakat akrab dulu dengan lagu kami
melalui radio, dan ketika memutuskan untuk mencarinya di toko kaset
CD/kaset Omelette ada di sana.
Sementara untuk promosi di televisi kemipun tidak kalah. Hampir semua
stasiun TV telah kami hubungi, kami kirimi video clip, dan –ini yang
penting— mereka memberikan sambutan yang baik. Sebagai band baru kami
sudah main di Inbox SCTV, acara musik nomor satu saat ini.
Kami juga telah mendapat jadwal untuk tampil di acara TV yang lain,
Seperti Dahsyat, Kissvaganza, Klik, dll. Manajemen kayaknya juga
mempunyai rencana kerjasama dengan Gen FM sehubungan dengan album
Omelette yang baru ini. Kami belum tahu konkritnya seperti apa, yang
jelas kemarin kami main di acara “Pestanya Generasi Musik Terkini” di
Tamini, acara off air yang disiarkan life di Gen FM.
Gen FM sendiri adalah radio nomor satu di Jakarta, khususnya untuk musik
remaja. Oh iya.. Gen Fm ini radio yang fenomenal, baru satu tahun
umurnya kini sudah jadi nomor satu. Kok bisa ya, baru lahir langsung
juara?
Karena program promosi ini, kami sudah banyak mendapat jadwal manggung.
Jadwal manggung Omelette bisa dilihat di web site kami,
www.omeletteband.net. Tidak hanya di Jakarta, kami juga main di Jogja
(Liquid) 4 Desember dan Sukabumi (Garden Park) pada malam old & New.
Rasanya jadwal Omelette akan terus bertambah, karena kami lihat
manajemen kerja keras cari job.
Juga ada promo di media cetak. Kami sudah melakukan wancara dan
pemotratan di majalah Hai, Rolling Stones, Aneka Yes, dan Gadis.
Majalah, tabloid, dan Koran lain menyusul. Sementara promo radio
mengikuti jadwal show karena mereka lebih fleksibel. Pendeknya padat
sekali.
Masa promosi ini sangat melelahkan, tapi kami sangat antusias walaupun
bayaran manggungnya kecil. Ibaratnya kami tengah menanam bibit mangga
dan menunggu munculnya buah pertama. Kami yakin saat itu akan datang.
Oh iya kami tadi mengibaratkan major label sebagai macan dan indie label
sebagai kucing. Itu serius lho, tetap dengar-dengar macan itu sudah
mulai kehilangan taring dan cakarnya, sementara si kucing sudah mulai
lincah dan tangkas gerakannya.
Tapi hilangnya taring dan cakar macan itu bukan karena dimakan kucing
lho. Konon zaman lah yang membuat macan tua itu tak perkasa lagi. Kita
tahu kan saat ini 90% CD yang beredar itu bajakan? Sementara penjualan
kaset jatuh hingga 80%. Bayangkan gimana tuh penghasilan mereka.
Faktor lain adalah maraknya perangkat digital yang makin memudahkan
penggandaaan lagu, sepertinya perangkat ini melegalkan produk bajakan
ya?
Sss..t, katanya sekarang ini kita memasuki pancaroba zaman, dari era
fisikal ke digital. Tanda-tandanya sudah sangat jelas, produk
konvensional CD/kaset jatuh sementara produk digital mulai naik.
Untuk mengantisimpasi hal itu konon major label kini mengubah strategi.
Jualan CD/kaset memang masih dilakukan tetapi penghasilan utama mereka
asalya dari RBT. Ingat kan barusan Vagetoz dapat award dari Sony-BMG
labelnya, karena RBT nya di download oleh 5 juta orang. Hebat ya? Selain
jualan RBT mereka juga menjadi manajer artis. Sementara itu manajemen
artis banyak yang memproduksi sendiri, walaupun untuk distribusinya
masih bekerjasama dengan major.
Rasanya kita sudahi saja omongan ini ya? Kami malu karena masalah
promosi ini bukan keahlian kami. Mestinya kami minta saja manajemen yang
menulis bagian ini, bukannya kami yang cuma tahu main musik.
Omelette Story 5 (habis)
Inilah Kisahku
Ini bagian terakhir dari Omelette Story, semoga kalian tidak bosan
dengan cerita kami. Kali ini kami akan cerita tentang diri kami
masing-masing.
Sebagai remaja biasa, kami tak beda dngan kalian, tidak semua sikap dan
pilihan kami benar. Kadang kami malas, kadang kami menulikan kuping
terhadap nasihat orang lain, sehingga kami tersesat. Sesakali kami
memberontak dan menabrak kiri-kanan. Tapi motifasi kami bersih, kami
tidak pernah beniat menyusahkan orang lain.
Intinya kami ini manusia biasa, dengan minat yang sangat besar terhadap
musik. Begitu besarnya sehingga musik –rasa-rasanya— sudah menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari hidup kami. Kalau darah kami diperiksa
di bawah mikroskop akan tampak tangga nada meliuk-liuk di antara
erytrosit dan leukosit. Music is absolutely our soul.
Rian
Gue yang tertua di sini, tetapi gue bukanlah yang utama karena kami
egaliter, semua memiliki hak dan kewajiban yang sama. Gue pikir ini
kosep yang benar, sebab bagaimanapun kami ini band bukan parpol
perusahaan yang mesti ada struktur organisasinya, ada pimpinan ada
bawahan.
Tetapi lepas dari prinsip ini gue memang orang yang cuek. Bahkan gue
tidak tahu lho jadwal Omelette, tanggal berapa manggung di mana? Tapi
gue tidak kahawatir, gue kan punya Nissa, adik gue itu yang ngigatin
gue.
Untuk masalah ini rasanya Otto dan Fetty juga cuek, ah..nggak bukan cuek
tapi pasif. Yang ribut pada soal-soal seperti ini cuma Nissa. Tapi
orang seperti itu perlu lho! Kalau nggak ada yang ngeributin kami
bertiga seperti kambing congek yang nggak tahu mesti melakukan apa.
Tapi kalau soal aransemen gue harus ikut. Gue kan satu-satunya yang
pegang gitar, jadi grip dan melodi tergantung gue. Drum dan bass kan
yang mengeblok, membuat basic rhythm nya.
Oke kalian udah tahu kan musik Omelette, sekarang gue mau kasih tahu
sedikit rahasia gue. Musik Omelette itu bukan gue banget, musik gue itu
Metallica, Megadeth, Lamb of God, Trivium, Avenged Sevenfold, Dragon
Force, Marlyn Manson, pokoknya metal abis. Itu koleksi CD dan DVD gue,
mereka idola gue. Salam metal.
Nissa
Gw memang pegang bass, tapi dalam keseharian Omelette gw pegang semua
hal, seperti mengisi web site, membuat jadwal, berkomunikasi dengan
manajer atau produser kalau lagi buat album. Bahkan –percaya nggak?-- gw
juga yang ngurus makan mereka lho. Pendek kata gw seperti ibu rumah
tangga yang mesti ngurus semua hal.
Kadang-kadang gw merasa capek ngurus Omelette, tapi ini rumah gw, jadi
gw harus membuatnya nyaman untuk semua orang. Lagi pula kalau bukan gw
siapa yang mau melakukan pekerjaan ini. Otto, Fetty, apalagi Rian,
semuanya cuek bebek.
Gw yakin suatu saat nanti Omelette akan ngetop, karena kami semua
bekerja keras dan melakukannya dengan sepenuh hati. Kalau soal teknik
dan skill sejujurnya gw nggak begitu khawatir, bahkan jika dibandingkan
band-band yang sudah mapan saat ini. Tapi di dunia pop culture saat ini
yang paling menentukan adalah lagu, maksud gw pasar bisa nerima lagu
kita nggak? Itu ukurannya.
Sialnya kualitas pendengar musik kita turun ya? Setuju nggak? Sehingga
lagu-lagu “gampanganlah” yang jadi primadona. Ini berlawanan dengan
Malaysia, pendengar di sana sudah mulai meningkat kualitasnya. Tapi
siklus ini gw yakin akan berlalu, dan kualitas pendengar kita meningkat
kembali. Tapi kita boleh beda pendapat kok. Salam slap!
Otto
Sudah lama gue tahu Omelette, tetapi baru sekitar 1.5 tahun lalu gue
gabung. Sebelumnya gue punya band sendiri namanya Biss Band, sampai
sekarangpun Biss Band masih ada. Sebelum secara resmi gabung Omelette
gue juga membantu Repvblik yang lagi nggak punya drummer. Di sana gue
jadi additional player.
Sebenarnya –kalau ukurannya duit-- di Repvblik lebih enak karena bandnya
sudah jalan sehingga job nya banyak. Sementara Omelette mesti merintis
kembali, karena jarak antara album 1 dan 2 terlalu lama, orang sudah
lupa. Tapi alasan yang paling prinsip adalah Gue pingin membangun band
sendiri from zero to hero. Gue pingin ngukur batas gue, seberapa besar
gue bisa berperan di Omelette.
Gue kira permainan gue sudah mulai nge groove dengan Rian dan Nissa,
mudah-mudahan ini pertanda baik. Sebagai anak muda awalnya kita tidak
memperhatikan masalah ini. Ibarat baru keluar dari dunia persilatan,
kita kepinginnya memainkan 1.000 jurus untuk menunjukkan kemampuan kami.
Padahal bukan itu yang penting. Walaupun kita punya skill segunung jika
musik kita tak memupnyai jiwa ya tidak ada artinya.
Benar kata Mas Budjana, jika satu nada sudah cukup, kita tidak perlu
mainkan 10 nada. Secara pribadi gue menganggap ini filosofi seorang empu
musik. Merdeka.
Fetty
Sejujurnya gue merasa minder bergaul dengan Rian, Nissa, dan Otto,
setidaknya pada awalnya begitu. Maksudku mereka kan orang yang memang
sehari-harinya berurusan dengan musik sementara gue anak sekolahan
biasa. Memang sesekali gue ikut nyanyi membantu kakak gue yang kadang
diundang nyanyi di suatu acara.
Suara gue juga biasa-biasa saja rasanya, tapi nggak tahu kenapa mereka
memilih gue. Menurut cerita, Omeltte telah melakukan audisi berkali-kali
tetapi tidak mendapatkan penyanyi yang tepat.
Kini gue sudah nyebur di dunia ini, tidak ada pilihan lain gue mesti
total menjalanin profesi ini. Banyak faktor yang mengambat tekad gue.
Yang paling nyata adalah jadwal kuliah, dan ini juga dialami Rian dan
Nissa. Selain itu masalah biaya. Main band kan butuh banyak biaya.
Bagi Rian dan Nissa soal ini tidak pernah jadi masalah, tapi bagi gue
berangkat latihan dan beli kostum untuk manggung butuh biaya besar.
Untung mereka mau minjamin gue kostum, juga buat Otto. Ini benar-benar
sangat membantu.
Karena alasan di atas, perjuangan gue di Omelette rasanya lebih berat
ketimbang yang dirasakan Rian dan Nissa. Karena itu gue berdoa setiap
hari agar Omelette cepat sukses dan banyak job and God bless our soul.
See U
I like music omelette
ReplyDeleteFetty asli Banjarmasin?
ReplyDelete