Dalam lintasan sejarah musik di Indonesia, nama Boomerang, pada dekade
tengah 90-an sampe akhir 90-an, termasuk salah band yang membubung
tinggi. Nama ini nyaris bisa disejajarkan dengan Slank, di awal
kariernya. Boomerang punya massa yang fanatik dan fans yang jumlahnya
tidak bisa dibilang sedikit. Kaset-kasetnya selalu terjual di atas 100
ribu. Komunitas Boomers –sebutan fans Boomerang—menjadi salah satu fans
yang punya organisasi rapi.
Band bernama Lost Angels yang beranggotakan John Paul Ivan (gitar),
Inno Daon (vokal), Pet Agusty (dram) dan Hubert Henry (bas) merupakan
cikal lahirnya Boomerang. Setahun setelah terbentuk, Roy Jeconiah masuk
mengisi vokal menggantikan Inno Daon yang hengkang.
Setelah melakukan latihan bersama dan sering tampil di pentas-pentas
musik Surabaya, mereka lalu mengikuti festival musik rock yang
diselenggarakan oleh Log Zhelebour, di penghujung tahun 1992.
Di ajang itu, Lost Angels berhasil masuk sepuluh besar dan lagu mereka
yang berjudul No More direkam ke dalam album kompilasi 10 Finalis
Festival Rock se-Indonesia VII (’93). Berawal dari ajang itu, Lost
Angels pun langsung dipercaya menjadi grup pembuka tur grup rock Gong
2000 di Sulawesi Selatan Juni-Juli 1993.
Menjelang merilis album perdana yang diproduseri oleh Log Zhelebour,
Pet Agusty dikeluarkan dari formasi Lost Angels. Band ini sendiri
kemudian mengganti nama menjadi Boomerang, 8 Mei 1994. Pengubahan nama
dilakukan karena pada saat diambil keputusan tersebut mereka benar-benar
ingin memulai segalanya dengan suasana yang baru. Nama Boomerang
sendiri diambil dari salah satu judul lagu di album perdana mereka yang
mampu melejitkan lagu Kasih dan No More.
Di tengah proses promosi album, para personel Boomerang melakukan
audisi untuk dramer baru. Januari 1995, Farid Martin terpilih untuk
memperkuat formasi Boomerang sebagai dramer baru dan langsung masuk
studio menggarap album kedua yang berjudul Kontaminasi Otak. Dari album
ini, melejit hits Bawalah Aku dan O-ya dan membawa mereka untuk tur
promo di Pulau Jawa, Lombok, Sumatera dan Kalimantan.
Tanggal 15 Mei merupakan momen yang tak terlupakan bagi Boomerang. Di
hadapan 20 ribu penonton yang memenuhi stadion Tambaksari, mereka
dipercayakan menjadi band pembuka grup rock asal Amerika, Mr.Big. Untuk
menunjang promosi even tersebut, Boomerang lalu mengeluarkan satu video
klip baru berjudul Kehadiran.
Setelah merilis album Disharmoni dan album cover version, Segitiga,
Boomerang lalu merilis dua album bertitel “the best”, yaitu Best Ballad
dan Hard ‘n Heavy untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-lima.
Setelah itu, mereka bersanding dengan Jamrud dalam tur panjang sebanyak
tujuh kota di Sumatera, September 1999. Perjalanan konser ini termasuk
spektakuler, karena show di setiap kota menghabiskan dana produksi
sebesar Rp.400 juta dan dipadati sekitar 3o ribu penonton di tiap kota.
Saat penggarapan album terbaru yang berjudul X’Travaganza, Log
Zhelebour selaku promotor dan produser eksekutif memberikan kepercayaan
dan fasilitas penuh pada kreativitas personel Boomerang. Tidak
tanggung-tanggung, dari album ini, ada tujuh lagu yang ditampilkan dalam
bentuk video klip. Lagu-lagu tersebut adalah Pelangi, Tragedi, Gadis
Extravaganza, Kembali, Bungaku, Milik-Mu dan Psycho.
Tapi itu dulu. Usai ialbum terakhir tahun 2000, Boomerang mulai
‘berulah’ dengan memutuskan keluar dari manajemen Log Zhelebour.
Alasannya karena ingin penyegaran. Repotnya, Log sendiri seperti
‘mengambangkan’ nasib Boomerang yang ingin pindah ke label lain. Alhasil
selama 3 tahun, Boomerang terkatung-katung tak merilis album satupun.
Mereka memang masih tampil di beberapa event musik, tapi sporadis saja.
Keputusan Boomerang itu bisa dibilang blunder. Sebelumnya, band ini
sebenarnya termasuk kesayangan Log Zhelebour. Mereka digeber maksimal
oleh promotor rock kawakan bertubuh tambun itu. Akhirnya mereka repot
sendiri, meski terakhir mereka ditampung di Sony Music Indonesia dan
merilis album baru, Terapi Visi.
Kelemahan mendasar lainnya adalah manajemen Boomerang yang sepertinya
‘berantakan’. Dulu mereka langsung dibawah manajemen Log, tinggal main
saja. Tapi sekaranng, mereka harus mengemas manajemen sendiri yang
solid. Ini yang tidak mereka punya atau paling tidak butuh pembuktian
untuk berhasil.
Dari sisi teknis, Boomeran tidak bisa dibilang membawa pembaruan
musikal yang revolusioner. Malah musiknya di album baru, itu-itu saja.
Sebenarya mereka beruntung, di Sony musiknya dilepas tanpa edit dari
dari label. Sayangnya, mereka kurang manfaatkan itu dengan maksimal.
Misalnya minta pertimbangan dan mengadakan survey pasar. Rupanya mereka
seperti ‘terjebak’ pada euforia masa lalu yang sukses.
Musikalitas Boomerang sudah makin jauh tertinggal. Dibandingkan dengan
band-band rock yang berkibar seperti Slank, Jamrud, atau /riff
misalnya, mereka lebih berani eksplore sound yang lebih modern.
Boomerang masih kepatok di genre yang lama. Kalau ini dipertahankan,
maaf, Boomerang akan turun derajat menjadi band menengah. Sayang kan?
Dari kacamata pengamat musik Bens Leo, kembalinya Boomerang merilis
album membuktikan mereka tetap eksis sebagai band panggung khususnya di
jalur musik rock. “Kelompok Boomerang itu sampai sekarang bisa bertahan
karena mereka konsisten dengan musik yang mereka usung. Perjalanan
karir Boomerang tentunya mengingatkan kita pada kelompok rock AKA dan
SAS yang tetap konsisten dengan musik rock sehinga mereka bisa berjaya
diblantika musik rock tanah air,”kata Bens pada TEMBANG.com.
Namun karakter musiknya dari album pertama hingga album kelima musik
Boomerang tidak mengalami perubahan. “Musik Boomerang itu punya karakter
tersendiri. Jadi wajar kalau penggemarnya juga banyak seperti
Slank,”jelas pengamat musik ini.
Lepasnya mereka dari Logiss Records, perusahaan rekaman milik Log
Zhelebour yang telah mengontrak mereka untuk lima album, menurut Bens
itu sah-sah saja dilakukan oleh Boomerang.”Tapi perlu diingat, sebelum
bergabung di Sony Music Entertainment Indonesia (SMEI) pada 2002,
Boomerang harus berterimakasih dengan Log karena di beberapa album
Boomerang, Log sebagai produser pernah membuatkan tujuh video klip
Boomerang untuk promosi album.Itu kan luar biasa sekali untuk sebuah
promosi album,”tambah Bens.
Alasan lain mengapa Boomerang melirik Sony Musik, menurut Bens karena
Boomerang juga ingin melirik pasar kaset di wilayah Asean.”Dan itu
hanya mereka dapatkan di Sony Musik, tapi kalau di Loggi Record belum
tentu kesempatan itu mereka dapatkan,”ujar Bens.
Senada dengan Bens, pengamat musik Denni Sakrie mengatakan, “Saya kira
dengan bergabungnya Boomerang di Sony Music jadi satu hal yang
membanggakan. Sebelumnya musik rock kan sangat menembus Sony Music. Tapi
setelah kelompok Edane sukses membuktikan musik rock mereka di pasar
kaset tanah air, tentunya kesempatan yang sama juga akan dibuktikan oleh
Boomerang kalau album mereka memang memiliki pasar,”kata Denni Sakri.
Diterimanya rock di Sony ternyata menurut Denni ada hubungannya dengan
pihak Sony Music yang akan membuka satu ruang lagi untuk aliran musik
rock .”Namanya Progresif Rock Sony (PRS),”jelas Denni.
Sementara untuk album Booemerang yang terbaru menurut Denni tetap
konsisten dan kental dengan ciri khas musik rocknya. “Ciri itu yang
membuat Boomerang tetap disukai oleh penggemaranya. Apalagi dengan
kemampuan olah vocal dan aksi panggung Roy Jeconiah, penggemar Boomerang
akan tetap konsisten dan tidak akan melirik band lain,”kata Denni.
Sementara Bagus, vokalis Netral mengaku salut dengan kekonsistenan
anak-anak Boomerang yang sampai album terbaru tetap tidak berubah dan
konsisten mengusung musik rock. Terlepas dari kekurangan yang ada,
Boomerang memang mencoba tetap eksis.
No comments:
Post a Comment